Membekukan Sel Telur dan Sperma untuk Digunakan di Masa Depan, Sudah Bisakah Dilakukan di Indonesia?

Membekukan sel reproduksi

Teknologi reproduksi seperti pembekuan sel telur dan pembekuan sperma mungkin masih terdengar asing bagi masyarakat Indonesia. Meskipun begitu, kenyataannya teknologi ini sudah sangat dikenal dan banyak digunakan di negara-negara maju. Seperti apakah teknologi ini? Apakah sudah bisa dilakukan di Indonesia? Berikut pembahasannya.

Menurut kamus kesehatan reproduksi Repropedia, cryopreservation adalah proses penyimpanan sel-sel, lapisan, atau organ pada temperatur yang sangat rendah, sehingga tetap baik kondisinya dan bisa digunakan kembali ketika dikembalikan ke suhu normal. Ada banyak macam cryopreservation yang digunakan dalam konteks reproduksi, misalnya pembekuan sel telur, sperma, dan embrio (sel telur yang telah dibuahi oleh sperma). Semuanya dilakukan dengan teknologi canggih berbasis sains.

Baca juga : Pil KB Bisa Mencegah Kista di Indung Telur?, Ini Alasannya!

Biasanya, ada dua macam kelompok yang membekukan sel telur, sperma, atau embrio untuk digunakan di masa depan. Pertama, perempuan sehat yang ingin menunda kehamilan terlebih dahulu. Kedua, baik laki-laki maupun perempuan yang hendak menjalani penanganan medis untuk pengobatan penyakit, yang pengobatannya akan memengaruhi kesuburan. Misalnya pada pasien kanker, di mana kemoterapi tidak hanya akan membunuh sel-sel kanker, namun juga memiliki dampak samping berupa berkurangnya kesuburan, sehingga bila pasien kanker ingin mempertahankan kesuburan, biasanya cryopreservation harus dilakukan sebelum kemoterapi. Baik metode cryopreservation yang dilakukan untuk kebutuhan pribadi maupun atas alasan medis bisa membantu mempertahankan sperma dan sel telur untuk waktu yang lama tanpa mengurangi kualitasnya (Rodriguez-Wallberg, Waterstone, dan Anastacio, 2019).

Di Indonesia, teknologi ini sudah ada dan sudah bisa dilakukan di sejumlah rumah sakit dan klinik kesuburan, meskipun aksesnya masih terbatas di kota-kota besar dan fasilitas kesehatan tertentu saja. Andini W. Effendi, salah seorang jurnalis dan presenter ternama di Indonesia, menceritakan pengalamannya menjalani pembekuan sel telur di tahun 2020 melalui sebuah artikel yang dirilis di situs Greatmind. Andini mengaku tidak menyangka bisa melakukan proses tersebut dengan biaya terjangkau dan mendapatkan dokter yang progresif di mana ia bisa terbuka dan tidak dihakimi walaupun ia membekukan sel telurnya sebagai seorang perempuan berusia 38 tahun dengan status single. Mengutip tulisan Andini, “Dalam beberapa kasus, umur tidak menentukan tubuh kita. There are a lot of other factors that determine how our body is. Setelah proses ini dengan percaya diri saya bilang ke orang tua bahwa mereka suatu saat nanti akan mendapatkan cucu perempuan kembar karena saya sudah amankan sel telur. Sekarang kita biarkan Tuhan dan semesta yang menentukan siapa yang paling pantas untuk jadi ayahnya. Science has evolved so much that us, women can and should dictate our own future.”

Baca juga : Tujuh Ciri Hamil Anak Kembar

Tertarik untuk mencoba? Anda bisa langsung menghubungi klinik kesuburan terdekat untuk berkonsultasi mengenai pembekuan sel telur, sperma, atau embrio. Dengan dukungan berbagai teknologi modern, Anda tak perlu lagi khawatir soal keputusan untuk menunda kehamilan. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai kesehatan seksual dan reproduksi lainnya, Anda bisa menghubungi Halo DKT secara gratis melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

artikel lainnya