Waspadai, Herpes Saat Hamil Bisa Timbulkan Komplikasi

Herpes termasuk dalam infeksi menular seksual yang banyak terjadi pada populasi yang aktif secara seksual, termasuk ibu hamil. Namun, infeksi ini sering tidak disadari.

Sebagian besar herpes selama kehamilan tidak menyebabkan komplikasi. Namun, terkadang bisa memicu masalah serius bagi janin.

Baca Juga: Empat Fakta Infeksi Menular Seksual Pada Ibu Hamil

Meskipun banyak orang dengan infeksi herpes tidak memiliki masalah dengan kesuburan, ada beberapa data bahwa infeksi herpes dapat menyebabkan masalah dengan kualitas air mani dan peningkatan tingkat infertilitas.

Risiko pada janin

Risiko utama yang terkait dengan herpes dan kehamilan adalah infeksi herpes neonatal. Infeksi pada bayi baru lahir ini jarang terjadi, tetapi bisa sangat serius atau bahkan fatal.

Risiko terbesar untuk herpes neonatal terjadi pada orang yang baru terinfeksi herpes saat hamil — terutama menjelang waktu persalinan.

Infeksi herpes yang baru pertama kali dialami dan terjadi di trimester pertama kehamilan juga beresiko tinggi mengalami keguguran.

Operasi caesar direkomendasikan sebagai pengganti persalinan pervaginam untuk orang yang memiliki gejala genital pada saat persalinan.

Operasi caesar telah terbukti secara signifikan mengurangi risiko penularan herpes ke bayi

Gejala herpes saat hamil

Gejala herpes saat hamil pada dasarnya sama dengan infeksi ini pada orang yang tidak hamil, yaitu:

  • Demam atau menggigil yang muncul beberapa hari setelah terinfeksi virus herpes
  • Rasa nyeri atau gatal-gatal
  • Sensasi terbakar di kulit
  • Ada luka lepuh kecil, terkadang tidak terlihat, di sekitar organ kelamin.

Segera konsultasikan ke dokter jika curiga mengalami herpes saat hamil agar dilakukan pengobatan.

Setelah persalinan

Jika kamu memiliki infeksi herpes oral atau genital, penting untuk membersihkan tangan antara menyentuh luka dan menyentuh bayi. Infeksi herpes menyebar dari kulit ke kulit.
Ini juga berarti bahwa bayi mungkin berisiko terkena herpes dari kontak dengan orang dewasa lain dalam hidup mereka.

Baca Juga: Klamidia, Infeksi Menular Seksual yang Bisa Bikin Susah Hamil

Menyusui tidak dianggap beresiko bagi penderita herpes, jadi ibu boleh memberikan ASI. Pengecualian adalah untuk orang yang memiliki lesi herpes aktif pada payudara, yang tidak boleh menyusui.

Jika kamu masih punya pertanyaan seputar infeksi menular seksual kesehatan reproduksi, kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Kehamilan Ektopik dan Infeksi Menular Seksual, Apa Kaitannya?

Infeksi menular seksual atau IMS sebabkan kehamilan ektopik.

Kehamilan ektopik adalah hamil di luar rahim. Ini terjadi ketika embrio berkembang tidak di dalam rahim, melainkan di organ lain seperti tuba falopi, indung telur, serviks atau bahkan rongga perut. Tapi paling sering kehamilan ektopik terjadi di tuba falopi. Kehamilan ektopik sangat berbahaya karena bisa menyebabkan pendarahan dan nyeri hebat di panggul atau perut bawah. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan kerusakan fatal pada organ yang ditumpangi embrio dan embrio pun tidak akan berkembang normal. Lantas apa kaitannya kehamilan ektopik dengan infeksi menular seksual?

Baca Juga: Penting Diketahui, Ini Cara Terbaik Mencegah Infeksi Menular Seksual

Salah satu dampak bahaya dari infeksi menular seksual atau IMS adalah sebabkan kehamilan ektopik. Ibu hamil termasuk kategori rentan mengalami infeksi karena fluktuasi hormon menyebabkan reaksi imun menurun. Risiko terjadinya infeksi menular seksual semakin tinggi apabila berhubungan seksual tidak aman. Yang dimaksud dengan hubungan seks tidak aman adalah suami atau istri melakukan perilaku seks berisiko dan tidak menggunakan kondom ketika berhubungan seks.

Kok sudah menikah malah pakai kondom? Sebenarnya kondom tidak hanya alat kontrasepsi yang bisa mencegah terjadinya kehamilan, tapi juga bisa memproteksi diri dari masuknya bakteri atau virus penyebab infeksi menular seksual ke dalam tubuh. Jadi sebenarnya memakai kondom adalah bentuk saling melindungi.

Penelitian membuktikan kondom berbahan lateks efektif hingga 90% untuk memutus mata rantai penularan infeksi menular seksual. Maka menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, termasuk ketika hamil, juga menjadi cara untuk memastikan kehamilan berlangsung aman dan janin bisa berkembang normal di dalam rahim. Artinya risiko terjadinya kehamilan ektopik bisa diminimalisir dengan setia pada pasangan serta menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.

Tak hanya untuk mencegah penularan infeksi menular seksual, penggunaan kondom setiap kali berhubungan seksual selama hamil juga bisa mencegah terjadinya kontraksi. Karena di dalam air mani terdapat hormon prostaglandin yang bisa merangsang kontraksi. Agar hubungan seksual tetap bergairah selama kehamilan, kondom Fiesta Ultra Safe bisa menjadi pilihan. Selain berbahan lateks, kondo mini juga dilengkapi dengan pelumas ekstra yang tentu menambah kenikmatan dalam berhubungan seks.

