Perbedaan Keputihan Normal dan Tidak Normal

Tahukah kamu perbedaan keputihan normal dan keputihan tidak normal?

Keputihan adalah bagian alami dari vagina, tetapi terkadang perubahan di dalamnya bisa menandakan masalah. Mari kita lihat berbagai jenis keputihan agar kamu tahu kapan keputihan yang dialami tergolong tidak normal.

Baca Juga: Keputihan Tanda Hamil, Kenali Lebih Jauh Ciri-cirinya!

Lingkungan alami vagina

Fungsi dasar organ vagina adalah untuk menyediakan rute dari luar vagina ke rahim dan seluruh sistem reproduksi internal. Tingkat keasaman (pH) alami vagina berfungsi untuk mencegah infeksi dan keasaman itu disebabkan oleh bakteri baik yang secara alami ada di vagina.

Dalam kondisi “normal”vagina akan membersihkan dirinya sendiri dengan memproduksi cairan lendir yang bening. Jadi, keputihan seperti ini sebenarnya menandakan vagina yang sehat.

Keputihan normal

Pertama, penting untuk memahami bahwa semua perempuan mengalami keputihan. Kelenjar di vagina dan leher rahim menghasilkan sejumlah kecil cairan yang mengalir keluar dari setiap hari, membawa serta sel-sel tua.

Keputihan normal tersebut membantu membersihkan vagina, serta menjaganya tetap terlumasi, bebas dari infeksi dan kuman lainnya. Cairan keputihan ini tidak memiliki bau busuk, bahkan biasanya tidak berbau sama sekali.

Keputihan yang normal seringkali tampak bening atau seperti susu saat mengering di celana dalam. Kadang-kadang, kamu mungkin melihat cairan yang terlihat tipis dan berserabut.

Keseimbangan alami di vagina bisa terganggu oleh apapun yang merusak lingkungan alami vagina, misalnya douching, mengonsumsi antibiotik, sedang hamil, atau menderita penyakit diabetes.

Tanda keputihan abnormal

Penting untuk mengenali tanda-tanda keputihan yang tidak normal karena bisa jadi merupakan tanda infeksi atau kondisi kesehatan lainnya.

Jika kamu mengalami keputihan yang tiba-tiba dan terus meningkat, ini mungkin merupakan tanda adanya masalah.

Perubahan lain yang mungkin mengindikasikan masalah adalah keluarnya cairan berwarna kuning cerah atau kehijauan. Keputihan yang menggumpal atau kental atau cairan yang sangat encer juga bisa menunjukkan ada sesuatu yang salah di vagina.

Tanda-tanda adanya infeksi antara lain:

  • Perubahan pada warna, konsistensi lendir, atau pun jumlahnya.
  • Ada rasa gatal, tidak nyaman, atau ruam.
  • Ada sensasi rasa terbakar saat buang air kecil.
  • Ada darah walau tidak sedang haid.
  • Bau busuk, selain cairan yang berwarna kekuningan, hijau, atau agak abu-abu.

Arti warna keputihan

  • Jika lendir yang keluar berwarna keputihan hingga kuning pucat dan kental dan menggumpal dan ada rasa gatal atau terbakar pada vagina, kemungkinan kamu mengalami infeksi jamur vagina.
  • Jika kamu mengalami keputihan yang lebih berat dari biasanya, yaitu encer dan berwarna keabu-abuan dengan bau amis yang tidak sedap, kemungkinan kamu menderita vaginosis bacterial.
  • Jika kamu mengalami keputihan yang tiba-tiba bertambah banyak, berwarna hijau atau kekuning-kuningan yang berbau tidak sedap, atau menimbulkan gejala vagina, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan pengobatan.

Pengobatan

Pengobatan untuk keputihan akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Untuk infeksi jamur, kamu bisa mendapatkan clotrimazole atau antijamur yang dijual bebas. Tetapi sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan seperti Halo DKT sebelum mengobati sendiri.

Untuk vaginosis bakterial, diperlukan resep dokter.

Mengetahui apa itu keputihan normal dan apa yang mengindikasikan adanya masalah di vagina sangat penting pada usia berapa pun.

Saat kamu terbiasa dengan apa yang normal bagi kamu, pastikan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan jika kamu melihat ada perubahan yang tidak biasa.

Baca Juga: Berhubungan Intim Bila Ada Keputihan Tanda Hamil, Bahaya Nggak Ya?

Kalau kamu ingin tahu lebih detail lagi tentang keputihan dan kesehatan reproduksi, langsung saja konsultasi ke HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Jangan kuatir, semua informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Tips Bagi Orangtua Membahas Topik Keputihan pada Remaja Putri

Perubahan fisik dan emosi yang dialami remaja di usia pubertas, termasuk terjadinya keputihan dan menstruasi bisa sangat membingungkan. Orangtua bisa membantu remaja putri melalui momen tersebut.

Orangtua seharusnya menjadi tempat yang tepat bagi anak remaja untuk mencurahkan kecemasan, kebingungan, dan juga mendapatkan dukungan.

Baca Juga: Kenali Infeksi Bakteri Penyebab Keputihan

Keputihan adalah topik yang dapat Anda bahas bersama “si abege” untuk membantunya memahami apa yang sedang terjadi.

Sebelum remaja putri mendapatkan menstruasi pertamanya, dia mungkin akan melihat noda kuning atau putih di celana dalamnya. Ini adalah cairan – cairan yang membasahi dan membersihkan vagina dan pertanda baik bahwa dia akan segera mendapatkan menstruasi pertamanya.

Anak perempuan biasanya mulai menstruasi antara usia 10 dan 16 tahun. Kebanyakan anak perempuan mulai ketika mereka berusia sekitar 12 tahun. Karena setiap orang berkembang pada tingkat yang berbeda, tidak ada patokan usia yang benar atau dimulainya menstruasi.

Jika Anda belum memulai menstruasi pada saat Anda berusia 16 tahun, kunjungi dokter Anda untuk pemeriksaan.

Keputihan adalah bagian dari persiapan tubuh

Terkadang remaja dan ibunya menganggap keluarnya cairan itu adalah infeksi jamur dan mengobatinya dengan obat yang dijual bebas. Tindakan itu dapat menyebabkan lebih banyak iritasi.

Jika seorang remaja putri mulai mengalami keputihan, ajarkan untuk lebih menjaga kebersihan organ intim dengan selalu membilas dengan air untuk menjaga area sebersih mungkin.

