Jangan Anggap Sepele, Stres bisa Memicu Disfungsi Ereksi Lho

Stres adalah hal yang normal. Namun dalam kondisi tertentu, stres bisa memicu disfungsi ereksi.

Kesehatan mental ternyata bisa mempengaruhi kualitas ereksi lho. Jadi, anggapan bahwa stres bisa memicu disfungsi ereksi benar adanya, bukan sekadar mitos.

Baca Juga: Pria Wajib Tahu: Top 6 Penyebab Disfungsi Ereksi

Eits, jangan langsung paranoid terhadap stres ya. Stres adalah hal yang normal, dan pasti dialami oleh semua orang. Stres sebenarnya merupakan reaksi kita terhadap suatu perubahan yang mengharuskan kita menyesuaikan, atau merespons. Dan, stres lah yang membuat kita tetap waspada. Masalah muncul ketika kita tidak mampu mengelola stres. Ketika ini terjadi, tubuh dan pikiran kita kewalahan sehingga muncullah berbagai masalah pada fisik, misalnya disfungsi ereksi.

Bagaimana Stres bisa Memicu Disfungsi Ereksi

Kamu pasti pernah merasakan, mendadak pusing, perut mulas, atau berkeringat dingin ketika stres. Stres memang bisa menimbulkan berbagai gejala pada tubuh. efeknya memang sementara. Begitu stres reda, keluhan pun hilang. Namun tidak demikian bila kita mengalami stres berkepanjangan (kronis).

Stres kronis bisa melemahkan sistem imun. Selain itu juga meningkatkan risiko terhadap berbagai kondisi yang bisa menyebabkan disfungsi ereksi, seperti penyakit jantung, hipertensi, kolesterol tinggi, obesitas, dan konsumsi alkohol yang berlebihan.

Sedikit kilas balik, ada tiga jenis ereksi. Yaitu reflektif (akibat rangsangan fisik), psikogenik (akibat rangsangan visual/mental), dan nokturnal yang terjadi saat tidur. Ereksi terjadi ketika otak mengirimkan sinyal, yang kemudian direspons oleh pembuluh darah di sekitar penis untuk mengalirkan darah lebih banyak ke penis.

Ada banyak yang terlibat dalam proses tersebut. Antara lain sistem saraf, pembuluh darah, otot, hormon, dan emosi. Bila ada gangguan pada satu saja faktor-faktor tadi, disfungsi ereksi bisa terjadi. Nah, stres kronis bisa menimbulkan pada faktor-faktor tersebut. Lebih jauh, stres bisa memicu disfungsi ereksi karena bisa mengganggu sinyal antara otak dan tubuh.

Jadi bisa saja kamu terangsang secara psikologis, tapi otak tidak mengirimkan sinyal yang tepat kepada pembuluh darah di sekitar penis untuk meningkatkan aliran darah ke organ tersebut. Alhasil tidak terjadi peningkatan aliran darah ke penis, dan ereksi pun tidak terjadi. Atau bisa saja ereksi tetap terjadi, tapi tidak cukup lama atau cukup keras sebagaimana mestinya.

Lingkaran Setan yang Harus Diputus

Menariknya, stres dan ansietas (kecemasan) terhadap disfungsi ereksi yang dialami, juga bisa memicu terjadinya lingkaran setan disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi yang dialami seseorang bisa menyebabkan perubahan perilaku, serta menimbulkan perasaan malu, stres dan kecemasan terhadap disfungsi ereksi. Akhirnya disfungsi ereksi makin berat, orang tersebut makin stres, dan seterusnya.

Tentu saja, banyak sekali hal yang bisa menimbulkan stres hingga berujung pada disfungsi ereksi. Misalnya kehilangan pekerjaan, stres/masalah di kantor, konflik dalam hubungan, masalah keuangan, atau kematian orang yang disayangi.

Untuk itu, jangan sepelekan bila kamu mengalami gangguan kecemasan atau stres berkepanjangan. Bicarakanlah secara terbuka dengan pasangan mengenai disfungsi ereksi yang kamu alami; jangan biarkan masalah ini menjadi bara dalam pernikahan kalian. Carilah pertolongan profesional. Psikolog atau psikiater akan membantumu menemukan penyebab stres yang kamu alami, dan memberikan pengobatan yang tepat. Jangan berusaha mengobati sendiri dengan sembarangan minum obat kuat ya. Bila memang dibutuhkan, dokter bisa meresepkan sildenafil sitrat misalnya TOPGRA dari DKT Indonesia, untuk membantumu lebih mudah ereksi. Ingat ya, obat ini harus dengan resep dokter.

Baca Juga: Pilihan Makanan yang Membantu Atasi Disfungsi Ereksi

Jadi, bukan hoaks ya kalau stres bisa memicu disfungsi ereksi. Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Menoragia atau Menstruasi Lama, Apakah Berbahaya?

Umumnya, periode menstruasi berlangsung antara tiga hingga tujuh hari. Periode menstruasi yang berlangsung lebih dari tujuh hari dianggap sebagai periode menstruasi yang lama atau panjang. Apa penyebab menstruasi lama ya kira-kira?

Dokter mungkin menyatakan menstruasi yang berlangsung lebih dari seminggu sebagai menoragia. Kamu juga dapat didiagnosis dengan menoragia jika mengalami pendarahan hebat yang tidak biasa yang berlangsung kurang dari seminggu. Sekitar 5% wanita mengalami menoragia.

Baca Juga: Tidak Benar Minum Minyak Kelapa Bisa Mempersingkat Menstruasi

Penyebab Menoragia atau Menstruasi Lama

Menoragia dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama menstruasi serta mengganggu rutinitas harian kamu dan juga mengganggu kualitas tidur. Dampak menstruasi lama lainnya adalah risiko anemia defisiensi zat besi, terutama jika menstruasinya juga berat.

Menstruasi lama merupakan tanda dari kondisi kesehatan yang serius, di antaranya:

  1. Perubahan hormon dan ovulasi
    Perubahan hormon atau ovulasi dapat menyebabkan menstruasi sedikit lebih lama. Pengaruh hormon ini biasa terjadi di awal masa pubertas atau perimenopause. Di luar itu, ketidakseimbangan hormon disebabkan berbagai kondisi kesehatan, seperti gangguan tiroid atau sindrom ovarium polikistik (PCOS).

    Jika hormon tidak normal atau jika tidak terjadi ovulasi selama siklus menstruasi, lapisan rahim bisa menjadi sangat tebal. Ketika tubuh kamu akhirnya melepaskan lapisan ini, maka kamu mungkin mengalami menstruasi yang berat dan lebih lama dari biasanya.

  2. Pengaruh obat-obatan dan kontrasepsi
    Jika kamu tengah mengonsumsi obat secara rutin, dan menstruasi menjadi lama, kemungkin obat-obat tersebut penyebabnya. Misalnya aspirin dan obat pengencer darah, dan juga obat anti-peradangan.