Apa sajakah gejala kehamilan ektopik? Sama seperti infeksi menular seksual, kehamilan ektopik pada tahap awal tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Kamu akan mengalami gejala kehamilan biasa seperti menstruasi terhenti, mual, dan payudara mengeras. Tapi pada tahap selanjutnya, kehamilan ektopik akan menimbulkan beberapa gejala khas seperti perut, panggul, leher, dan bahu yang terasa seperti ditusuk; nyeri pada perut bagian bawah dan seiring berjalannya waktu rasa nyerinya akan semakin hebat, nyeri hebat setiap kali buang air besar, hingga vagina mengeluarkan darah berwarna gelap. Ini adalah indikasi pecahnya tuba falopi karena kehamilan ektopik.

Segeralah memeriksakan diri jika kamu mengalami gejala-gejala tersebut. Adapun pengobatan untuk kehamilan ektopik bisa menggunakan terapi obat atau tindakan operasi. Sedangkan untuk infeksi menular seksual pada ibu hamil, pengobatannya adalah dengan terapi obat antibiotik.

Baca Juga: Bisakah Infeksi Menular Seksual Disembuhkan?

Jika kamu ingin mencari tahu lebih detail bagaimana mencegah terjadinya infeksi menular seksual, segera konsultasi langsung di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Tenang, semua informasi pribadi akan dijaga baik. Yuk segera berkonsultasi!

Penyakit Infeksi Menular Seksual yang Disebabkan Seks Anal

Seks anal tak hanya sebabkan terjadinya penyakit infeksi menular seksual tapi juga kanker anus.

Variasi dalam berhubungan seksual memang dibutuhkan agar kamu dan pasangan tetap bisa menciptakan kehangatan dalam rumah tangga. Berlandaskan pada tujuan inilah kemudian banyak pasangan yang tertarik untuk mencoba seks anal sebagai bagian dari menciptakan variasi saat bercinta. Sebelum kemudian memutuskan untuk melakukannya sebagai variasi dalam bercinta, sebaiknya ketahui juga penyakit apa saja yang bisa disebabkan oleh seks anal.

Baca Juga: Skrining Infeksi Menular Seksual: Untuk Siapa dan Bagaimana Melakukannya?

Secara medis, seks anal termasuk aktivitas seksual yang berisiko tinggi karena bisa menyebabkan penyakit infeksi menular seksual. Tak hanya itu, seks anal juga bisa menyebabkan terjadinya perlukaan pada anus yang kemudian berujung pada kanker anus. Bagaimana ini bisa terjadi?

Pada prinsipnya anus tidak ‘didesain’ untuk menerima masuknya benda asing dari luar. Fungsi dari anus adalah sebagai saluran untuk lewatnya feses. Jika ada benda asing dimasukkan ke dalam anus, apalagi jika dilakukan tanpa diberikan pelumas, maka yang terjadi kemudian adalah munculnya luka pada dinding anus dan poros rektum. Luka inilah yang menjadi ‘pintu masuk’ bagi virus maupun bakteri menginfeksi tubuh pasangan seksualnya. Luka itu kemudian menjadi radang dan bisa menimbulkan pendarahan ketika buang air besar (BAB).

Banyak orang tidak tahu kalau anus tidak memproduksi pelumas alami, seperti vagina. Alhasil jika seks anal dilakukan maka gesekan di anus dan rektum pasti menyebabkan perlukaan. Apalagi lapisan rektum jauh lebih tipis dibanding vagina, maka sudah dapat dipastikan jika terjadi gesekan tanpa pelumas maka muncullah robekan yang membuat berbagai virus maupun bakteri bisa masuk untuk menginfeksi tubuh.

Lantas penyakit infeksi menular seksual apa sajakah yang disebabkan oleh seks anal?

  1. HIV : Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menegaskan seks anal sangatlah berisiko untuk menyebabkan terjadinya infeksi HIV. Hal ini dapat terjadi karena lapisan rektum menjadi menipis akibat seks anal. Inilah yang kemudian menciptakan peluang masuknya HIV ke dalam tubuh.
  2. Gonore: Orang yang terinfeksi penyakit menular seksual ini sering kali tanpa gejala. Dan salah satu gejala yang kemudian menjadi “kecurigaan” awal ada masalah kesehatan yang terjadi adalah sembelit. Ketika bakteri penyebab gonore sudah sampai menginfeksi anus, maka gejala yang muncul adalah sembelit, gatal di area anus, nyeri pada saat BAB, hingga keluarnya cairan asing dari anus. Jika tidak segera diobati, infeksi di rektum itu kemudian menjadi benjolan bernanah di dalam anus.
  3. Klamidia: Sama seperti gonore, klamidia juga bisa ditandai dengan sembelit atau nyeri hebat ketika BAB. Hal tersebut terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh klamidia ini kemudian membuat area anus menjadi merah dan muncul luka. Feses yang keluar dari anus pun menjadi berlendir dan bahkan bernanah.
  4. Sifilis: Jika kamu sering merasakan nyeri hebat pada saat duduk, waspada bisa jadi sudah ada robekan pada anus akibat seks anal. Alhasil lapisan pelindung anus dari penyebab infeksi menular seksual semakin menipis dan sifilis pun terjadi.

Semua penyakit menular seksual di atas terjadi karena ketika melakukan seks oral, kamu dan pasangan tidak saling memproteksi dengan menggunakan kondom. Bagaimanakah sampai kondom bisa meminimalisir penularan infeksi menular seksual? Material lateks pada kondom sudah terbukti dapat menghalau masuknya bakteri atau virus penyebab penyakit infeksi menular seksual. Gunakanlah kondom berbahan lateks yang kuat dan halus seperti Supreme Premium Kondom, untuk meminimalisir masuknya bakteri atau virus penyebab penyakit infeksi menular seksual ke dalam tubuh.

Baca Juga: Kenali Gejala Infeksi Menular Seksual Pada Perempuan

Jika kamu ingin mencari tahu lebih detail bagaimana kondom dapat memberikan potensi maksimal agar kamu terhindar dari penyakit infeksi menular seksual, segera konsultasi langsung di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Tenang, semua informasi pribadi akan dijaga baik. Yuk segera berkonsultasi.