Meskipun mungkin memalukan baginya untuk membicarakannya, yakinkan dia bahwa keputihan merupakan proses normal dan sebenarnya pertanda tubuhnya bekerja dengan baik.

Keputihan membuat vagina tidak mengering dan juga dapat membantu melindungi dari hal-hal seperti infeksi jamur.

Anda juga dapat menjelaskan bahwa keputihan adalah cara alami tubuh menjaga kebersihan organ kewanitaan dan tidak perlu dikhawatirkan, kecuali baunya tidak sedap atau warna atau konsistensinya berubah drastis (jika demikian, jangan ragu untuk pergi ke dokter).

Jumlah dan konsistensi keputihan yang sehat akan bervariasi sepanjang siklus menstruasinya dan terkadang dapat membuatnya merasa kurang nyaman dari biasanya karena terasa basah.

Memakai produk seperti pembalut tipis atau sering mengganti pakaian dalam bisa dipertimbangkan untuk membantunya merasa bersih dan segar.

Memahami jenis keputihan yang tidak normal

Ajarkan juga ke anak tentang jenis keputihan yang tidak normal dan perlu diwaspadai:

  • Keputihan karena infeksi jamur
    Ini akan terlihat tebal, putih, dan menggumpal. Vulva mungkin terlihat sangat merah dan kasar.
  • Keputihan karena bacterial vaginosis (BV)
    BV terjadi ketika salah satu bakteri mendominasi. Bacterial vaginosis bukan infeksi menular seksual. Keputihan akan berwarna keabu-abuan, terasa perih, dan berbau agak amis.
  • Gonorea
    Infeksi menular seksual gonore tidak selalu menghasilkan cairan, tetapi ketika itu terjadi, bentuknya akan menjadi berat dan berwarna abu-abu, kuning, atau hijau.
  • Trikomoniasis
    Ini akan muncul sebagai lendir yang berat, abu-abu, terkadang berbusa, dan menjengkelkan

Jangan ditunda membicarakannya

Sayangnya kebanyakan orang tua menunda membicarakan topik ini dan menunggu anaknya pubertas.

Banyak orang tua menunda membahas soal pubertas karena merasa tidak nyaman. Padahal, menunggu sampai nyaman dengan topik tersebut bisa menjadi kesalahan yang fatal, sebab kebanyakan orang tua mungkin tidak akan pernah merasa benar-benar nyaman membicarakannya.

Topik ini memang rumit untuk dihadapi semua orang. Tapi, cobalah untuk menyampaikannya dengan tenang dan percaya diri, meskipun di dalam hati Anda mungkin merasa gugup menyampaikannya.

Baca Juga: Keputihan dan Siklus Menstruasi Bulanan

Idealnya diskusi tentang topik ini dilakukan lebih awal untuk mempersiapkan mereka. Cara penyampaiannya bisa disesuaikan dengan usia anak. Misalnya pada anak usia 7 tahun tentu bahasanya berbeda dengan anak usia 5 tahun.

Kamu juga bisa berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Normalkah Keputihan Pada Remaja?

Ketika remaja putri memasuki masa pubertas, ada sejumlah perubahan pada tubuhnya. Termasuk mengalami keputihan. Hal ini sepenuhnya normal.

Seiring dengan perubahan fisik, misalnya postur semakin tinggi atau payudara mulai tumbuh, seorang remaja mungkin menyadari keluarnya cairan dari vagina alias keputihan. Kondisi ini terkadang membuat remaja khawatir.

Adalah normal dan sehat bagi tubuh remaja putri untuk mengeluarkan cairan bening atau putih dari vagina. Lendir diproduksi secara normal dari serviks. Jadi, tak perlu cemas lagi ya.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Keputihan yang normal

Keputihan yang sehat bervariasi sepanjang siklus menstruasi, dan mungkin sedikit berwarna coklat menjelang akhir periode haid, tetapi keputihannya tidak memiliki bau atau warna yang kuat.

Setiap perubahan dalam jumlah, warna atau bau keputihan – atau adanya gejala lain seperti gatal, nyeri atau pendarahan yang tidak terduga – dapat mengindikasikan infeksi vagina (vaginitis) dan harus segera diperiksa oleh dokter.

Vaginitis mengacu pada peradangan atau infeksi pada vagina. Ini adalah masalah umum yang dialami perempuan dari segala usia.

Penyebab keputihan yang tidak normal

Memang ada sejumlah faktor dapat menyebabkan keputihan yang tidak normal, yang tersering adalah infeksi yang mengganggu keseimbangan alami flora dan bakteri di vagina.

Selain terganggunya keseimbangan di vagina, penyebab lain termasuk:

  • Terpapar zat kimia di produk semprotan atau krim
  • Pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat
  • Kondisi kesehatan secara umum pada remaja
  • Perubahan hormonal atau kebiasaan menjaga kebersihan personal
  • Terpapar kuman atau bakteri dari pasangan seksual
  • Jenis-jenis keputihan yang tidak normal

Kita bisa mengidentifikasi penyebab keputihan yang tidak normal berdasarkan warna, konsistensi, dan bau keputihan. Namun, penting untuk tidak mendiagnosis sendiri dan mengobati sendiri.

Kamu perlu tahu bahwa ada lebih dari satu jenis infeksi yang terjadi di vagina pada satu waktu, terkadang tanpa gejala dan banyak dari kondisi tersebut memiliki gejala yang sama.

Remaja putri yang mengalami keputihan abnormal harus diperiksa dan mendapat pengobatan oleh dokter.

Berikut adalah jenis-jenis keputihan yang tak normal pada remaja:

  1. Keputihan yang encer atau cairan berwarna putih dengan rasa gatal yang hebat
    Keputihan kental, putih, seperti keju cottage yang encer, dan biasanya tidak berbau, mungkin merupakan gejala infeksi candida vagina atau dikenal sebagai infeksi jamur.
    Infeksi jamur sangat umum dan dapat menyebabkan gatal dan kemerahan pada vulva dan vagina.

    Infeksi ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan bakteri sehat dan ragi yang ada di vagina. Misalnya, kamu mengonsumsi antibiotik untuk mengobati infeksi di bagian lain tubuhnya, namun tetap dapat mempengaruhi bakteri di vagina. Ketika jamur tumbuh berlebihan, terjadilah infeksi.