    Kontrasepsi, seperti alat kontrasepsi dalam rahim dan pil KB juga bisa mempengaruhi menstruasi, termasuk membuat menstruasi lama.

  3. Kehamilan
    Meskipun sebenarnya bukan menstruasi, perdarahan vagina yang berkepanjangan mungkin merupakan tanda kehamilan yang disertai keguguran. Kondisi kehamilan yang berisiko menyebabkan perdarahan misalnya plasenta previa dan hamil ektopik.
  4. Fibroid atau polip rahim
    Fibroid dan polip rahim dapat menyebabkan perdarahan yang berkepanjangan, dan terkadang berat. Fibroid terjadi ketika jaringan otot tumbuh di dinding rahim.

    Polip juga merupakan hasil dari pertumbuhan jaringan yang tidak nomal di dalam rahim dan menyebabkan tumor kecil tumbuh di sana. Umumnya, baik fibroid maupun polip tidak bersifat ganas, alias bukan kanker.

  5. Adenomiosis
    Adenomiosis adalah sejenis pertumbuhan jaringan. Kondisi ini terjadi ketika endometrium atau lapisan rahim, tumbuh ke dalam otot-otot rahim. Ini dapat menyebabkan menstruasi yang lama, panjang, atau berat.
  6. Kegemukan
    Kelebihan berat badan dapat menyebabkan menstruasi lama. Itu karena jaringan lemak dapat menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak estrogen. Kelebihan estrogen ini dapat menyebabkan perubahan pada menstruasi.
  7. Penyakit radang panggul
    Penyakit radang panggul (PID) terjadi ketika bakteri menginfeksi organ reproduksi. Selain menyebabkan perubahan siklus menstruasi, PID juga dapat menyebabkan keputihan abnormal dan gejala lainnya.
  8. Kanker
    Kanker di organ reproduksi dapat menimbulkan gejala menstruasi lama, misalnya kanker di rahim atau leher rahim. Bagi beberapa wanita, menstruasi lama di luar kebiasaan menjadi gejala paling awal yang ditemukan.

Kapan harus ke dokter?

Jangan abaikan menstruasi yang tidak biasa. Penting untuk menemui dokter segera. Menunda diagnosis dapat menyebabkan memburuknya kondisi. Apalagi jika menstruasi yang berkepanjangan disertai gejala lain seperti gumpalan darah yang besar hingga kamu perlu mengganti pembalut atau tampon satu hingga dua kali per jam, dan kamu menjadi lemas karena kehilangan banyak darah.

Baca Juga: Menstruasi Normal Berapa Hari?

Bahkan tanpa menunggu gejala berat, masalah ringan seputar menstruasi juga bisa kamu konsultasikan ke ahlinya. Ke mana? Ke Halo DKT saja! Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Waspada: Sering Diare, Bisa Jadi Gejala HIV

Cara membedakan gejala HIV diare dengan diare biasa.

Ketika bicara tentang gejala HIV atau Human immunodeficiency virus, diare adalah salah satu yang menjadi gejala spesifik dari penyakit yang disebabkan oleh virus. Mengapa? Karena virus penyebab HIV menyerang sistem kekebalan tubuh secara progresif. Alhasil orang yang terinfeksi virus ini sangat berisiko mengalami infeksi berulang, termasuk infeksi pada saluran pencernaan. Adapun kondisi diare pada orang yang terinfeksi HIV, bisa jadi berupa gejala awal atau sebagai efek samping pengobatan antiretroviral (ARV). Sebagai gejala awal HIV, bagaimanakah membedakannya dengan diare biasa?

Baca Juga: Kenali Gejala HIV Sesuai Stadiumnya

Sebelum membahas secara detail apa yang membedakan keduanya, pertama kita harus paham betul mengapa orang yang terinfeksi HIV mudah sekali mengalami diare. Pada diare biasa, penyebab utamanya lebih kepada faktor tidak higienisnya makanan atau minuman yang dikonsumsi. Tapi pada gejala awal HIV, diare bisa terjadi karena sistem pencernaan terinfeksi oleh bakteri, virus maupun jamur.

Adapun bakteri disebut sebagai penyebab paling sering terjadinya diare pada orang yang terinfeksi HIV. Bakteri yang menjadi penyebab diare pada orang yang terinfeksi HIV adalah cytomegalovirus (CMV), microsporidia, cryptosporidium, mycobacterium avium-intracellulare (MAC) dan giardia lamblia.

Karena sistem kekebalan tubuh yang melemah, alhasil ketika orang yang terinfeksi HIV juga terinfeksi bakteri-bakteri tersebut maka diare menjadi hal yang sulit untuk dihindari. Menurut penelitian, setidaknya ada 80% orang yang terinfeksi HIV mengalami diare sebagai gejala awal mereka. Jika tidak segera diatasi, diare bisa berakibat fatal bagi pengidap HIV.

Ini bedanya gejala HIV diare dengan diare biasa.

Untuk membedakan diare sebagai gejala awal HIV dengan diare biasa, amati beberapa hal berikut ini:

  • Diare terjadi lebih dari 14 hari dan dalam sebulan bisa berulang 2-3 kali. Biasanya diare berbentuk cairan tanpa ampas.
  • Karena intensitas diare yang sangat tinggi dalam sehari, maka pada rentang waktu tertentu diare bisa bercampur dengan darah. Hal ini disebabkan terjadinya iritasi atau bahkan luka pada area rektum dan dubur.
  • Diare disertai dengan demam tinggi. Jika diare yang disebabkan karena kontaminasi pada makanan atau minuman yang kita konsumsi, biasanya tanpa disertai demam. Tapi karena gejala HIV diare disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur maka tubuh akan meresponnya dengan menaikkan suhu tubuh. Ini adalah cara tubuh untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
  • Berat badan turun secara drastis. Karena gejala HIV diare biasanya terjadi pada rentang waktu yang lama maka dapat dipastikan cairan yang keluar dari tubuh sangat banyak. Inilah yang kemudian membuat berat badan turun drastis. Tak hanya itu, cairan tubuh yang keluar dalam jumlah banyak tersebut juga berisiko menyebabkan terjadinya dehidrasi. Apa saja tanda dari dehidrasi? Pusing dan merasa sangat lelah serta lemas. Jika terus dibiarkan bisa mengganggu penyerapan nutrisi serta vitamin ke dalam tubuh sehingga bisa berujung pada malnutrisi atau bahkan kondisi yang fatal seperti hilang kesadaran karena dehidrasi hebat.

Maka segeralah memeriksakan diri ke dokter jika mengalami diare tanpa henti lebih dari seminggu. Untuk mendeteksi ada tidaknya virus penyebab HIV sejak awal sehingga penanganannya bisa optimal.