Cara Mencegah Gonore pada Wanita

Gunakanlah kondom setiap kali berhubungan seksual demi mencegah diri dari gonore.

Gonore adalah infeksi menular seksual yang bisa terjadi baik pada pria maupun wanita. Jika pada pria, infeksi menular seksual ini disebut urethritis gonorrhoea sedangkan pada wanita disebut servisitis gonorrhea. Adapun infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang penularannya adalah melalui hubungan seksual baik secara penetrasi vagina, oral, maupun anal. Pada wanita, infeksi menular seksual ini sering kali tidak bergejala. Inilah yang membuat wanita baru memeriksakan diri ketika gonore sudah menginfeksi cukup parah. Lantas apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya?

Baca Juga: Penting Diketahui, Ini Cara Terbaik Mencegah Infeksi Menular Seksual

CDC menyebutkan infeksi menular seksual gonore pada wanita adalah penyebab utama terjadinya infeksi radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID). Apabila tidak diobati, infeksi bisa mencapai saluran indung telur yang kemudian membuatnya rusak karena perlengketan akibat nanah yang dikeluarkan oleh bakteri. Jika ini yang terjadi, sudah dapat dipastikan wanita akan kesulitan untuk hamil. Padahal CDC sangat menegaskan kalau ganore ini bisa dicegah.

Adapun yang harus dilakukan wanita untuk mencegah diri terinfeksi gonore adalah:

  1. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
    Karena infeksi menular seksual gonore ditularkan melalui hubungan seksual maka cara memproteksi diri adalah dengan menggunakan kondom. Banyak orang berpikir, penggunaan kondom hanya pada saat hubungan seksual dilakukan ketika penetrasi vagina atau anal. CDC menganjurkan untuk tetap menggunakan kondom ketika melakukan seks oral.
  2. Pilihlah kondom berbahan lateks yang efektif mencegah infeksi menular seksual karena mampu menghalau partikel seukuran patogen. Alhasil penyebab infeksi pun terhalang untuk masuk ke dalam tubuh, maka kamu dapat terhindar dari beragam infeksi menular seksual, termasuk ganore. Adapun kondom-kondom produksi DKT Indonesia seperti Sutra, Fiesta dan Supreme Premium Kondom semuanya berbahan lateks halus, lembut, dan berstandar internasional.

  3. Jangan gonta-ganti pasangan.
    Sebenarnya dengan tidak bergonta-ganti pasangan, kamu sudah memutus mata rantai penularan infeksi ini. Lalu pastikan juga pasangan kamu tidak sedang mengalami gejala seperti ada rasa terbakar saat buang air kecil dan nyeri di area genital. Ini adalah gejala gonore. Jika pasangan mengalami hal ini, sebaiknya puasa seks terlebih dahulu sampai infeksinya terobati sampai sembuh.
  4. Skrining infeksi menular seksual secara teratur.
    Salah satu bentuk tanggung jawab terhadap diri dan pasangan adalah melakukan tes atau skrining infeksi menular seksual secara teratur. Skrining ini penting dilakukan oleh wanita yang berusia di bawah 25 tahun dan aktif secara seksual. Perempuan berusia di atas 25 tahun dan merupakan faktor risiko gonore. Sebaiknya lakukan skrining ketika berhubungan seksual dengan pasangan baru atau berhubungan seksual dengan lebih dari satu orang. Pada wanita, skrining gonore dilakukan dengan pemeriksaan urin, usap sampel dari tenggorokan dan rektum, serta usap cairan dari dalam serviks.
  5. Berkumur dengan cairan pembersih mulut setelah melakukan seks oral.
    Jurnal Sexually Transmitted Infections menyebutkan, berkumur dengan cairan pembersih mulut setelah berhubungan seksual, khususnya seks oral, bisa mengurangi penularan infeksi menular seksual gonore. Karena sebenarnya bakteri penyebab gonore ditularkan melalui membran mukosa yang ada di vagina, mulut, penis, dan anus, maka penting untuk menjaga kebersihan mulut. Apalagi setelah melakukan seks oral, berkumur dengan cairan pembersih yang mengandung alkohol mampu membunuh bakteri penyebab gonore yang ada di mulut dan tenggorokan.

Baca Juga: Infeksi Menular Seksual Selama Kehamilan, Apakah Berbahaya untuk Janin?

Jika kamu ingin mencari tahu lebih detail bagaimana mencegah diri dari infeksi menular seksual gonore yang bisa bikin sulit hamil, segeralah konsultasi langsung di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Tenang, segala informasi pribadi akan dijaga dengan baik. Jadi jangan ragu untuk konsultasi ya.

Skrining Infeksi Menular Seksual: Untuk Siapa dan Bagaimana Melakukannya?

Jika sudah aktif melakukan hubungan seksual maka sebaiknya skrining infeksi menular seksual secara teratur.

Tahukah kamu kalau infeksi menular seksual sering kali tidak bergejala? Karena tidak bergejala, orang yang sudah aktif secara seksual merasa tidak perlu melakukan hubungan seks secara aman. Alhasil potensi risiko terjadinya penyakit menular seksual semakin tinggi. Tidak hanya dari sisi faktor risiko, infeksi menular seksual yang tidak tertangani sejak dini akan terus berkembang merusak organ-organ vital alias menimbulkan berbagai komplikasi.

Baca Juga: Penyakit Infeksi Menular Seksual yang Disebabkan Seks Anal

Yang banyak orang tidak sadar tentang infeksi menular seksual adalah penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual termasuk penetrasi vagina, seks anak dan seks oral. Penularan terjadi ketika bakteri atau virus penyebabnya berpindah dari orang ke orang melalui air mani, cairan vagina, darah ataupun cairan tubuh lainnya. Tak hanya secara kontak seksual, infeksi ini juga bisa ditularkan dari ibu ke bayi selama masa kehamilan atau saat persalinan. Ini mengapa skrining atau deteksi dini infeksi menular seksual seharusnya menjadi pemeriksaan wajib bagi siapa saja yang sudah aktif melakukan hubungan seksual.