  2. Keputihan berwarna abu-abu atau putih dengan bau amis
    Keputihan yang encer dan seperti susu, atau abu-abu dan berat, dan berbau amis, mungkin merupakan gejala vaginosis bakteri.

    Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, bukan jamur, dan terjadi ketika spesies tertentu dari bakteri normal vagina tumbuh di luar kendali dan memicu peradangan.

  3. Cairan keputihan berbusa, berwarna hijau atau kuning
    Cairan keputihan yang seperti berbusa, berbau apek, dan kuning kehijauan, mungkin merupakan gejala trikomoniasis. Salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang paling umum. Trikomoniasis disebabkan oleh parasit bersel satu yang disebut trichomonas vaginalis dan menyebar melalui hubungan seks tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi.
  4. Keputihan yang tidak normal dengan perdarahan atau nyeri
    Meningkatnya cairan keputihan serta nyeri panggul, nyeri saat buang air kecil atau pendarahan diantara periode haid, mungkin gejala klamidia atau gonore.

    Jika tidak diobati, gonore dan klamidia dapat menyebabkan penyakit radang panggul, infeksi serius yang dapat meningkatkan risiko susah hamil.

  5. Keputihan yang tidak normal dengan kutil atau lecet di sekitar alat kelamin
    Keputihan yang tidak normal, disertai dengan rasa sakit, lesi atau luka kecil di daerah vagina, mungkin merupakan gejala dari vaginitis virus. Dua virus penyebab yang paling umum adalah virus herpes simpleks (HSV) dan human papillomavirus (HPV). Lendir keputihan banyak dengan rasa gatal dan terbakar.

    Dalam beberapa kasus, terjadinya keputihan disertai gatal dan terbakar bisa terjadi tanpa adanya infeksi. Ini disebut vaginitis tidak menular.

    Paling sering, vaginitis tidak menular disebabkan oleh reaksi alergi, atau iritasi akibat memakai semprotan vagina, douching, atau produk spermisida.

Baca Juga: Kamu Berisiko Keputihan Jika Punya Tiga Kondisi Berikut!

Jika seorang remaja mengalami gejala-gejala keputihan tidak normal, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

Jangan dibiarkan berlarut-larut sehingga kondisinya bertambah parah. Untuk berkonsultasi dengan dokter seputar topik ini, kamu bisa menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Keputihan Setiap Hari, Normalkah?

Sebagai perempuan, kita semua tahu bahwa keputihan adalah bagian dari keluhan seputar area organ intim. Walau sebenarnya keputihan hal yang normal, tetapi bagaimana jika mengalaminya setiap hari?

Untuk lebih memahami keputihan, sebelumnya ketahui dulu dari mana cairan vagina ini berasal.

Baca Juga: Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Keputihan berasal dari kelenjar di dalam vagina dan leher rahim. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil cairan yang disebut juga dengan sekresi vagina.

Cairan akan mengalir keluar dari vagina setiap hari, membersihkan sel-sel tua yang melapisi vagina. Ini adalah proses yang benar-benar alami—sebagai cara tubuh untuk menjaga vagina tetap sehat dan bersih.

Jumlah cairannya bervariasi pada tiap perempuan. Beberapa mengalami keputihan setiap hari, sementara yang lain lebih jarang mengalaminya.

Dengan kata lain, keputihan setiap hari sebenarnya hal yang normal.

Bedakan yang normal dan tidak normal

Keputihan normal biasanya jernih atau seperti susu dan mungkin memiliki aroma halus yang tidak menyenangkan atau berbau busuk. Penting juga untuk mengetahui bahwa keputihan berubah selama siklus menstruasi.

Perubahan warna dan ketebalan cairan vagina berhubungan dengan ovulasi dan merupakan hal yang alami. Tetapi di luar perubahan normal yang terkait dengan siklus haid, perubahan lain mungkin tidak normal.

Keputihan yang kamu alami mungkin menunjukkan ketidakseimbangan bakteri sehat di vagina, yang bisa menjadi tanda bahwa semuanya tidak baik-baik saja.

Karena setiap perempuan berbeda, ada baiknya untuk memperhatikan keputihan yang kamu alami.

Lama kelamaan kamu akan belajar mengenali apa yang normal dan apa yang mungkin menandakan masalah—terutama jika mengalami gejala lain pada saat yang bersamaan, seperti nyeri saat buang air kecil, gatal-gatal, dan iritasi.

Hanya kamu yang tahu tubuhmu. Jika kamu mengalami keputihan yang tampaknya tidak normal untuk (dengan atau tanpa gejala lain), bicarakan dengan dokter atau bidan.

Baca Juga: Lima Rutinitas di Kamar Mandi untuk Mencegah Keputihan

Kalau kamu ingin tahu lebih detail lagi tentang keputihan dan kesehatan reproduksi, yuk konsultasi langsung di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Tenang segala informasi pribadi akan dijaga dengan baik, jadi jangan ragu untuk berkonsultasi ya.

Adakah Makanan yang Bisa Pengaruhi Keputihan dan Aroma Miss V?

Kamu mungkin pernah mendengar mitos yang menyebut apa yang kita makan bisa berpengaruh pada aroma vagina, bahkan memicu keputihan. Di antaranya adalah buah nanas dan mentimun yang bisa membuat vagina “lebih becek”.

Walau mitos itu dipercaya banyak orang, namun belum ada penelitian yang menyimpulkan kebenarannya.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Namun, sebagian orang mengaku aroma vaginanya berubah ketika mereka banyak mengonsumsi buah, sayuran, atau rempah. Selain itu, konsumsi makanan tinggi gula juga diketahui bisa membuat keputihan lebih sering.

Selama ini para dokter telah memperingatkan pengaruh konsumsi antibiotik pada terganggunya flora vagina sehingga dapat memicu rasa gatal dan juga bau tidak sedap.

Biasanya gangguan itu bersifat sementara dan akan kembali normal ketika kita sudah tidak mengkonsumsi obat. Kita juga bisa menjaga keseimbangan flora vagina dengan mengonsumsi sumber probiotik dan menghindari melakukan douching.

Walau begitu, tidak perlu terlalu khawatir dengan aroma vagina karena pada dasarnya sangat normal jika vagina memiliki bau yang khas.

Keputihan sendiri tidak terkait dengan asupan makanan tetapi disebabkan karena infeksi jamur dan bakteri di vagina. Kondisi ini dapat dialami semua perempuan pada usia berapa pun.