Baca Juga: Kenali Periode Jendela, Sudah Tertular HIV tapi Belum Bergejala

Kalau kamu ingin bertanya lebih detail tentang apa saja gejala HIV yang harus diantisipasi, langsung saja konsultasi ke HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Jangan kuatir, semua informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Pilihan KB untuk Pria, Tetap Perkasa dan Terjaga

Urusan KB tidak hanya domain wanita, para pria di luar sana juga penting terlibat aktif dalam hal KB. Sebab berpasangan dan menikah merupakan kerjasama kedua pihak, termasuk dalam urusan pengendalian kelahiran ini.

Memang metode KB yang tersedia lebih banyak diperuntukan bagi wanita sebab merekalah yang memiliki otoritas untuk hamil, melahirkan, dan menyusui. Namun, bukan beratii para pria bisa abai dengan urusan KB.

Baca Juga: Pilihan KB untuk Penyandang Lupus, Apa Saja?

Ada sejumlah alasan mengapa pria perlu lebih aktif dalam memilih metode KB. Seperti, kondisi istri yang tidak memungkinkan menggunakan KB hormonal maupun KB jangka panjang karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan, misalnya ada penyakit bawaan, atau faktor fisiologis rahim dan serviks.

Para pria tetap bisa punya andil untuk keberhasilan metode KB yang dipilih pasangannya. Lebih dari itu sebenarnya tersedia pula metode KB khusus untuk pria.

Berikut jenis KB yang pria bisa pilih sesuai kebutuhan dan kondisi individu tersebut :

  1. Kondom
    Efektivitas kondom sama besarnya dengan metode KB yang lain, hingga 99% mencegah terjadinya kehamilan. Cara kerja kondom sebenarnya multifungsi, tidak hanya memblokir sperma sehingga tidak bisa bertemu sel telur dan membuahinya, melainkan juga mencegah terjadinya risiko infeksi menular seksual. Seperti herpes dan chlamydia. Hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan oleh metode KB lainnya.

    Itu sebabnya penggunaan kondom sangat dominan bagi pria yang ingin menjalankan kedua fungsi tersebut. Gunakan kondom dengan benar agar efektivitasnya bisa maksimal. Selain itu sangat penting memilih jenis kondom berkualitas baik, seperti Andalan Kondom yang merupakan kondom impor dengan kualitas 100% lulus uji elektronis dan memenuhi standar internasional (ISO 1474). Terbuat dari bahan latex tipis yang tidak berpori, bertekstur dan berulir.

    Untuk memastikan kondom yang kamu gunakan berfungsi dengan baik, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan :

    Pastikan menggunakan kondom dari bahan latex atau poliuretan, simpan di dalam tempat yang sejuk dan kering. kondom yang terbuat dari bahan lain, kemungkinan tidak bisa melindungi dari penyakit HIV dan virus lainnya.

    Hindari menyimpan kondom di dalam dompet karena panas dan gesekan yang terjadi bisa merusak tekstur kondom itu sendiri.

    Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengecek waktu kadaluarsa dari produk kondom yang kamu gunakan. Pastikan memang masih layak pakai.

  2. Vasektomi
    Inilah metode KB yang dikenal dengan istilah sterilisasi pada pria. Jika pada wanita dikenal dengan istilah tubektomi. Sterilisasi ini dilakukan ketika memang ada indikasi dan atas persetujuan kedua pihak. Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten, vasektomi sangat efektif dalam mencegah terjadinya ovulasi dan kehamilan tidak akan terjadi. Setelah vasektomi dilakukan, dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan agar air mani bebas sperma.

    Manfaat dari vasektomi yaitu metode yang lebih sederhana, lebih murah, dan bekerja lebih baik dari tubektomi. Tidak membutuhkan perawatan khusus, setelah dilakukan tindakan vasektomi, pasien bisa langsung pulang. Dan yang pasti metode ini tidak memengaruhi aktivitas seksual dan ejakulasi tetap akan normal seperti biasa.

  3. KB alami
    Mengeluarkan di luar bukan di dalam, begitulah gambaran singkat tentang KB alami yang bisa dipilih pria. Memang tidak seefektif metode KB modern lainnya, sebab dibutuhkan gerakan cepat untuk bisa menarik penis keluar sebelum ejakulasi. Salah satu metode KB tertua dan sederhana ini hanya akan berfungsi jika kamu melakukannya dengan baik dan benar, dengan cepat dan tepat tentu saja tanpa memiliki dampak yang buruk bagi dirimu dan pasangan. Sebab metode ini mau tidak mau mengorbankan sensasi klimaks yang berkurang kualitasnya karena penetrasi yang tidak maksimal dan ejakulasi yang dilakukan di luar area yang seharusnya.

Baca Juga: Ini Lima Pilihan Metode KB untuk Ibu Menyusui

Apapun jenis metode KB yang pria bisa pilih, pastikan keputusan tersebut sudah didiskusikan dengan pasangan. Untuk menguatkannya kamu mesti berkonsultasi dengan dokter yang kompeten. Agar bisa mendapatkan pemahaman dan informasi yang tepat. Untuk berkonsultasi, saat ini bisa kok dilakukan secara onlie dengan cara menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Tiga Penyebab Menstruasi Tidak Teratur Setelah Melahirkan

Bagi perempuan, pengalaman melahirkan mengubah banyak hal. Salah satunya adalah siklus menstruasi. Sehabis persalinan, biasanya ada jeda waktu sebelum menstruasi muncul kembali. Setelah menstruasi muncul kembali pun, terkadang menstruasi tidak teratur. Yang tadinya bisa diprediksi, sekarang tak bisa ditebak kapan datangnya. Hal ini seringkali membuat banyak perempuan jadi merasa khawatir. Padahal, ini merupakan sesuatu yang normal dan bisa dipicu oleh berbagai macam faktor. Berikut beberapa di antaranya.

Baca Juga: Penyebab Menstruasi Terlambat Selain Hamil

  • Kondisi hormonal
    Pasca melahirkan, salah satu hormon yang banyak berperan dalam tubuh perempuan adalah hormon prolaktin. Kadar hormon prolaktin yang tinggi dibutuhkan untuk produksi ASI. Jadi, ibu bisa menyusui anaknya dengan lancar. Akan tetapi, tingginya kadar hormon prolaktin juga bisa mempengaruhi siklus menstruasi dan membuat menstruasi jadi jarang terjadi atau bahkan tidak terjadi sama sekali (Al-Chalabi, Bass, & Alsalman, 2018). Hal ini merupakan sesuatu yang lumrah dan tak perlu dikhawatirkan. Seiring dengan berjalannya waktu dan frekuensi menyusui anak pelan-pelan berkurang, siklus menstruasi biasanya akan membaik dengan sendirinya. Pada akhirnya, ingatlah bahwa tubuh butuh waktu untuk beradaptasi.