Lantas bagaimanakah sebenarnya tes infeksi menular seksual ini dilakukan? Mengingat infeksi menular seksual ada beberapa jenis, maka sampel pemeriksaannya pun beragam.

Untuk infeksi menular seksual seperti klamidia, gonorrhoea, sifilis dan HIV, tes dilakukan dengan mengambil sampel urin atau darah. Ada juga pemeriksaan dengan swab test yang dilakukan dengan menyeka bagian organ genital. Biasanya ini dilakukan untuk mendeteksi infeksi menular seksual klamidia dan gonore.

Sedangkan untuk skrining HPV bisa dengan pap smear untuk mendeteksi apakah ada pertumbuhan sel abnormal di dalam serviks. Pemeriksaan ini direkomendasikan dilakukan setiap tiga tahun sekali. Apabila pap smear mengindikasikan adanya sel abnormal, biasanya akan dilanjutkan dengan tes HPV untuk memastikan apakah hal tersebut mengarah ke kanker serviks atau tidak.

Apabila hasil skrining positif infeksi menular seksual, jangan langsung patah semangat karena penyakit ini pada prinsipnya bisa diobati. Jenis pengobatannya akan sangat tergantung pada jenis infeksi menular seksual yang dialami, tapi sebagian besar pengobatannya adalah dengan konsumsi obat atau suntikan. Tapi pada jenis infeksi menular seksual herpes dan HIV/AIDS, ini tidak bisa disembuhkan. Yang dilakukan kemudian adalah mencegah agar infeksi tidak terjadi ke bagian tubuh lainnya.

Penting juga untuk terbuka kepada pasangan jika ternyata kamu positif infeksi menular seksual. Pasangan perlu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah telah terjadi penularan atau tidak.

Hal utama yang harus kamu ingat dari infeksi menular seksual ini adalah mencegah terjadinya penularan dengan menerapkan berhubungan seksual secara aman. Prinsipnya adalah melakukan hubungan seksual hanya dengan satu orang, menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seksual (penetrasi vagina, seks oral maupun seks anal), dan amati setiap perubahan yang terjadi pada tubuh. Pastikan kondom yang kamu pilih berbahan lateks karena penelitian membuktikan kondom jenis ini mampu menghalangi virus atau bakteri berukuran patogen menginfeksi melalui kontak seksual.

Baca Juga: Infeksi Menular Seksual Trikomoniasis Jarang Bergejala, tapi Berisiko bagi Kehamilan

Jika kamu ingin berkonsultasi lebih detail lagi tentang cara pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual, yuk konsultasi langsung di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Tenang segala informasi pribadi akan dijaga dengan baik, jadi jangan ragu untuk berkonsultasi ya.

Waspada: Infeksi Menular Seksual Ini Sering Mengintai Perempuan!

Ketahui apa saja gejala infeksi menular seksual pada perempuan.

Salah satu faktor yang membuat perempuan rentan mengalami infeksi menular seksual adalah bentuk vagina. Pertama, bentuk vagina yang berupa lendir atau mukosa membuat virus serta bakteri lebih mudah untuk menembusnya. Kedua mukosa pada reproduksi perempuan bentuknya seperti kantong, sehingga virus dan bakteri berpeluang untuk tinggal lebih lama. Maka kesempatan virus dan bakteri untuk menginfeksi pun jadi lebih besar.

Baca Juga: Kok Perempuan Lebih Rentan Alami Infeksi Menular Seksual? Ini Alasannya

Adapun beberapa jenis infeksi menular seksual yang sering kali mengintai perempuan adalah HPV, sifilis, gonorrhea, dan klamidia. Lantas apa dan bagaimanakah penyakit-penyakit ini bisa berbahaya bagi perempuan? Berikut penjelasannya:

  1. HPV atau Human Papillomavirus:

    Virus ini menyerang permukaan kulit yang kemudian menginfeksi. Virus dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan bersentuhan langsung dengan pengidap. Ada banyak jenis virus dari HPV tapi ada beberapa yang menjadi penyebab kanker serviks. Sering kali HPV tidak bergejala dan kalaupun bergejala adalah berupa kutil di berbagai bagian tubuh, mulai dari lengan, mulut, tungkai, sampai area kelamin. Kabar baiknya, saat ini sudah ada vaksin HPV yang bisa memutus penularan virusnya.

  2. Sifilis:

    Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri spirochete. Bakteri menembus mukosa dan kemudian menginfeksinya. Setelah itu infeksi akan bermanifestasi menjadi sariawan di area mukosa seperti mulut dan vagina. Karena berada di mulut, maka penularannya pun bisa melalui ciuman. Biasanya sariawan yang disebabkan oleh bakteri ini akan hilang dengan sendirinya tanpa diobati. Tapi pada beberapa kemudian ia akan muncul kembali dan menyebabkan reaksi yang sistemik seperti ruam di telapak tangan dan kaki. Selain ruam, gejala lainnya adalah rambut rontok, radang tenggorokan, demam, hingga sakit kepala.

  3. Gonorrhea:

    Infeksi ini disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae yang ditularkan melalui hubungan seksual. Bakteri ini paling nyaman tinggal dan berkembang biak di vagina dan serviks. Pada level dini, gonorrhea sama sekali tidak bergejala dan membuatnya tidak terobati. Karena tidak diobati maka gejalanya pun bertambah menjadi terasa panas saat buang air kecil, keluar cairan dari vagina berwarna kekuningan, area vagina mengalami ruam dan bengkak, terasa gatal dengan sensasi seperti terbakar.