Untuk mencegah keputihan, yang utama adalah menjaga kebersihan organ genital. Saat mandi bersihkan area ini dengan air tanpa sabun untuk sehari-hari.

Namun, pada saat tertentu, misalnya saat menstruasi, kita bisa membersihkannya dengan sabun khusus kewanitaan yang bisa menjaga pH vagina, misalnya Andalan Fresh Intimate Wash.

Hindari menggunakan douching atau semprotan pembersih vagina atau menggunakan sabun yang mengandung pewangi.

Terakhir, gunakan pakaian dalam yang bisa menyerap keringat seperti bahan katun saat kita beraktivitas.

Keputihan pada dasarnya adalah hal yang normal, tetapi ada kondisi yang harus diwaspadai, misalnya jika timbul rasa gatal mengganggu, cairan berwarna kekuningan atau hijau, berbau tidak sedap, dan ada sensasi terbakar saat buang air kecil. Jika menemukan gejala ini coba periksakan ke dokter.

Baca Juga: Salah Perlakukan Celana Dalam Bisa Bikin Keputihan

Informasi seputar keputihan dan cara mengatasinya bisa juga kamu dapatkan dengan berkonsultasi ‎ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Keputihan Berwarna Coklat dan Kemungkinan Penyebabnya

Keputihan berwarna coklat biasanya normal jika terjadi menjelang atau sesudah menstruasi. Mengapa? Darah membutuhkan waktu untuk keluar rahim dan terjadi oksidasi. Inilah yang menyebabkannya cairan vagina tampak berwarna coklat muda atau gelap.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Penyebab Keputihan Berwarna Coklat

Selain karena menstruasi, berikut ini beberapa kemungkinan penyebab keputihan berwarna coklat:

  1. Ketidakseimbangan hormon dalam siklus menstruasi
    Keputihan berwarna coklat mungkin menandakan ketidakseimbangan hormon. Estrogen membantu menstabilkan lapisan endometrium di dalam rahim. Jika kadar estrogen rendah, lapisan tersebut dapat lepas di luar siklus menstruasi. Akibatnya, ada bercak coklat atau pendarahan abnormal dari cairan vagina.
  2. Kontrasepsi hormonal
    Kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, dapat menyebabkan bercak pada bulan-bulan pertama penggunaan. Bercak kecoklatan akan lebih sering terjadi jika kontrasepsi yang kamu gunakan mengandung kurang dari 35 mikrogram estrogen.

    Jika bercak coklat ini berlanjut selama lebih dari tiga bulan, pertimbangkan untuk berbicara dengan dokter untuk mengganti metode kontrasepsi.

  3. Ovulasi
    Sekitar 3 persen perempuan mengalami bercak ovulasi di tengah-tengah tengah siklus menstruasi mereka. Ini adalah waktu saat sel telur dilepaskan dari ovarium. Warna bercak dapat merah ke merah muda hingga coklat dan mungkin juga bercampur dengan cairan bening.
  4. Kista ovarium
    Kista ovarium adalah kantong atau kantung berisi cairan yang terbentuk pada satu atau kedua ovarium. Kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun dan akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Terkadang, kista tidak sembuh dan bisa tumbuh lebih besar. Jika ini terjadi, maka dapat menyebabkan gejala apa saja mulai dari bercak coklat hingga rasa nyeri di panggul.
  5. Infeksi rongga panggul dan penyakit menular seksual (IMS)
    Infeksi menular seksual (IMS) dapat menyebabkan keputihan berwarna coklat atau pendarahan dari vagina. Beberapa infeksi, seperti gonore atau klamidia, juga menimbulkan gejala nyeri saat buang air kecil, dan rasa tertekan di panggul.
  6. Vaginosis bacterial
    Ini adalah keputihan yang disebabkan infeksi bakteri di vagina. Infeksi ini tidak selalu ditularkan melalui kontak seksual. Bisa disebabkan oleh pertumbuhan bakteri yang berlebihan yang dapat menyebabkan perubahan tekstur, warna, atau bau keputihan.
  7. Endometriosis
    Endometriosis adalah suatu kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di tempat-tempat di luar rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan banyak gejala, biasanya nyeri menstruasi hingga bercak coklat. Kamu harus curiga jika keputihan berwarna coklat juga disertai kembung, mual, atau rasa sakit saat berhubungan seks.
  8. Implantasi sel telur
    Implantasi terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim. Ini terjadi 10 hingga 14 hari setelah pembuahan dan dapat menyebabkan pendarahan ringan dari vagina, biasanya berwarna merah atau coklat.
  9. Kehamilan ektopik
    Terkadang sel telur yang telah dibuahi menempel di dalam saluran tuba atau di ovarium, perut, atau leher rahim. Ini disebut kehamilan ektopik, atau hamil di luar rahim. Salah satu tandanya adalah keputihan berwarna coklat, namun disertai nyeri hebat di perut atau panggul. Segera temui dokter.
  10. Keguguran
    Sekitar 10 hingga 20 persen kehamilan berakhir dengan keguguran, biasanya sebelum janin mencapai usia kehamilan 10 minggu. Gejalanya bisa datang tiba-tiba dan termasuk keluarnya cairan berwarna cokelat dalam jumlah banyak atau pendarahan dari vagina. Keguguran biasanya akan disertai kram atau nyeri di perut bagian bawah. Kamu harus segera ke dokter.
  11. Perimenopause
    Menjelang menopause disebut masa perimenopause. Kebanyakan orang mulai perimenopause sekitar usia 40-an. Perimenopause ditandai dengan fluktuasi kadar estrogen. Ini dapat menyebabkan pendarahan atau bercak keputihan yang tidak teratur, yang mungkin berwarna coklat, merah muda, atau merah.

Baca Juga: Kenali Infeksi Bakteri Penyebab Keputihan

Kapan harus ke dokter?

Dalam banyak kasus, keputihan berwarna coklat adalah darah lama yang membutuhkan waktu ekstra untuk meninggalkan rahim. Kondisi ini terjadi di awal atau akhir periode menstruasi. Jika kamu keputihan berwarna coklat disertai gejala lain, atau kamu tengah hamil, jangan tunda pergi ke dokter. Atau Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Mengobati Keputihan Saat Hamil

Kehamilan membawa banyak perubahan fisik pada perempuan. Pengaruh hormon yang banyak mengalami perubahan ikut berpengaruh pada beberapa keluhan selama hamil. Salah satunya keputihan. Keputihan saat hamil mungkin merupakan hal yang normal. Selama hamil, keputihan yang menjadi lebih sering dan banyak, masih dianggap wajar selama tidak disertai gejala lainnya seperti bau, gatal, dan kemerahan di vagina.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Penyebab Keputihan Saat Hamil

Keputihan saat hamil disebabkan perubahan hormonal sehingga ikut mempengaruhi kondisi di serviks. Gejala keputihan saat hamil umumnya encer, bening, atau putih yang tidak berbau atau berbau ringan.