  • Pola tidur yang kurang ideal
    Menjadi orangtua baru memang penuh tantangan. Jika tadinya kamu bisa tidur 8 jam sehari, begitu bayi lahir, rasanya tidur 4-5 jam saja sulit sekali dicapai. Apalagi, bila si Kecil menangis sambil menjerit-jerit sekuat tenaga di pukul 3 pagi. Kurang tidur bisa membuat menstruasi tidak teratur (Lim, Kim, Lee, et al., 2018). Tubuh juga lebih rentan terhadap penyakit ketika kurang beristirahat. Akan tetapi, bukan berarti orangtua harus pasrah menerima nasib tanpa ada yang bisa dilakukan. Dibutuhkan strategi pembagian tanggung jawab yang baik di rumah terkait pengurusan anak dan manajemen rumah tangga, agar ibu tidak kewalahan dan bisa beristirahat. Idealnya, suami dan anggota keluarga lainnya turut berperan dan saling membantu. Bila hal ini tidak memungkinkan, kamu dan pasanganmu juga bisa mempertimbangkan menggunakan jasa babysitter.

  • Tingkat stres yang tinggi
    Perempuan yang baru memiliki anak seringkali harus memegang beberapa peran sekaligus. Selain menjadi seorang ibu, ia juga merupakan seorang istri yang punya berbagai tanggung jawab lain. Belum lagi jika ia juga sedang bekerja atau sedang menempuh pendidikan tinggi. Siapapun bisa menjadi lebih rentan terhadap stres ketika menghadapi situasi seperti ini. Faktanya, stres bisa membuat siklus menstruasi tidak teratur (Huhmann, 2020). Menjadwalkan waktu untuk diri sendiri alias ‘me-time’, mempraktekkan strategi relaksasi, dan menceritakan masalah yang dialami dengan pasangan atau orang-orang terdekat yang bisa dipercaya dapat membantu meringankan tekanan yang dialami para ibu. Bila beban yang dipikul sudah terlalu berat, kamu mungkin membutuhkan dukungan dari psikolog.

Baca Juga: Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Di luar dari 3 penyebab di atas, ada banyak lagi hal yang bisa membuat menstruasi tidak teratur pasca melahirkan. Ada kalanya juga ketidakteraturan menstruasi dapat menandakan masalah kesehatan reproduksi. Kalau kamu khawatir, nggak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter atau bidan. Ajaklah pasangan untuk ikut menemani. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Pilihan Kontrasepsi untuk Laki-laki: Aman dan Praktis

Suami ber-KB itu keren lho! Yuk kenali lebih jauh metode kontrasepsi untuk laki-laki.

Apakah kamu termasuk suami yang ingin berpartisipasi dalam KB? Bagus. Perencanaan kehamilan adalah tanggung jawab bersama dan kolaborasi antara suami istri. Maka tidak seharusnya kontrasepsi melulu dibebankan kepada istri. Lelaki ber-KB itu keren lho! Sayangnya memang, pilihan kontrasepsi untuk laki-laki jauh lebih terbatas dibandingkan kontrasepsi untuk perempuan.

Baca Juga: Pakai Kontrasepsi Tapi Kok Telat Haid? Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Kontrasepsi harusnya jadi tanggung jawab bagi suami maupun istri. Sebuah survei di Amerika Serikat pada 998 orang usia 18 – 37 tahun yang aktif secara seksual pun menunjukkan hal serupa. Sebanyak 71,9% laki-laki dan 74,2% perempuan setuju bahwa kedua belah pihak memiliki tanggung jawab yang setara terhadap kontrasepsi.

Namun sayang, faktanya di Indonesia masih jauh dari harapan. Menurut data BKKBN (Badan dan Keluarga Berencana Nasional), hanya 5% laki-laki yang ikut program KB. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya yaitu pola pikir yang masih kuno. Masih banyak yang beranggapan bahwa kontrasepsi adalah “tugasnya” perempuan. Alasan lain yang mendominasi, terbatasnya pilihan kontrasepsi untuk laki-laki.

2 Pilihan Kontrasepsi untuk Laki-laki

Cukup miris memang. SpaceX sudah berhasil mengirim empat warga sipil ke angkasa dalam misi Inspiration 4, tapi pilihan kontrasepsi untuk laki-laki tidak banyak berkembang sejak sekitar seabad lalu. Bandingkan dengan kontrasepsi perempuan yang terus berkembang, dan makin banyak pilihannya. Pil kontrasepsi untuk laki-laki masih dalam tahap penelitian.

Sejauh ini, hanya ada dua metode kontrasepsi laki-laki yang telah tersedia. Yaitu kondom dan vasektomi. Yuk kenali lebih jauh mengenai dua metode kontrasepsi ini, agar kamu lebih paham manfaatnya, sehingga lebih mantap menggunakannya.

  1. Kondom
    Kondom bisa jadi merupakan metode kontrasepsi tertua. Kondom telah digunaakn sejak berabad lalu, terbuat dari usus binatang. Sejak 1920, kondom mulai dibuat dari lateks, dan kini tersedia juga yang berbahan poliuretan. Kondom merupakan kontrasepsi yang bekerja sebagai barrier, yaitu menghalangi cairan mani masuk ke liang vagina, sehingga sperma tidak bisa membuahi sel telur.

    Keistimewaan kondom yaitu efektif mencegah infeksi menular seksual. Termasuk diantaranya gonorrhea, sifilis, HIV, dan lain-lain. keistimewaan lainnya, kondom bisa dibilang sangat aman karena tidak akan mempengaruhi kondisi hormon. Kondom pun praktis, cukup digunakan ketika hendak berhubungan. Memang kekurangannya, stok kondom harus selalu tersedia di rumah. Juga ada risiko kehamilan spontan akibat kerusakan kondom, atau penggunaan yang kurang tepat/tidak konsisten.

    Bila kamu atau pasanganmu alergi lateks, pilihlah kondom berbahan poliuretan. DKT memiliki berbagai berbagai merk kondom yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhan, selera, dan kondisi/pasangan. Ada Sutra, Fiesta, Andalan, dan Supreme.

  2. Vasektomi
    Masih banyak yang salah kaprah soal vasektomi. Banyak yang mengira bahwa vasektomi = kebiri, sehingga akan menurunkan performa dan libido laki-laki. Ini salah satu alasan mengapa angka vasektomi di Indonesia sangat rendah, hanya 0,2%.

    Pada dasarnya, vasektomi adalah tindakan untuk menutup saluran sperma (vas deferens), yang berfungsi menyalurkan sperma dari testis ke penis. Dengan demikian, sperma tidak bisa masuk cairan semen (mani), sehingga laki-laki tetap ejakulasi seperti biasa, hanya saja tidak ada sperma dalam mani.

    Vasektomi bisa dilakukan dengan operasi kecil, hanya menggunakan bius lokal. Vasektomi bisa jadi pilihan bila kamu dan pasangan merasa sudah cukup punya anak, atau memutuskan untuk child-free. Tentunya metode ini sangat praktis; cukup sekali tindakan, dan kalian tidak perlu lagi khawatir dengan kehamilan yang tidak direncanakan.