    Sebenarnya infeksi menular seksual ini sangat mudah untuk dicegah. Karena bakteri ini paling banyak ada di vagina dan serviks maka penggunaan kondom sangat efektif untuk mencegah penularan. Dan karena bakterinya juga ada area tenggorokan, maka menjadi penting juga untuk menggunakan kondom saat melakukan oral seks. Pilihlah kondom berbahan lateks dengan aroma yang menambah gairah seperti Kondom Fiesta Beraroma.

  4. Klamidia:

    Sama seperti gonorrhea, Klamidia juga disebabkan oleh bakteri yang sangat suka berkembang biak di serviks, saluran kencing, tenggorokan dan anus. Bakteri ini bisa menginfeksi laki-laki dan perempuan, hanya saja pada perempuan sering kali tidak bergejala. Adapun gejala yang biasanya muncul adalah peradangan di area saluran kencing dan serviks, nyeri perut dan vagina mengeluarkan cairan putih. Jika tidak diobati, klamidia bisa bermanifestasi menjadi radang panggul dan infertilitas.

    Cara pencegahannya mirip dengan gonorrhea yaitu dengan menggunakan kondom setiap kali bercinta. Sedangkan untuk pengobatannya adalah dengan pemberian antibiotik.

Melihat bagaimana kondom memiliki peranan penting dalam memutus mata rantai infeksi menular seksual, maka mulai hari ini lebih tegaslah meminta pasangan untuk menggunakan kondom setiap kali bercinta!

Baca Juga: Empat Fakta Infeksi Menular Seksual Pada Ibu Hamil

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Kok Perempuan Lebih Rentan Alami Infeksi Menular Seksual? Ini Alasannya

Perempuan wajib tahu penyebabnya untuk mengetahui cara melindungi diri dari infeksi menular seksual

Sebenarnya infeksi menular seksual atau IMS bisa dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Tapi CDC menyebutkan, perempuan lebih rentan mengalami infeksi menular seksual ketimbang laki-laki. Adapun jenis infeksi menular seksual yang kerap dialami perempuan adalah klamidia, human papillomavirus (HPV), sifilis, dan gonorrhea.

Baca Juga: Vagina Berbau Amis Tanda Infeksi Menular Seksual?

CDC mencatat terjadi peningkatan kasus pada infeksi menular seksual sifilis dan gonorrhea pada 2018. Jika dibandingkan pada 2014, peningkatan kasus klamidia naik hingga 19%, gonorrhea naik hingga 63%, sifilis naik hingga 71% dan sifilis pada bayi baru lahir meningkat sampai 185%. Lantas apa yang menyebabkan perempuan lebih rentan mengalami infeksi menular seksual? Berikut alasannya:

  1. Anatomi vagina:

    Secara anatomi, alat kelamin perempuan lebih terbuka ketimbang alat kelamin laki-laki. Ditambah vagina berbentuk selaput lendir atau mukosa yang membuat virus dan bakteri lebih mudah menembusnya ketimbang pada penis yang dilapisi kulit. Apalagi mukosa pada saluran reproduksi perempuan berbentuk kantong yang membuat mikroorganisme seperti virus dan bakteri bisa tinggal lebih lama di dalamnya. Alhasil kesempatan virus dan bakteri untuk menembusnya pun jadi lebih besar.

  2. Kebanyakan infeksi menular seksual tidak bergejala:

    Klamidia dan gonore yang terjadi pada perempuan sering kali tidak bergejala. Ini berbeda ketika infeksi menular seksual yang sama terjadi pada laki-laki, gejalanya sangat mudah dikenali karena penis mengeluarkan cairan. Pada kondisi normal, penis tidak mengeluarkan cairan sehingga perubahan tersebut menjadi sangat signifikan dan mendorong laki-laki untuk memeriksakan diri.

  3. Perempuan seringkali menganggap gejala infeksi menular seksual adalah masalah menjaga kelembaban di area vagina:

    Gejala infeksi menular seksual yang khas adalah vagina mengalami keputihan, terasa gatal dan ada sensasi panas. Kebanyakan perempuan mempersepsikan ini sebagai masalah vagina yang lembab dan mengundang datangnya jamur. Sering kali gejala ini diabaikan membuat infeksi menular seksual pada perempuan terlambat tertangani.

  4. Vagina bisa mengalami kekeringan karena faktor hormonal:

    Pertambahan usia membuat hormon reproduksi perempuan mengalami perubahan. Ini kemudian memengaruhi kondisi di sekitar vagina, seperti membuatnya lebih kering. Vagina yang kering membuatnya rentan mengalami luka dan ini kemudian menjadi “pintu masuk” untuk bakteri serta virus penyebab infeksi menular seksual.

  5. Perempuan sungkan meminta pasangannya untuk menggunakan kondom setiap kali bercinta:

    Pengaruh faktor budaya dan gender membuat perempuan tidak leluasa untuk meminta pasangannya menggunakan kondom setiap kali bercinta. Padahal kondom yang berbahan lateks telah terbukti secara klinis mampu mencegah penularan infeksi menular seksual. Perempuan harusnya semakin berani untuk berhubungan seksual yang aman demi memproteksi dirinya sendiri.

Mengingat perempuan begitu rentan terhadap infeksi menular seksual, maka kamu harus tahu bagaimana cara mencegahnya. Jika kamu sudah aktif secara seksual maka sangat penting untuk melakukan pap smear setiap 3-5 tahun sekali. Pemeriksaan ini sebenarnya bukan hanya untuk mendeteksi adanya perubahan lesi pada serviks yang bisa berujung pada kanker serviks saja, tapi biasanya juga akan diperiksa apakah ada virus atau bakteri penyebab infeksi menular di dalam mukosa vagina.

Selain melakukan pap smear secara rutin, kamu juga wajib untuk menggunakan kondom ketika berhubungan seksual. Sebenarnya segala bentuk hubungan seksual seperti anal, oral, atau vaginal haruslah menggunakan kondom untuk melindungi kamu dan pasangan dari risiko terjadinya infeksi menular seksual. Dan saat ini juga sudah tersedia kondom perempuan yang bisa memberikan manfaat proteksi yang sama terhadap infeksi menular seksual.