Namun, keputihan saat hamil juga bisa menjadi tanda infeksi jamur di vagina. Kehamilan adalah salah satu faktor risiko infeksi jamur akibat daya tahan menurun. Penyebab umum infeksi jamur vagina pada wanita adalah jamur Candida albicans. Selama kehamilan. Jamur Candida menyukai lingkungan vagina selama hamil karena ada peningkatan kadar estrogen.

Tanda Keputihan Saat Hamil yang Tidak Normal

Tanda atau gejala keputihan saat hamil yang tidak normal yang disebabkan infeksi jamur:

  • Keputihan berwarna kuning kehijauan atau putih, kental, dan seperti dadih.
  • Bibir vagina gatal atau terbakar.

Jika jika keputihan berbau amis bisa jadi karena kondisi yang disebut bacterial vaginosis, yaitu keputihan akibat infeksi bakteri.

Jika seorang wanita hamil mengalami keputihan yang tidak normal selama hamil, dia harus menemui dokternya untuk menyingkirkan kemungkinan bakterial vaginosis atau penyakit menular seksual (PMS) daripada hanya menganggap itu adalah infeksi jamur.

Efek vaginosis bacterial dan PMS, termasuk klamidia, gonore, dan trikomoniasis, akan lebih berat pada ibu hamil. Karena, umumnya lebih sulit diobati dan dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan.

Bagaimana Mengobati Keputihan Saat Hamil?

Perawatan paling aman untuk infeksi jamur selama kehamilan adalah pemberian antijamur dalam bentuk krim atau obat supositoria. Wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui tidak boleh minum obat resep oral untuk infeksi jamur, karena belum terbukti aman.

Meskipun infeksi jamur umumnya tidak membahayakan kehamilan, gejalanya bisa sangat membuat tidak nyaman. Setelah diterapi, umumnya keputihan saat hamil akibat infeksi jamur bisa sembuh sampai tuntas.

Pengobatan memakan waktu antara tujuh dan 10 hari untuk membersihkan infeksi sampai sisa-sisanya. Namun, pada sebagian wanita hamil, keputihan bisa kembali datang atau kambuh. Penyebabnya bisa karena pengobatan yang tidak tuntas, atau tidak melakukan pencegahan.

Melakukan pencegahan agar keputihan tidak kambuh sangat penting. Berikut ini tips mencegah keputihan saat hamil:

  • Jaga agar area di sekitar vagina sekering dan sebersih mungkin. Jamur menyukai lingkungan yang hangat, lembab, tanpa udara.
  • Kenakan pakaian dalam berbahan katun daripada spandeks atau nilon karena katun menyerap kelembapan lebih baik.
  • Jangan memakai stoking ketat, terutama saat panas.
  • Selalu usap dari depan ke belakang setelah buang air kecil atau buang air besar.

Baca Juga: Keputihan di Masa Kehamilan, Kapan Perlu Waspada?

Ingat ya, ketika mengalami keputihan, jangan langsung panik dan mendiagnosis dan mengobati sendiri. Tidak selalu keputihan saat hamil adalah suatu kondisi klinis yang dapat membahayakan janin.

Jika kamu ingin mendapatkan informasi lengkap seputar keputihan saat hamil dan pencegahannya, kamu bisa Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp. Jangan tunda sampai kondisi keputihan menjadi tidak terkendali.

Diabetes Menyebabkan Keputihan, Waspada Keputihan Terus Menerus

Infeksi jamur, juga dikenal sebagai kandidiasis, adalah jenis infeksi jamur yang disebabkan jamur kandida. Gejalanya berupa iritasi, gatal, dan keluarnya cairan yang berlebihan, kental, berwarna dan disertai bau tidak sedap dari vagina. Keputihan terus menerus bisa menjadi salah satu tanda diabetes, lho.

Infeksi jamur vagina adalah kondisi yang paling umum dialami wanita. 3 dari 4 wanita akan mengalami setidaknya satu kali infeksi jamur vagina dalam hidup mereka. Sekitar setengah dari semua wanita akan mengalaminya dua kali atau berkali-kali.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Diabetes Menyebabkan Keputihan

Sejumlah hal dapat meningkatkan risiko infeksi jamur, termasuk kondisi seperti diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi jamur.

Pada wanita dengan diabetes tidak terkontrol, leukosit, yang merupakan sel kekebalan yang terlibat dalam perlindungan terhadap infeksi, tidak seaktif seperti pada orang dengan diabetes terkontrol atau pada orang tanpa diabetes.

Para peneliti dalam sebuah studi tahun 2013 menemukan hubungan yang signifikan antara gula darah tinggi dan infeksi jamur vagina. Penelitian ini dilakukan pada wanita dan anak-anak dengan diabetes tipe 1.

Penelitian lain di tahun 2014, wanita dengan diabetes tipe 2 mungkin memiliki risiko infeksi jamur vagina yang lebih tinggi. Tidak jelas apakah ini karena kadar gula darah keseluruhan yang lebih tinggi atau faktor lain.

Ragi atau jamur sangat menyukai gula. Dengan kata lain, gula adalah makanan jamur. Jika diabetes tidak terkontrol dengan baik, kadar gula darah dapat melonjak ke tingkat yang tidak masuk akal. Peningkatan gula ini dapat menyebabkan jamur tumbuh berlebihan, terutama di area vagina.

Untuk menghindari keputihan dan infeksi vagina, maka wanita dengan diabetes disarankan menjaga gula darah di bawah control. Infeksi jamur di vagina paling sering menyerang mereka yang kontrol gula darahnya buruk.

Pengobatan dan pencegahan keputihan pada wanita dengan diabetes

Para peneliti dalam sebuah studi tahun 2007 menemukan bahwa lebih dari separuh wanita dengan diabetes yang mengalami infeksi jamur memiliki spesies jamur tertentu, yakni Candida glabrata. Mereka juga menemukan bahwa jamur ini merespon lebih baik terhadap pengobatan antijamur yang diberikan supositoria (lewat lubang dubur).