Baca Juga: Bisakah Hamil Saat Memakai Kontrasepsi?

Masih punya pertanyaan seputar kontrasepsi untuk laki-laki? Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Waspadai Risiko Kehamilan Ektopik Akibat Infeksi Menular Seksual

Kehamilan ektopik akibat infeksi menular seksual bisa terjadi ketika infeksi menyebabkan radang di tuba falopi, lalu menimbulkan luka parut.

Mungkin kamu sering mendengar istilah kehamilan di luar kandungan. Secara medis, ini disebut kehamilan ektopik. Kamu perlu lebih waspada bila pernah mengalami infeksi menular seksual. Karena ternyata, ada risiko kehamilan ektopik akibat infeksi menular seksual yang diam-diam mengintai.

Baca Juga: Tiga Infeksi Menular Seksual Penyebab Keputihan, Apa Saja Ya?

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di tempat yang tidak seharusnya. Pada kehamilan normal, ovum (sel telur) yang telah dibuahi harusnya bergerak menuju rongga rahim, lalu melekat pada lapisan endometrium di rongga rahim. Pada kehamilan ektopik, ovum yang telah dibuahi malah menempel di tempat lain. Paling sering terjadi di tuba falopi. Bisa pula terjadi di rahim tapi di tempat yang tidak seharusnya, misalnya pada bagian atas rahim (interstisial), atau di bagian bawah dekat serviks (leher rahim). Kehamilan ektopik harus diterminasi oleh dokter, karena akan membahayakan keselamatan ibu.

Angka kejadian kehamilan ektopik memang tidak terlalu tinggi. Di Amerika Serikat, diperkirakan angkanya 0,03% dari seluruh populasi. Menurut WHO, angka di Indonesia pun tak jauh berbeda. Namun dari seluruh kehamilan, kejadian kehamilan ektopik diperkirakan mencapai 2% di AS. Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik pun tidak main-main. Di seluruh dunia, diperkirakan bahwa kehamilan ektopik menyebabkan kematian ibu hingga 28%.

Risiko Kehamilan Ektopik akibat Infeksi Menular Seksual

Kehamilan ektopik paling sering terjadi akibat kondisi tertentu yang menghambat pergerakan ovum yang telah dibuahi, dari tuba falopi menuju rahim. Ovum yang telah dibuahi jadi terjebak dalam tuba falopi. Sering kali karena tuba falopi rusak akibat peradangan, atau bentuk tuba tidak seperti biasa, sehingga menyulitkan bagi ovum yang telah dibuahi untuk bergerak menuju rahim. Akibatnya, sel telur tersebut akhirnya melekat dan tumbuh di tuba falopi.

Ada banyak faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Salah satunya, infeksi menular seksual. Kehamilan ektopik akibat infeksi menular seksual bisa terjadi ketika infeksi menjalar hingga melewati serviks, ke organ reproduksi bagian atas.

Infeksi menular seksual seperti gonore atau klamidia bisa menimbulkan peradangan pada tuba falopi maupun organ-organ di sekitarnya, yang berada di area panggul. Ini dikenal juga sebagai penyakit radang panggul (PRP) atau pelvic inflammatory disease. Peradangan yang terjadi pada organ-organ panggul bisa menimbulkan luka parut pada tuba falopi. Akhirnya, rongga tuba falopi pun menyempit, sehingga ovum yang telah dibuahi bisa terjebak di sana.

Jadi, jangan anggap enteng ya bila kamu mengalami infeksi menular seksual. Tidak perlu malu berobat dan berkonsultasi ke dokter, apalagi khawatir dengan omongan julid orang lain. Kesehatan reproduksimu jauh lebih penting. Berobatlah segera bersama pasangan, sehingga penyakit bisa benar-benar tuntas, dan sembuh sebelum menjalar ke mana-mana. Bila kamu pernah mengalami infeksi menular seksual, kembalilah berkonsultasilah kembali ke dokter kandungan, untuk melihat apakah ada luka parut yang terbentuk di organ reproduksi. Dengan demikian, kamu mengetahui kondisi organ-organ panggulmu, dan bisa mempersiapkan kehamilan dengan lebih baik.

Kamu bisa memakai kondom untuk menghindari risiko kehamilan ektopik akibat infeksi menular seksual. Ada banyak pilihan kondom dari DKT yang bisa kamu pilih sesuai selera: Sutra, Fiesta, Andalan Kondom, dan Supreme.

Baca Juga: Penyakit Infeksi Menular Seksual yang Disebabkan Seks Anal

Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Seberapa Banyak Keputihan yang Dianggap Normal?

Jangan ragu untuk memeriksa keputihan yang dialami. Sebab, keputihan seperti petunjuk yang diberikan tubuh.

Keputihan terkadang dapat memberi tahu apa yang terjadi di bawah sana, termasuk jika kamu memiliki potensi masalah kesehatan yang harus diperiksa dokter.

Tapi berapa banyak cairan keputihan yang normal? Tidak ada jawaban yang mudah di sini, meski volume keputihan tetap dapat mengisyaratkan beberapa hal tentang kesehatan kamu.

Keputihan mungkin tampak misterius dari mana datangnya, tetapi sebenarnya lendir itu hanya campuran sel dan cairan dari vagina dan lendir dari leher rahim.

Baca Juga: Waspada, Keputihan Bisa Disebabkan karena Pakai Celana Ketat

Menurut Mayo Clinic, keluarnya cairan ini punya tujuan yang baik, yakni sebagai cara vagina membersihkan dirinya sendiri, membuatnya tetap lembab, dan melindungi dirinya dari infeksi dan iritasi.

Tidak ada jumlah debit yang dianggap “normal” untuk semua orang. Intinya adalah mempelajari seberapa normal bagi masing-masing individu.

Jangan khawatir jika sepertinya kamu memiliki keputihan yang jauh lebih banyak atau lebih sedikit daripada orang lain.

Sama seperti keringat, ada orang yang keringatnya banyak, ada yang biasa-biasa saja, bahkan susah berkeringat. Jadi, tiap orang berbeda.

Dokter pun tidak bisa menentukan keputihan yang dianggap banyak atau sedikit. Kita sendirilah yang harus memantau biasanya seberapa banyak.

Siklus menstruasi

Pahami pula bahwa definisi keputihan normal berubah-ubah sepanjang bulan, dipengaruhi oleh siklus haid.

Setelah menstruasi selesai, tak berarti tubuh tidak mengeluarkan cairan apapun sebab ada cairan yang berasal dari jaringan vagina sendiri. Namun lebih sedikit daripada yang di waktu lain.

Menjelang siklus haid, tubuh pun mulai bersiap untuk ovulasi, kadar estrogen meningkat, dan cairan keputihan lebih banyak. Keputihan itu bisa berwarna putih, kuning, atau tampak keruh, dan mungkin terasa lengket.

Tingkat estrogen terus meningkat saat mendekati ovulasi, dan keputihan mungkin menjadi sangat tipis dan licin karena tubuh mengeluarkan lebih banyak lendir serviks.