Baca Juga: Penting Diketahui, Ini Cara Terbaik Mencegah Infeksi Menular Seksual

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Empat Fakta Infeksi Menular Seksual Pada Ibu Hamil

Salah satu cara mencegah terjadinya infeksi menular seksual pada ibu hamil adalah dengan menggunakan kondom setiap berhubungan seksual.

Infeksi menular seksual atau IMS adalah penyakit yang perlu penanganan segera, apalagi jika saat terinfeksi kamu sedang hamil. Yup pada prinsipnya ibu hamil tetap berisiko tertular infeksi menular seksual, bahkan pada beberapa jenisnya ada yang bisa menularkan ke janin yang ada dalam rahim. Karena itu penting bagi ibu hamil untuk mengetahui segala sesuatunya tentang infeksi menular seksual.
Baca Juga: Infeksi Menular Seksual Bikin Sulit Hamil

  1. Perlukah melakukan tes IMS saat hamil?

    Biasanya tes IMS dilakukan di awal-awal kehamilan, tujuannya untuk menanganinya dengan segera jika memang terinfeksi. Karena penanganan IMS yang terlambat pada ibu hamil bisa sangat berisiko pada bayi yang ada di dalam janin. Apalagi pada beberapa jenis IMS sering kali tidak menunjukkan gejala jadi penting untuk melakukan skrining di awal kehamilan.

    Tapi apakah skrining ini hanya dilakukan sekali sepanjang hamil? Para ahli berpendapat memberikan proteksi maksimal pada janin dan ibu adalah prioritas sepanjang masa kehamilan sampai persalinan. Karena itu meski di awal kehamilan hasil tes menunjukkan adanya penyakit IMS, kamu sebaiknya tetap melakukan tes tersebut sekali lagi di trimester kedua. Sehingga saat persalinan semua kondisi, baik ibu dan bayi, dinyatakan dalam keadaan sehat tanpa ada indikasi infeksi yang menyertai.

  2. Bagaimanakah IMS bisa memengaruhi pembentukan janin di dalam rahim?

    Penyebab IMS mulai dari virus, bakteri, sampai parasit. Penyebab-penyebab infeksi ini bisa ditularkan melalui air mani, darah, cairan vagina, sampai cairan tubuh lainnya. Inilah mengapa IMS juga bisa mengenai janin yang ada di dalam rahim ibu. Jika di masa pertumbuhannya di dalam rahim, ibu mengalami IMS maka janin berisiko mengalami beragam efek. Apakah saja itu? Sangat beragam, tergantung pada jenis IMS-nya. Pada ibu hamil yang mengalami hepatitis B, potensi penularan pada janin mencapai 40%. Ini membuat janin bisa mengalami gangguan hati karena merupakan carrier hepatitis B yang kondisi fatalnya adalah kematian. Kabar baiknya, biasanya vaksinasi hepatitis B merupakan yang wajib di awal kelahiran untuk memastikan bayi selalu terproteksi.

    Pada IMS Chlamydia, risiko tertingginya adalah menyebabkan prematur pada bayi dan berat badan lahir rendah. IMS jenis ini bisa ditularkan dari ibu kepada bayinya saat melahirkan secara per vaginam. Adapun penanganannya adalah dengan terapi obat antibiotik. Pada penyakti sifilis, ibu hamil yang mengalami ini bisa berisiko mengalami kelahiran prematur, kematian janin tiba-tiba, hingga kematian. Bayi yang lahir dengan infeksi ini sangat berisiko untuk mengalami beragam penyakit.

  3. Begini cara mencegah terjadinya IMS pada ibu hamil.

    Saran yang pertama adalah berhubungan seksual lah hanya dengan pasangan kamu alias tidak gonta-ganti pasangan. Lalu gunakan kondom setiap kali bercinta. Untuk menambah gairah, kamu dan pasangan bisa memilih kondom Fiesta Ultra Thin yang lateksnya sangat tipis sehingga sensasinya terasa alami saat berhubungan seksual. Kondom adalah kontrasepsi yang juga terbukti secara klinis bisa mencegah terjadinya penularan IMS hingga 98%! Bonusnya berhubungan seksual menggunakan kondom saat hamil bisa mencegah terjadinya kontraksi dini.

  4. Ibu hamil yang tertular IMS apakah bisa sembuh?

    Bisa! Karena itu sangat penting untuk menemukan IMS sedini mungkin agar bisa segera ditangani dengan terapi obat antibiotik. Hal yang penting juga untuk diketahui para ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini adalah mengonsumsi semua obat yang diberikan hingga tuntas. Meski gejala sudah berkurang, kamu akan tetap diminta menghabiskan obat sesuai resep yang diberikan dokter. Karena begitulah cara paling efektif untuk memutus rantai penularan dari ibu ke janin.

Baca Juga: Kenali Gejala Infeksi Menular Seksual Pada Perempuan

Jika kamu ingin mencari tahu lebih detail lagi tentang cara pencegahan dan penanganan IMS, Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Waspada Infeksi Menular Seksual di Era Aplikasi Kencan Online

Wajib gunakan kondom jika kencan online berujung pada hubungan seksual.

Segala kebutuhan manusia begitu dimudahkan di era digital seperti sekarang, mulai dari mencari makanan, pakaian, sampai mencari teman kencan. Khusus untuk pencarian teman kencan, aplikasi yang tersedia pun sangat beragam bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik kamu. Tapi kemudahan mencari teman kencan ini ternyata menimbulkan kekuatiran baru yaitu semakin tingginya angka infeksi menular seksual di seluruh dunia.