Tetapi, semua jenis pengobatan harus didiskusikan dengan dokter. Dokter dan tenaga medis dapat membantu kamu menentukan perawatan terbaik.

Selain mengendalikan gula darah, ada beberapa metode pencegahan keputihan pada wanita dengan diabetes. Secara umum pencegahannya sama seperti pada wanita tanpa diabetes, yaitu:

  • menghindari pakaian dalam ketat, yang dapat membuat area vagina lebih lembab
  • mengenakan pakaian dalam katun, yang dapat membantu menjaga tingkat kelembaban tetap terkendali
  • mengganti pakaian renang dan pakaian olahraga segera setelah kamu selesai menggunakannya
  • menghindari mandi air panas atau duduk di bak air panas
  • menghindari douche atau semprotan vagina
  • sering mengganti pembalut menstruasi
  • menghindari pembalut atau tampon beraroma
  • bersihkan area kewanitaan dengan menggunakan Andalan Feminine Care.

Baca Juga: Begadang dan Makanan Manis, Dua Kebiasaan yang Menyebabkan Keputihan

Jika ingin tahu lebih jauh tentang Andalan Feminine Care, Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Keputihan Tanda Hamil, Kenali Lebih Jauh Ciri-cirinya!

Keputihan adalah hal yang biasa dialami oleh setiap wanita. Semua wanita setidaknya pernah mengalami keputihan dalam satu periode hidupnya. Bahkan pada wanita yang masih subur, keputihan umum terjadi menjelang menstruasi. Nah, keputihan juga terjadi saat hamil, di mana banyak wanita hamil mengeluhkannya. Selain itu, keputihan juga bisa menjadi tanda kehamilan. Apa bedanya keputihan tanda hamil dengan keputihan biasa?

Baca Juga: Lima Rutinitas di Kamar Mandi untuk Mencegah Keputihan‎

Kebanyakan wanita tidak menyadari keputihan tanda hamil, karena terjadi di tahap sangat dini kehamilan, sehingga menganggap hanya keputihan biasa. Keputihan tanda hamil ini terjadi karena perubahan hormonal akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan plasenta serta meningkatnya aliran darah di vagina pada awal kehamilan.

Ciri-ciri keputihan tanda hamil

Keputihan pada awal kehamilan merupakan hal normal dan fungsinya untuk mencegah infeksi dari vagina ke rahim. Walaupun sekilas tampak sama, keputihan tanda hamil memiliki beberapa ciri yang berbeda dengan keputihan menjelang menstruasi.

Berikut ini ciri-ciri keputihan tanda hamil:

Tekstur keputihan lebih tipis. Mungkin tekstur keputihan tanda hamil mirip dengan keputihan biasa, di mana teksturnya lebih tipis. Jika kamu mendapati keputihan seperti ini, tanda normal. Keputihan tidak normal umumnya kental dan tebal, serta disertai gejala ian berupa gatal dan bau tidak sedap.

Warnanya putih, coklat, atau merah muda. Keputihan tanda hamil mungkin juga berwarna coklat atau merah muda. Pada awal kehamilan, itu bisa menjadi tanda pendarahan implantasi. Kemudian, bercak vagina selama kehamilan (bukan pendarahan berat) juga paling sering normal, terutama jika muncul setelah kamu berhubungan seks atau pemeriksaan panggul.

Keputihan dini di awal kehamilan ini sepenuhnya normal. Namun jika khawatir, bisa cek ke dokter.

Tips tentang apa yang harus dilakukan jika mengalami keputihan tanda hamil

Jika kamu mengalami keputihan di awal kehamilan atau selama hamil, tidak perlu melakukan hal berlebihan. Cukup lakukan perawatan rutin di vagina.

  • Mandi secara teratur dan kenakan celana dalam dengan lapisan katun yang menyerap keringat. Menjaga kebersihan dan mempertahankan vagina tetap kering akan membantu menjaga keseimbangan bakteri untuk mencegah infeksi vagina.
  • Kenakan pembalut jika keputihan berlebihan. Pembalut akan menyerap kelebihan cairan dan dapat membantu kamu merasa lebih nyaman. Hindari tampon, yang bisa menjadi jalan kuman masuk ke dalam vagina.
  • Hindari douching. Douching belum terbukti aman pada kehamilan dan harus dihindari sepenuhnya. Ini juga dapat mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di vagina dan menyebabkan vaginosis bakteri.
  • Gunakan cairan pembersih khusus kewanitaan yang aman, seperti Andalam Feminine Care, yang memiliki beberapa varian sesuai kebutuhan.

Kapan harus menghubungi dokter jika kamu curiga keputihan yang kamu alami di awal kehamilan adalah tanda keputihan yang tidak normal?

  • Keputihan berwarna kekuningan, kehijauan atau kental dan seperti keju
  • Vagina memiliki bau busuk atau amis
  • Bagian dalam vagina dan/atau vulva Anda terbakar atau gatal
  • Rasa terbakar saat buang air kecil
  • Nyeri saat berhubungan seks

Semua itu tanda kamu mengalami infeksi jamur atau bakteri yang diinduksi kehamilan yang dikaitkan dengan perubahan keseimbangan ragi dan bakteri di vagina. Dokter akan meresepkan pengobatan, seperti obat antijamur atau antibiotik, untuk menghilangkan gejala dan mengembalikan keseimbangan kondisi vagina.

Keputihan yang tidak normal juga bisa menjadi tanda penyakit menular seksual seperti klamidia, gonore atau trikomoniasis, yang kesemuanya memerlukan diagnosis dan pengobatan cepat.

Tetapi jika keputihan normal, yakinlah bahwa keputihan sebagai tanda kehamilan ini justru memiliki tugas mulia untuk melindungi kamu dan bayi di dalam kandungan.

Baca Juga: Resah Gelisah karena Keputihan Berulah

Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp untuk mengetahui lebih lanjut tentang keputihan dan pencegahannya.

Obat-obatan Yang Bisa Menyebabkan Keputihan

Banyak obat memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Ada beberapa jenis obat-obatan yang bisa menyebabkan keputihan. Biasanya keputihan akibat infeksi jamur.

Keputihan akibat infeksi jamur ditandai dengan gatal di area vagina yang berlangsung lebih dari 24 jam, cairan vagina kental berwarna putih hingga kuning yang menyerupai keju cottage, dan berbau.