Lendir ini ada untuk membantu sperma melakukan perjalanan ke leher rahim sehingga lebih mudah terjadi pembuahan.

Jika tidak hamil setelah melepaskan sel telur selama ovulasi, kadar estrogen akan berkurang, sehingga jumlah lendir serviks pun sedikit.

Keputihan kamu mungkin menjadi lebih tebal dan lebih keruh lagi, kemudian ada beberapa hari yang “bersih”. Setelah menstruasi tiba, siklus pun dimulai lagi.

Penggunaan kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi juga berpengaruh pada keputihan. Jika kamu menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, kamu mungkin tak terlalu melihat perbedaan cairan keputihan sepanjang bulan.

Bahkan jika kontrasepsi hormonal kamu tidak mengandung estrogen, hormon progesteron di dalamnya tetap mempengaruhi keputihan.

Progestin yang ditemukan dalam metode kontrasepsi pil KB kombinasi, pil mini, IUD hormonal, dan suntikan, membuat lendir serviks lebih kental untuk memperlambat pergerakan sperma. Dengan begitu keputihan kamu tidak terlalu licin.

Ketika kita hamil, kadar estrogen terus meningkat sehingga keputihan terasa lebih basah dan licin selama kehamilan.

Kehamilan juga akan meningkatkan volume darah dan itu bisa menyebabkan tubuh mengeluarkan lebih banyak cairan dari biasanya.

Kondisi keputihan yang wajib diwaspadai

Intinya, jumlah cairan keputihan akan bervariasi tergantung pada banyak hal. Namun, jika kamu merasa cairan keputihan lebih banyak dari biasanya tanpa alasan yang jelas, mungkin perlu diperiksakan ke dokter.

Kondisi keputihan yang wajib diwaspadai adalah keputihan yang disertai dengan beberapa gejala lain seperti ada rasa terbakar saat buang air kecil, atau terasa nyeri ketika berhubungan seksual.

Berhati-hati juga jika ada darah pada cairan keputihan padahal tidak sedang menstruasi. Gejala ini bisa juga disebabkan karena ada polip di rahim, kanker serviks, atau flek karena menggunakan kontrasepsi. Untuk memastikannya tetap harus diperiksa oleh dokter.

Baca Juga: Sejauh Mana Stres Menyebabkan Keputihan?

Jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Studi Membuktikan, Efektivitas Menstrual Cup Setara Tampon dan Pembalut

Popularitas menstrual cup kian menanjak, makin banyak wanita yang ingin menggunakanannya. Hal ini sejalan dengan sejumlah riset yang menyebutkan efektivitas menstrual cup sama baiknya dengan pembalut maupun tampon sekali pakai.

Salah satunya sebuah studi yang terbit di The Lancet Public Health, menyebutkan dari 43 penelitian yang melibatkan 3.300 responden wanita dan remaja putri. Menurut salah satu pakar senior Penelope Phillips-Howard dari Liverpool School of Tropical Medicine, penelitian ini sangat penting di tengah keterbatasan studi selama ini.

Baca Juga: Ini Perbandingan Menstrual Cup dengan Pembalut dan Tampon

“Fakta menyebutkan 1,9 miliar wanita usia reproduktif menghabiskan rata-rata 65 hari dalam setahun berurusan dengan menstruasi, hanya ada sedikit penelitian berkualitas yang membandingkan produk sanitasi terkait menstruasi ini,” ujar Penelope.

Menurutnya penelitian ini bertujuan menyimpulkan pengetahuan terkini tentang kebocoran, kenyamanan, dan keamanan menstrual cup serta efektivitasnya dalam menampung darah menstruasi. Dibandingkan dengan produk lain yang sejenis.

Alih-alih menyerap darah menstruasi seperti pembalut dan tampon, menstrual cup justru mengumpulkan dan menampungnya. Cara menggunakannya dimasukkan ke dalam vagina, kemudian dikosongkan setiap 4-12 jam lalu dibersihkan untuk digunakan kembali.

Terbuat dari material silikon, late atau karet membuat menstrual cup bisa digunakan berulang kali, bahkan bertahan hingga 10 tahun. Hal ini seketika menghentikan kebiasaan membeli pembalut sekali pakai setiap bulannya sehingga bisa menghemat pengeluaran rutin.

Christine Metz, direktur penelitian obstetri dan ginekologi di North Shore University Hospital di Manhasset, New York, setuju bahwa wanita membutuhkan lebih banyak informasi terkait cangkir menstruasi ini.

Ia mengungkapkan banyak wanita yang terlibat dalam penelitian ini memberikan respons positif dan banyak yang beralih ke menstrual cup, dan meninggalkan pembalut sekali pakai yang selama ini mereka gunakan.

Seberapa efektif dan aman digunakan?

Pertanyaan ini paling sering diajukan pertama kali terkait menstrual cup. Menurut sebuah penelitian di Inggris, tingkat kebocoran yang serupa antara menstrual cup, pembalut, dan tampon. Sementara penelitian lain menemukan kebocoran menstrual cup secara signifikan lebih sedikit dibanding tampon dan pembalut.

Juga tidak ada peningkatan risiko infeksi ketika digunakan. Empat dari studi mengungkapkan bahwa penggunaan menstrual cup tidak membahayakan vagina, tidak merusak bakteri baik yang secara alami ada di saluran vagina. Studi lain yang memeriksa vagina dan leher rahim juga tidak menemukan kerusakan jaringan akibat penggunaan menstrual cup.

Julie Hennegan dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore menyebutkan, hasil studi terbaru menyoroti menstrual cup sebagai pilihan yang aman dan hemat biaya. Namun dia menyayangkan banyak gadis dan wanita usia reproduktif yang tidak mendapatkan informasi yang memadai terkait hal ini.

Studi ini juga menemukan bahwa kesadaran akan menstrual cup masih sangat rendah. “Faktanya hanya 30% situs web dengan materi edukasi tentang menstruasi yang menyertakan informasi seputar menstrual cup,” ujar Hennegan.

Keterbatasan informasi dan masih sedikitnya penelitian berkualitas tentang menstrual cup di berbagai belahan dunia, membuat eksistensi menstrual cup memang masih jauh dari harapan. Dibutuhkan waktu lebih panjang untuk mengedukasi dan sosialisasi menstrual cup kepada para gadis dan wanita usia subur di seluruh dunia.

Sebab mereka berhak mendapatkan produk sanitasi yang berkualitas baik, aman, nyaman dan hemat serta ramah lingkungan karena mampu mengurangi limbah pembalut maupun tampon yang setiap bulannya menumpuk di tempat pembuangan sampah.

Baca Juga: Alasan Tepat Pilih Menstrual Cup

Jika kamu ingin tahu lebih jauh seputar menstrual cup, ikuti terus artikel edukasi seputar menstrual cup dan menstruasi secara umum di laman website ini. Dan jika kamu ingin berkonsultasi, saat ini bisa kok dilakukan secara online dengan cara menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Bisa ‘Keluar di Luar’, Kok Masih Perlu Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui?