Baca Juga: WHO: Infeksi Menular Seksual Pengaruhi Kesehatan Seksual dan Reproduksi

WHO bahkan sampai memberikan peringatan genting alias ‘tanda bahaya’ karena setiap harinya ada lebih dari satu juta kasus baru infeksi menular seksual. Peringatan itu dituangkan WHO dalam laporannya pada 2016 lalu. Secara rinci disebutkan ada lebih dari 376 kasus baru klamidia, ganore, sifilis, dan trikomoniasis terjadi di seluruh dunia pada tahun tersebut. WHO mensinyalir adanya penurunan penggunaan kondom karena berpikir infeksi menular seksual, termasuk HIV, bisa ditangani karena terapi obat yang digunakan bisa efektif menjaga kualitas hidup para pengidapnya.

Persepsi itu kemudian membuat orang menjadi tidak mawas diri sehingga merasa tidak perlu memproteksi diri dengan memakai kondom saat berhubungan seksual. Apalagi belakangan aplikasi kencan online semakin menjamur membuat hubungan seksual semakin mudah untuk dilakukan. WHO sampai menyebut situasi infeksi menular seksual yang terjadi sekarang adalah sebuah epidemi yang tersembunyi, karena rata-rata 1 dari 25 orang di dunia setidaknya mengidap satu infeksi menular seksual. Inilah yang kemudian mendorong WHO untuk menekan tanda bahaya infeksi menular seksual.

Padahal sebenarnya sudah ada metode yang terbukti paling efektif untuk mencegah terjadinya infeksi menular seksual yaitu dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Penelitian membuktikan kondom lateks tidak dapat ditembus patogen penyebab infeksi menular seksual. Hanya saja syaratnya adalah kondom harus digunakan setiap kali berhubungan seksual dengan cara yang benar.

Adapun cara menggunakan kondom yang benar adalah:

  • Pastikan kondom yang akan kamu gunakan belum kedaluwarsa. Jadi amati tanggal kedaluwarsa yang ada di kemasan sebelum membuka kondomnya.
  • Buka kemasan kondom dengan perlahan dan sebaiknya jangan menggunakan gunting atau gigi. Agar lebih aman, doronglah kondom ke sisi berlawanan sehingga risiko robek ketika dibuka tidak terjadi.
  • Keluarkan kondom secara perlahan, lalu jepit ujung kondom yang ada di bagian tengah lingkaran dengan jari. Ini bertujuan agar udara tidak masuk ke dalam kondom yang bisa membuatnya mudah pecah.
  • Sambil memegang ujung kondom, taruhlah kondom di kepala penis yang dalam keadaan ereksi sempurna.
  • Buka gulungan kondom dengan perlahan sampai ke pangkal penis. Apabila gulungan kondom tidak bisa diturunkan, berarti cara pemakaiannya salah atau terbalik. Lebih baik ganti dengan kondom yang baru.
  • Selesai berhubungan seksual dan setelah ejakulasi, segeralah cabut penis dari dalam vagina sebelum ereksinya berhenti. Mengapa? Untuk memperkecil risiko terjadinya kebocoran kondom di dalam vagina.
  • Lalu tariklah kondom dari penis secara perlahan agar sperma tidak keluar. Bungkus kondom yang sudah dipakai dengan tisu dan buanglah ke tempat sampah.
  • Selain selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual, untuk yang aktif secara seksual dan berganti-ganti pasangan seksual, penting juga melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual secara berkala. Tujuannya adalah agar pengobatan infeksi menular seksual bisa segera dilakukan begitu terdiagnosa.

    Baca Juga: Kenali Gejala Infeksi Menular Seksual Pada Perempuan

    Jika kamu ingin mencari tahu pilihan kondom lateks apa saja yang bisa memberikan proteksi maksimal sambil menambah sensasi saat berhubungan seksual, amu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

    Kenali Gejala Infeksi Menular Seksual Pada Perempuan

    Waspada jika kamu merasakan nyeri setiap kali buang air kecil atau saat bercinta, ini adalah gejala infeksi menular seksual.

    Infeksi menular seksual atau IMS adalah penyakit yang penularannya melalui kontak seksual. Adalah bakteri, virus atau bahkan parasite yang menjadi penyebab infeksi ini bisa ditularkan melalui air mani, darah, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya. Karena bisa ditularkan melalui cairan tubuh lainnya, maka infeksi menular seksual juga bisa ditularkan tanpa kontak seksual seperti dari ibu ke bayi selama kehamilan, melalui transfusi darah dan pemakaian jarum suntik bersama.

    Baca Juga: Klamidia, Infeksi Menular Seksual yang Bisa Bikin Susah Hamil

    Perempuan lebih mudah terkena infeksi menular seksual salah satunya adalah karena bentuk kulit serta kelenjar di area vagina yang lebih sensitif. Sehingga ketika terjadi gangguan kelembaban, pH, atau luka maka mudah sekali mengalami infeksi. Dan fatalnya banyak perempuan yang tidak mengetahui apa saja yang menjadi gejala dari infeksi menular seksual ini.

    Oleh karena itu, yuk kenali apa saja yang menjadi gejala umum dari infeksi menular seksual:

    • Muncul luka, benjolan, atau lepuhan di sekitar vagina.
    • Nyeri setiap kali buang air kecil atau saat bercinta.
    • Mengalami keputihan yang hebat dan berbau.
    • Vagina terasa gatal dan terbakar.
    • Muncul jerawat kecil-kecil di sekitar vagina, anus, pantat atau selangkangan.
    • Muncul bercak darah atau spotting di luar siklus menstruasi.

    Selain gejala-gejala umum tersebut ada juga gejala non spesifik yang bisa merujuk pada terjadinya infeksi menular seksual:

    • Perut bagian bawah sering terasa nyeri.
    • Sering mengalami demam dan menggigil.
    • Berat badan menurun drastis tanpa sebab yang jelas.
    • Berkeringat berlebihan di malam hari.
    • Terasa ada benjolan di area kelenjar getah bening seperti di area selangkangan.
    • Sering merasa kelelahan.