Baca Juga: Ternyata Keputihan Sering Terjadi di Masa Pandemi

Penyebab keputihan akibat infeksi jamur ini bermacam-macam, mulai dari kebersihan area organ intim yang tidak terjaga (terlalu lembab), diet tinggi gula bahkan diabetes, hingga pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi rutin.

Obat-obatan Yang Bisa Menyebabkan Keputihan

Inilah obat-obatan yang bisa menyebabkan keputihan sebagai efek sampingnya:

  1. Kontrasepsi Oral
    Pil KB kombinasi dapat menyebabkan seorang wanita berisiko mengalami infeksi jamur karena pil KB meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh wanita. Peningkatan kadar estrogen dapat menyebabkan pertumbuhan jamur di vagina meningkat dan menyebabkan infeksi dan keputihan.

    Tetapi tidak semua pil KB meningkatkan risiko keputihan. Kontrasepsi oral yang menyebabkan keputihan adalah pil KB generasi lama dengan dosis estrogen yang lebih tinggi.

    Pil KB modern dibuat lebih nyaman sehingga program keluarga berencana dan pengendalian kelahiran menjadi lebih aman dan nyaman. Misalnya pil kontrasepsi Andalan.

    Jika kamu menggunakan pil KB dan mengalami keputihan, sebaiknya segera menghubungi dokter atau dokter kebidanan dan kandungan. Selain untuk memastikan penyebab keputihan, dokter akan mengganti jenis kontrasepsi oral lain yang tidak akan menyebabkan infeksi jamur lebih lanjut.

    Tetapi jangan menghentikan penggunaan pil KB tanpa berkonsultasi dengan dokter karena risiko kegagalan KB akan sangat tinggi. Bahkan meskipun mengalami infeksi jamur, disarankan tetap melanjutkan minum pil KB sampai menemui dokter.

  2. Antibiotik
    Antibiotik adalah salah satu golongan obat-obatan yang bisa menyebabkan keputihan. Antibiotik umumnya diresepkan untuk mengobati infeksi yang disebabkan bakteri, mulai dari infeksi sinus, radang tenggorokan, atau infeksi bakteri lainnya.

    Namun, dalam upaya membasmi bakteri di seluruh tubuh yang menyebabkan infeksi, antibiotik dapat ikut membunuh bakteri yang sebenarnya menguntungkan atau dikenal dengan bakteri baik. Banyak bakteri baik yang hidup di vagina. Mereka berfungsi menjaga keseimbangan lingkungan di sana sehingga bakteri jahat dan jamur tidak tumbuh berlebihan.

    Ketika bakteri baik ini ikut mati karena antibiotic, maka pertumbuhan jamur bisa menjadi tidak terkendali, dan menyebabkan infeksi jamur di vagina.

    Setiap jenis antibiotik dapat menyebabkan infeksi jamur di vagina karena antibiotik mengurangi flora bakteri alami tubuh seorang wanita yang memiliki sifat antijamur. Jamur yang menyebabkan keputihan umumnya jamur Candida.

    Oleh karena itu minumlah antibiotik sesuai petunjuk dokter, jangan mengonsumsi berlebihan, apalagi dengan dosis yang tidak terukur. Umumnya antibiotik tidak disarankan diminum lebih dari 5-7 hari, tergantung jenis infeksinya. Antibiotik juga harus dihabiskan untuk mencegah bakteri menjadi resisten.

  3. Steroid
    Steroid adalah obat untuk mengatasi radang. Steroid juga termasuk obat-obatan yang bisa menyebabkan keputihan akibat infeksi jamur. Steroid bekerja menekan pertahanan atau kekebalan alami tubuh sehingga bakteri dan jamur akhirnya dapat bekembang biak dengan sagat cepat. Termasuk jamur di vagina yang menyebabkan keputihan.
  4. Kemoterapi
    Kemoterapi adalah obat sistemik untuk membunuh sel-sel kanker. Obat ini juga akan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga mempersulit tubuh wanita untuk mengontrol pertumbuhan jamur.

Sebelum memulai perawatan apa pun, kamu sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui potensi efek samping dari semua jenis obat. Jika perlu, mintalah obat yang efek sampingnya paling minimal.

Baca Juga: Kenali Infeksi Bakteri Penyebab Keputihan

Kalau kamu pengguna pil KB dan ingin tahu risiko efek sampingnya, Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Meskipun tiga dari empat wanita akan mengalami keputihan akibat jamur setidaknya sekali seumur hidup mereka, masih banyak mitos keputihan dan kesalahpahaman tentang apa itu keputihan akibat jamur dan penyebabnya. Yuk, cari tahu fakta sebenarnya agar tidak tersesat dengan mitos!

Baca Juga: Keputihan Kerap Kambuh, Ini Sebabnya!‎

Mitos Keputihan Akibat Jamur

Inilah beberapa mitos keputihan akibat jamur yang kerap disalahpahami:

  1. Hubungan seksual menjadi satu-satunya penyebab infeksi jamur
    Ketika seorang wanita mengalami keputihan akibat jamur, memang benar ia harus menahan diri untuk tidak berhubungan seks sementara. Hal ini karena infeksi dapat menular melalui hubungan seks. Hubungan seks menjadi salah satu cara infeksi jamur. Pada wanita infeksi jamur ditandai dengan keputihan yang tidak normal disertai gatal dan rasa tidak nyaman di area vagina dan vulva.

    Namun, infeksi jamur bukanlah Penyakit Menular Seksual (PMS), tetapi infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida. Selain melalui hubungan seksual, infeksi jamur juga mungkin terjadi karena penggunaan tampon terlalu lama, minum antibiotik jenis tertentu yang tidak sesuai petunjuk dokter, atau mengenakan pakaian dalam berbahan non-katun yang terlalu ketat.

    Keputihan akibat jamur juga bisa disebabkan diabetes atau gula darah tinggi. Wanita dengan diabetes tidak terkontrol memiliki risiko keputihan akibat jamur yang lebih tinggi.

  2. Hanya wanita yang bisa terkena infeksi jamur.
    Memang keputihan akibat jamur ini lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. Infeksi jamur penyebab keputihan hanya terjadi di vagina. Tetapi pria juga bisa terkena infeksi jamur. Pada pria, infeksi jamur dapat terjadi di kaki, mulut, atau di area kulit lainnya, terutama pada penis, terutama bagi pria yang tidak disunat.