Setelah lama ‘cuti bersama’ dengan adanya kehadiran bayi, memulai aktivitas seksual kembali bisa menjadi sesuatu yang menantang. Akan tetapi, bukan berarti tiada cara untuk mengembalikan romansa. Dengan kontrasepsi untuk ibu menyusui, momen-momen intim penuh gairah dapat dinikmati lagi secara maksimal berdua.

Baca Juga: Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui vs Senggama Terputus, Mana yang Lebih Efektif?

Bisa ‘keluar di luar’, kenapa masih perlu kontrasepsi? Buat apa memakai yang nggak alami kalau ada strategi yang alami dan lebih mudah? Meski metode ‘keluar di luar’ alias senggama terputus banyak diandalkan orang untuk menunda kehamilan, kenyataannya metode ini sangat rentan gagal. Berikut beberapa alasannya.

  • Tidak semua orang bisa mengendalikan momen ejakulasi
    Mengontrol ejakulasi itu sulit, namun sebagian besar laki-laki meremehkan hal ini, sehingga banyak yang ‘kebablasan’ klimaks sebelum penis dikeluarkan dari vagina (Westheimer & Lehu, 2019). Secara statistik, 1 dari setiap 5 pasangan yang menggunakan metode keluar di luar hamil dalam setahun (Perez, 2019). Bagi ibu menyusui, langsung hamil lagi bisa sangat berbahaya bagi tubuh, karena tubuh belum sepenuhnya pulih dari kehamilan sebelumnya dan proses persalinan yang baru saja dilewati. Menurut RISKESDAS Kemenkes RI 2018, ibu idealnya menunggu 4-5 tahun setelah punya anak pertama sebelum hamil lagi, karena selain menunggu rahim pulih dan siap mengandung lagi, bonding antara ibu dan anak pertama juga sudah cukup kuat, sehingga anak pun lebih siap untuk menjadi kakak.

  • Cairan pra-ejakulasi terkadang mengandung sperma
    Kalau kamu perhatikan, ada cairan bening yang sering keluar dari penis sejak penis mulai tegang, meskipun momen ejakulasi masih jauh. Cairan bening tersebut dikenal sebagai cairan pra-ejakulasi. Nah, meskipun sering dianggap tidak memiliki kandungan sperma sama sekali, nyatanya cairan bening ini terkadang berisi sperma (Kovavisarach, Lorthanawanich, & Muangsamran, 2016). Meskipun penis ditarik keluar sebelum laki-laki mencapai klimaks, sperma bisa saja sudah masuk ke dalam vagina melalui cairan pra-ejakulasi. Keluarnya cairan pra-ejakulasi dari penis sama sekali tidak bisa dikendalikan, jadi pada akhirnya kamu dan pasanganmu tetap perlu menggunakan kontrasepsi bila memang belum siap memiliki anak kedua.

  • Kontrasepsi untuk ibu menyusui lebih efektif dan aman
    Daripada mengambil risiko mengalami kehamilan yang tidak direncanakan gara-gara pengen tetap memakai cara ‘alami’, jauh lebih baik bila kamu dan pasanganmu memilih metode kontrasepsi modern yang lebih terjamin keampuhannya. Misalnya, KB implan yang memiliki efektivitas 99,9%, suntikan KB dengan efektivitas 96%, atau pil mini dengan efektivitas 93% (Hill, 2019). Tak perlu khawatir soal keamanannya, sebab ketiga alat kontrasepsi hormonal ini isinya hanya hormon progesteron saja. Menurut penelitian, kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progesteron aman bagi ibu serta tidak memengaruhi kemampuan menyusui maupun kondisi kesehatan bayi (Phillips, Tepper, et al. 2016). Agar lebih tenang lagi, pilihlah kontrasepsi untuk ibu menyusui dari brand yang sudah terbukti unggul. Pil KB Andalan Laktasi, Suntikan KB 3 Bulanan Andalan, dan Implan Andalan bisa menjadi alternatif kontrasepsi hormonal terpercaya bagi ibu menyusui. Tak ingin menggunakan kontrasepsi hormonal? Alternatif non-hormonal seperti IUD tembaga dan kondom pun tersedia. Tinggal memilih yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan pribadi.

Baca Juga: Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui, Bolehkah Dilanjutkan Ketika Sudah Berhenti Menyusui?

Itulah tiga alasan mengapa kontrasepsi untuk ibu menyusui tetap masih dibutuhkan meskipun ada metode ‘keluar di luar’. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Gatal-gatal Ketika Keluar Keputihan Tanda Hamil, Apakah Normal?

Sering dianggap sebagai sesuatu yang tabu untuk dibahas, banyak perempuan menjadi ragu untuk bercerita mengenai keputihan. Tak jarang, perempuan yang mengalami keputihan merasa malu, sebab ada stigma bahwa keputihan hanya terjadi ketika seseorang kurang mempedulikan kebersihan. Padahal, kenyataannya keputihan bisa terjadi pada siapapun karena berbagai faktor, termasuk perubahan hormon yang bisa terjadi di masa kehamilan. Keputihan tanda hamil mulai menjadi semakin banyak pada trimester pertama, seiring dengan perubahan warna kulit di sekitar vulva yang menjadi tambah gelap (Regan, 2019). Pertanyaannya, bagaimana bila keputihan yang muncul disertai dengan rasa gatal? Apakah normal? Berikut sekilas penjelasannya dari segi kesehatan reproduksi.

Baca Juga: Keputihan Setiap Hari, Normalkah?

Keputihan pada dasarnya adalah cairan yang menjadi benteng pertahanan untuk mencegah masuknya bakteri di leher rahim (Hill, 2019). Kamu mungkin pernah mendengar bahwa vagina membersihkan dirinya sendiri. Nah, salah satu caranya adalah dengan mengeluarkan cairan keputihan. Saat hamil, tubuh menyiapkan ‘perlindungan ekstra’ agar janin tetap aman dan terlindungi. Inilah alasan mengapa ada keputihan tanda hamil.

Keputihan yang normal biasanya tampak bening cenderung keputih-putihan, tanpa aroma, dan volumenya pun tidak terlalu banyak. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa ketika kamu sedang mengandung, volume keputihan bisa saja terus bertambah, khususnya di penghujung kehamilan. Pada minggu terakhir kehamilan, keputihan dapat mengandung lendir yang lengket berwarna pink yang menyerupai jelly (NHS UK). Keputihan yang seperti ini pada umumnya tidak mengganggu serta tak menyebabkan rasa gatal sama sekali.