    Jika kamu merasakan gejala umum atau gejala non spesifik di atas, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Apalagi jika kamu termasuk yang aktif bercinta tapi tidak menggunakan kondom. Mengapa memakai kondom menjadi sangat penting? Karena kondom tidak hanya berfungsi sebagai alat kontrasepsi tapi juga terbukti secara klinis mampu mencegah penularan infeksi menular seksual.

    Selain itu dengan segera memeriksakan diri ke dokter maka kamu akan mendapatkan penanganan yang tepat untuk menghentikan penularan infeksi menular seksual. Artinya infeksi menular seksual ini bisa disembuhkan apabila kamu segera mendapatkan terapi obat. Jika tidak segera ditangani, infeksi menular seksual bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Apa sajakah komplikasinya?

    Ada beragam jenis infeksi menular seksual dan semuanya bisa berujung pada komplikasi yang serius jika tidak segera ditangani. Misalnya saja pada infeksi menular seksual sifilis, jika tidak diobati maka bisa merusak organ serta sistem saraf. Atau jika infeksi menular seksual yang dialami adalah HIV dan tidak segera diobati maka berujung menjadi AIDS. Bahkan pada perempuan yang mengalami infeksi menular seksual pada saat hamil, bisa mengakibatkan kehamilan atopik yang berisiko terjadinya keguguran. Jadi jangan ragu lagi, segeralah konsultasi ke dokter apabila merasakan gejala-gejala yang di sebutkan di atas.

    Baca Juga: Infeksi Menular Seksual Bikin Sulit Hamil

    Jika kamu ingin mencari tahu lebih detail lagi tentang cara pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual, kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

    Klamidia, Infeksi Menular Seksual yang Bisa Bikin Susah Hamil

    Klamidia termasuk dalam penyakit infeksi menular seksual yang dapat menyebabkan infertilitas alias susah hamil. Infeksi menular seksual lain yang punya efek serupa adalah gonore, sifilis, dan mycoplasma genitalium.

    Klamidia merupakan infeksi bakteri yang bisa mengenai siapa saja yang berhubungan seksual beresiko tanpa kondom.

    Baca Juga: Waspadai, Herpes Saat Hamil Bisa Timbulkan Komplikasi

    Pada wanita, jika klamidia tidak diobati, dapat menyebar ke rahim dan tuba falopi dan menyebabkan penyakit radang panggul.

    Baik radang panggul maupun klamidia yang tidak diobati dapat menyebabkan jaringan parut permanen pada organ reproduksi, menghalangi sperma dan telur bertemu dan menyebabkan infertilitas.

    Wanita yang tuba falopi nya rusak juga beresiko mengalami kehamilan di luar rahim (kehamilan atopic).

    Gejala radang panggul sendiri meliputi:

    • Sakit dan bengkak di perut bagian bawah
    • Nyeri saat melakukan penetrasi seksual
    • Perdarahan banyak dan nyeri saat haid
    • Demam

    Sebenarnya klamidia dan gonore mudah diobati dengan antibiotik, tetapi banyak orang tidak sadar memiliki infeksi karena penyakit ini memang sering tidak bergejala. Sayangnya, semakin lama infeksinya tidak diobati, semakin luas kerusakannya.

    Untuk itu direkomendasikan bagi wanita yang sudah aktif secara seksual dan memiliki pasangan seksual lebih dari satu untuk melakukan pemeriksaan klamidia dan gonore setiap tahun. Jika kamu memang terinfeksi, pastikan pasangan kamu juga dites dan diobati. Sebab jika tidak ia bisa menginfeksi ulang.

    Baca Juga: Apa Penyebab Kehamilan Ektopik atau Hamil di Luar Kandungan?

    Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

    WHO: Infeksi Menular Seksual Pengaruhi Kesehatan Seksual dan Reproduksi

    Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari satu juta orang didiagnosis IMS setiap harinya. Kondisi ini berpengaruh pada kesehatan seksual dan reproduksi.

    Infeksi menular seksual (IMS) mayoritas ditularkan lewat kontak seksual, termasuk vagina, anal, atau pun oral seks. Ada pula yang menular lewat darah.

    Baca Juga: Bukan Hoaks, Beberapa Infeksi Menular Seksual bisa Menular Lewat Ciuman

    IMS memiliki akibat yang serius, di luar dampak langsung dari infeksi itu sendiri. Berikut beberapa di antaranya:

    • IMS seperti herpes dan sifilis dapat meningkatkan risiko tertular HIV tiga kali lipat atau lebih.
    • Penularan IMS dari ibu ke bayi dapat menyebabkan bayi meninggal di kandungan, kematian bayi baru lahir, bayi lahir dengan berat rendah dan preamtur, pneumonia, penyakit mata bayi baru lahir, atau pun cacat lahir. Di tahun 2016 dperkirkan satu juta ibu hamil memiliki sifilis aktif yang berdampak pada 200.000 kematian bayi.
    • Infeksi HPV menyebabkan 570.000 kasus kanker serviks dan lebih dari 300.000 kematian akibat kanker ini.
    • IMS seperti gonore dan klamidia adalah penyebab utama penyakit radang panggul dan sulit hamil pada wanita.

    Seseorang bisa menderita IMS tanpa adanya gejala yang nyata. Beberapa gejala yang perlu diperhatikan antara lain keluar cairan dari vagina, sensasi terbakar saat buang air kecil, ada luka pada organ genital, atau pun nyeri perut.

    WHO menyebutkan, konseling dan intervensi perilaku adalah pencegahan utama agar terhindari IMS (termasuk HIV), sekaligus untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Termasuk diantaranya adalah pendidikan seksual dan reproduksi yang komprehensif.

    Selain itu, penggunaan kondom juga disebut sebagai metode yang paling efektif untuk menghindari IMS, termasuk HIV. Kondom perempuan juga efektif dan aman, tetapi penggunaannya belum meluas seperti halnya kondom laki-laki.

    Baca Juga: Yuk, Pahami Cara Penularan Infeksi Menular Seksual Gonore

    Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.