    Pada wanita, infeksi jamur juga bisa terjadi di bawah payudara atau di payudara, terutama untuk wanita yang sedang menyusui, atau di pantat ketika vagina sudah terinfeksi.

  3. Memiliki infeksi jamur berarti jorok
    Infeksi jamur dan keputihan akibat jamur dapat terjadi karena berbagai alasan dan bukan merupakan indikator seberapa bersih seseorang. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi jamur yang tidak berhubungan dengan kebersihan seseorang.
  4. Diet dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang terkena infeksi jamur
    Tidak ada penelitian ilmiah yang signifikan yang menunjukkan makanan tertentu dapat menyebabkan atau mencegah keputihan akibat jamur.
    Namun, diet yang sehat dan olahraga dapat membantu melawan infeksi secara umum, termasuk infeksi jamur. Makanan juga tidak dapat menyembuhkan keputihan akibat jamur.

Cara terbaik untuk menyembuhkan keputihan akibat jamur adalah mengunjungi dokter dan menggunakan obat-obatan yang diresepkan dokter dan tidak membeli obat yang dijual bebas, apalagi membiarkannya sembuh sendiri.

Untuk mencegah keputihan dan infeksi jamur, selalu jaga kebersihan organ intim dengan benar. Jangan menggunakan pantyliners atau douching, dan membersihkan area vagina dengan sabun yang keras. Kamu bisa menggunakan Andalan Feminine Care yang lembut dan aman karena terbuat dari bahan alami.

Baca Juga: Tiga Penyakit yang Ditandai dengan Keputihan‎

Selain itu kenakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan konsumsi makanan yang sehat. Mulai sekarang tidak perlu percaya mitos keputihan. Penjelasan yang lebih lengkap seputar pencegahan keputihan akibat jamur bisa menghubungi Halo DKT di nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Mengenal Bacterial Vaginosis, Dalang Penyebab Keputihan yang Bau

Dari sekian banyak jenis infeksi yang bisa terjadi pada vagina, bacterial vaginosis (BV) merupakan yang paling sering terjadi pada perempuan usia subur. BV bahkan seringkali menjadi dalang di balik munculnya keputihan yang bau. Sebuah penelitian terhadap 13.153 perempuan menemukan bahwa sebanyak 4.449 atau 34% dari mereka mengalami BV (Davis, Pathela, et al., 2019). Mengingat bahwa risiko BV pada perempuan cukup besar, Anda perlu mengetahui gejala dan pencegahannya.

BV terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem bakteri dalam vagina. Kalau Anda sering mengonsumsi yogurt, Anda mungkin sudah familiar dengan beberapa jenis bakteri baik Lactobacilli yang dibutuhkan usus untuk membantu pencernaan. Seperti layaknya usus, vagina juga membutuhkan bakteri-bakteri baik Lactobacilli agar ekosistemnya tetap seimbang. Ekosistem vagina punya derajat keasamannya sendiri, yaitu 4,9-3,5 pH (Hill, 2019). Fungsinya adalah untuk menyeleksi bakteri agar bakteri-bakteri buruk seperti Gardnerella tidak berkembang biak dengan pesat. Apabila keseimbangan ekosistem bakteri dalam vagina terganggu, hal ini bisa menyebabkan BV, infeksi jamur, dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.

Baca Juga: 5 Strategi Menjaga Kesehatan Reproduksi Sambil Mencegah Penularan Virus Corona

Berbeda dengan sifilis, gonorrhoea, atau HIV/AIDS, BV tidak tergolong infeksi menular seksual (IMS). Meskipun begitu, BV seringkali muncul setelah terjadinya hubungan seks, khususnya apabila dilakukan dengan pasangan baru atau dengan beberapa pasangan seksual (cdc.gov).
Beberapa faktor lain yang juga bisa meningkatkan risiko terkena BV antara lain (Hill, 2019):

  • Kebiasaan mencuci vagina dengan cara yang salah
  • Sering mandi di dalam bath tub dengan menggunakan gelembung-gelembung sabun
  • Kebiasaan merokok
  • Sedang menderita IMS

Faktanya, sebanyak 50-75% kasus BV pada perempuan tidak menunjukkan gejala sama sekali (Brazier, 2017, Medical News Today). Akan tetapi, beberapa gejala BV dapat diamati dengan memperhatikan cairan keputihan yang keluar dari vagina. Jika Anda terkena BV, keputihan akan cenderung lebih tipis dan encer dengan warna kelabu, kekuning-kuningan, atau kehijau-hijauan. Keputihan biasanya akan berbau tidak sedap, namun tidak disertai rasa gatal ataupun iritasi (Hill, 2019).

BV bisa dicegah dengan beberapa strategi, antara lain (cdc.gov):

  • Menghindari hubungan seks berisiko
  • Membatasi jumlah pasangan
  • Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten
  • Mencuci vagina secara baik dan benar. Jika Anda merasa perlu membersihkan alat kelamin, bersihkan bagian luar (vulva) dengan air ataupun sesekali dapat menggunakan sabun kewanitaan yang memiliki kandungan prebiotic serta aman seperti Andalan Feminine Care, namun jangan membersihkan bagian dalam (vagina).

Apabila Anda mencurigai infeksi BV, segeralah memeriksakan diri ke dokter agar lekas diobati. Kalau Anda sudah terlanjur membersihkan cairan keputihan sebelum kunjungan ke dokter, beritahu dokter Anda mengenai bau yang sempat muncul dari keputihan, sebab ini merupakan informasi penting. Dokter membutuhkan sampel cairan keputihan untuk bisa memberikan diagnosis. Kemudian, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik. Jangan menganggap remeh BV yang tidak banyak menunjukkan gejala. Berikut dampak yang bisa terjadi apabila BV tidak diobati (Hill, 2019):

  • Menstruasi semakin deras dan menyakitkan
  • Muncul abses / bisul bernanah di area payudara
  • Meningkatnya risiko keguguran dan melahirkan secara prematur bagi perempuan hamil
  • Kemungkinan terkena radang panggul meningkat bagi penderita BV yang sedang menjalani prosedur pembatalan kehamilan serta yang melahirkan dengan operasi caesar

Baca Juga: Trik Membedakan Keputihan yang Normal dan Tidak Normal

Demikianlah informasi mengenai BV dan cara mengenalinya dari cairan keputihan. Jika Anda memiliki pertanyaan, Anda bisa berkonsultasi ke Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459  pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00–17.00 WIB. Semua yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.