Sebaliknya, keputihan abnormal disebabkan oleh bakteri, jamur, dan parasit serta memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Marhaeni, 2016):

  • Volumenya banyak
  • Berwarna putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan
  • Disertai bau amis atau busuk
  • Menyebabkan rasa gatal dan/atau perih

Jadi, bila keputihan tanda hamil disertai dengan rasa gatal yang membuatmu ingin menggaruk-garuk area selangkangan terus-terusan, ini adalah salah satu gejala yang perlu diwaspadai. Bisa jadi, ada infeksi menular seksual atau gangguan kesehatan reproduksi lainnya yang menyerangmu. Untuk memastikannya, sebaiknya segeralah menjadwalkan pemeriksaan ke dokter. Dengan demikian, penyebabnya bisa diketahui. Hindari berusaha melakukan pengobatan sendiri dengan bedak, lulur, rempah, krim gatal, atau sembarang sabun yang tingkat pHnya tidak diketahui. Soalnya, ini bisa membuat masalah keputihan yang abnormal jadi semakin buruk. Daripada mengambil risiko, lebih baik kamu mengandalkan resep dokter.

Untuk mencegah munculnya keputihan yang berbahaya di tengah masa kehamilanmu, bersihkanlah vulva secara rutin dengan air bersih di bagian luar saja. Tak perlu membersihkan hingga ke bagian dalam liang vagina. Bila kurang puas hanya dengan air, gunakanlah sabun pembersih yang memang dibuat untuk kesehatan organ seksual perempuan. Andalan Feminine Care Fresh Intimate Wash merupakan sabun pembersih khusus dengan tingkat pH 3.5-4.9 yang aman bagi vulva. Dengan kandungan sirih, chamomile, dan aloe vera, Andalan Feminine Care Fresh Intimate Wash bisa membantu membersihkan dan menyegarkan vulva. Tak hanya itu, kandungan probiotiknya juga tinggi, sehingga bisa menambah populasi bakteri baik yang dibutuhkan oleh organ seksual dan reproduksimu. Kamu pun bisa merasa lebih nyaman dalam beraktivitas sepanjang hari.

Baca Juga: Kenali Keputihan yang Normal Saat Hamil

Begitulah penjelasan soal keputihan tanda hamil dan langkah-langkah yang perlu dilakukan bila keputihan menimbulkan rasa gatal. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan inip pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Penyebab Darah Menstruasi Berwarna Hitam

Darah menstruasi umumnya berwarna merah gelap. Namun tidak selamanya warna darah menstruasi akan selalu sama, karena darah yang keluar bersama jaringan dinding rahim yang luruh tersebut dapat berubah warna tergantung pada oksigenasi udara. Ini alasan penyebab darah menstruasi berwarna hitam.

Baca Juga: Penyebab Menstruasi Terlambat Selain Hamil

Agar lebih mudah memahaminya, kamu bisa membandingkannya dengan luka di bagian tubuh kita. Misalnya tanganmu tergores pisau, maka darah baru yang keluar berwarna merah segar, ciri khas luka baru. Jika kamu membalut luka tersebut, dan memeriksanya keesokan harinya, kamu akan melihat bahwa darah yang awalnya merah akan berubah menjadi coklat.

Warna darah tampak lebih gelap karena telah bereaksi dengan oksigen, dan sebagian besar air dalam darah akan menguap, membuat pigmentasi lebih pekat.

Penyebab Darah Menstruasi Berwarna Hitam

Menstruasi adalah keluarnya endometrium atau lapisan dalam dinding rahim melalui vagina. Endometrium terdiri dari jaringan yang memiliki banyak pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan menjadi sumber utama suplai makanan ke embrio, jika sel telur yang telah dibuahi sperma menempel di dinding rahim. Dengan asupan darah kaya nutrisi dan oksigen, embrio akan berkembang menjadi janin hingga siap dilahirkan.

Jika tidak ada pembuahan, maka tepat sebelum kamu mendapatkan menstruasi, pembuluh darah di endometrium akan menyempit. Setelah penyempitan pembuluh darah, endometrium mulai pecah berkeping-keping dan lepas dari lapisan rahim yang lebih dalam.

Saat jaringan pecah, ia membuat ujung pembuluh darah robek dan berdarah. Di sinilah mengapa menstruasi awalnya berwarna merah darah yang cerah. Namun, endometrium tidak terlepas sekaligus, namun pelepasannya bertahap dan terkontrol. Selain itu juga dibutuhkan waktu bagi jaringan endometrium untuk turun melalui serviks dan vagina. Karena lama perjalanan inilah, darah menstruasi teroksigenasi sehingga tampak lebih merah tua, coklat, atau bahkan hitam, dibandingkan jaringan awalnya.

Setelah lapisan endometrium bersih, zat pembeku darah akan bekerja menghentikan pendarahan, dan menstruasi pun berhenti.

Arti Warna Darah Menstruasi

Sepanjang seorang wanita menstruasi, warna darah kadang berubah. Bahkan warna darah di awal menstruasi dan di akhir menstruasi pun kadang tidak sama. Ternyata itu ada artinya lho!

  1. Warna darah menstruasi merah cerah
    Aliran darah menstruasi biasanya menjadi lebih berat pada hari kedua atau ketiga siklus menstruasi karena lapisan rahim luruh lebih cepat. Darah haid berwarna merah cerah adalah darah yang lebih baru, yang tidak sempat menjadi gelap saat keluar dari vagina.
  2. Warna darah menstruasi pink (semburat merah)
    Warna darah vagina pink atau merah muda dan tipis sering disebut spot atau bercak saja. Biasanya terjadi di awal menstruasi, atau pendarahan yang terjadi di luar menstruasi reguler.

    Beberapa wanita mengalami bercak di tengah siklus, juga dikenal sebagai pendarahan ovulasi. Pendarahan yang bercampur dengan cairan serviks di masa subur bisa tampak merah muda atau merah muda.

    Jika warna darah dari vagina berwarna merah muda encer yang terjadi secara tidak teratur (tanpa pola dan tidak terkait dengan siklus menstruasi), mungkin merupakan tanda kanker serviks dan harus dievaluasi segera oleh penyedia layanan kesehatan.

  3. Warna darah menstruasi abu-abu
    Jika kamu mendapati di antara darah menstruasi ada warna keputihan keabu-abuan, ini bisa menjadi tanda infeksi. Apalagi jika kamu hamil dan terjadi pendarahan hebat dan disertai potongan jaringan keabu-abuan, maka bisa jadi kamu keguguran. Segera ke dokter untuk dua kondisi ini.

Jadi ladies, penting memahami pola dan kondisi darah menstruasi. Karena, kesehatan reproduksi dan menstruasi masih sering disalahpahami, dan dikesampingkan dibandingkan dengan aspek kesehatan lainnya.

Baca Juga: Tidak Benar Minum Minyak Kelapa Bisa Mempersingkat Menstruasi

Perubahan warna darah haid bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Tetapi perhatikan juga apakah ada perubahan volume aliran darah, perubahan panjang siklus, atau ada rasa nyeri. Jika kamu memiliki keluhan seputar menstruasi, kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.