Menstruasi Tidak Teratur di Bulan Puasa, Apakah Normal?

Menstruasi tidak teratur di bulan puasa? Sekitar 30% perempuan mengalami hal yang sama (Yavangi, Amirzargar, et al., 2013). Seringkali, ketidak-teraturan menstruasi menjadi sumber kekhawatiran bagi perempuan, sebab menstruasi kerap dijadikan sebagai tolak ukur kesehatan reproduksi dan kesuburan. Walaupun begitu, menstruasi tidak teratur di bulan Ramadan merupakan sesuatu yang normal. Berikut beberapa alasannya:

Baca Juga: Penyebab Kembung Saat Menstruasi

  • Pola makan berubah
    Dengan pola makan yang berubah, siklus menstruasi bisa ikut terpengaruh (Akhila, Shaik & Kumar, 2020). Saat puasa, frekuensi, waktu, dan porsi makan tentunya tak sama seperti biasa. Jenis makanan yang dikonsumsi juga bisa berbeda, dengan banyaknya pilihan takjil manis dan gorengan yang tersedia ketika berbuka. Tak mengherankan bila banyak orang mengalami perubahan berat badan secara drastis hingga berdampak pada siklus menstruasi. Jadi, tak perlu kaget bila tahu-tahu menstruasi tidak teratur.
    Menstruasi Tidak Teratur di Bulan Puasa, Apakah Normal?

  • Jam tidur berubah
    Di bulan suci Ramadan, banyak perempuan yang bangun dini hari pukul 2-3 pagi untuk mempersiapkan sahur serta tidur larut malam setelah beribadah malam. Hal ini tentunya bisa berpengaruh terhadap jam tidur. Bila jam tidur kurang dan tak sempat tidur siang, menstruasi bisa jadi tidak teratur. Soalnya, keteraturan menstruasi juga bergantung pada jam tidur yang cukup (Lim, Kim, Lee, et al., 2018).
    Menstruasi Tidak Teratur di Bulan Puasa, Apakah Normal?

  • Aktivitas sehari-hari berubah
    Tak hanya pola makan dan jam tidur, aktivitas sehari-hari yang berubah di bulan Ramadan bisa memengaruhi siklus menstruasi (Ikhsan, Siregar & Muharam, 2017). Misalnya, bila tadinya rajin berolahraga, tahu-tahu malah jadi kurang aktif karena berpuasa. Sebaliknya juga berlaku bila tadinya aktivitas sehari-hari tak begitu banyak, namun di bulan puasa jadi sangat sibuk, entah karena persiapan sahur dan buka puasa, kegiatan amal dan acara keagamaan, serta padatnya persiapan menyambut lebaran Idul Fitri.
    Menstruasi Tidak Teratur di Bulan Puasa, Apakah Normal?

  • Tingkat stres berubah
    Bulan puasa dan lebaran Idul Fitri idealnya menjadi momen baik yang ditunggu-tunggu. Akan tetapi, segala persiapannya juga bisa menguras tenaga, waktu, dan biaya, sehingga memicu stres. Bertemu dengan keluarga besar pun bisa menjadi tantangan tersendiri, apalagi bila harus berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan klasik yang dari beberapa anggota keluarga yang mungkin agak kurang sensitif.
    “Kapan nikah?”
    “Kok belum hamil juga?”
    “Kapan nambah anak kedua?”
    “Habis puasa kok tambah gemuk, ya?”
    Faktanya, stres pun bisa membuat menstruasi tidak teratur (Lim, Kim, Lee, et al., 2018). Dibutuhkan strategi khusus untuk tetap tenang dan mempertahankan kesehatan mental.
    Menstruasi Tidak Teratur di Bulan Puasa, Apakah Normal?

Baca Juga: Proses Terjadinya Menstruasi Melewati 4 Tahapan Berikut Lho!

Itulah beberapa faktor yang bisa membuat menstruasi tidak teratur di bulan puasa. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi di bulan Ramadan, tubuh pun menyesuaikan diri. Akan tetapi, hal ini tak perlu dicemaskan. Seiring dengan rutinitas yang kembali normal sesudah bulan Ramadan nanti, pola menstruasi pun seharusnya akan kembali seperti semula. Meskipun begitu, bila memang kamu khawatir, tak ada salahnya juga berkonsultasi dengan dokter. Selain itu, kamu juga bisa berkonsultasi dengan Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Pasangan Senang ‘Jajan’ Diam-diam? Lindungi Kesehatan Reproduksi Anda dengan Cara Ini

Menurut data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, ibu rumah tangga merupakan salah satu kelompok penderita HIV/AIDS dengan angka tertinggi. Dari tahun 1987 hingga 2014 saja, terdapat 6.539 kasus di kalangan ibu rumah tangga, sementara dari kalangan pekerja seks komersil yang mengidap HIV/AIDS hanya 2.052 kasus (PKBI, 2015).

Baca Juga: Trik Menjaga Kesehatan Reproduksi Pasangan Ketika Anda Punya Infeksi Menular Seksual

Terlihat jelas bahwa penyebaran tertinggi justru bukan terjadi di lokalisasi, melainkan di rumah sendiri, khususnya bila suami diam-diam tidak setia. Bagi Anda yang curiga bahwa pasangan sering ‘jajan’ sembarangan di belakang Anda, lindungi kesehatan reproduksi Anda dengan cara-cara berikut.

  1. Berhubungan seks dengan menggunakan kondom
    Kondom merupakan satu-satunya alat kontrasepsi yang bisa melindungi Anda dari risiko infeksi menular seksual (IMS) (Westheimer & Lehu, 2019). Efektivitas kondom dalam mencegah penularan HIV bisa mencapai 91% (Johnson, O’Leary & Flores, 2018), khususnya bila dipakai dengan tepat dan konsisten setiap kali berhubungan seks. Jika hanya digunakan sesekali saja, Anda tidak akan bisa mendapatkan perlindungan maksimal. Meskipun begitu, penggunaan kondom tetaplah sepuluh ribu kali lebih baik daripada tidak memakai kondom sama sekali. Anda bisa membeli kondom di sini.
    Pasangan Senang 'Jajan' Diam-diam? Lindungi Kesehatan Reproduksi Anda dengan Cara Ini
  2. Melakukan tes IMS secara berkala
    Ada banyak sekali manfaat dari melakukan tes IMS secara berkala. Anda dan pasangan Anda mungkin memiliki IMS yang tidak diketahui. Bukan hanya akibat dari perselingkuhan, tetapi bisa juga dari hubungan sebelumnya dengan mantan pasangan, akibat suntik dengan jarum yang ternyata tidak steril, transfusi darah dari orang yang ternyata memiliki IMS, dari orangtua yang ternyata positif HIV/AIDS, atau dari penggunaan narkoba di masa lampau. Semakin cepat Anda mengetahui status IMS Anda dan pasangan Anda, semakin cepat Anda bisa memperoleh penanganan medis.
    Pasangan Senang 'Jajan' Diam-diam? Lindungi Kesehatan Reproduksi Anda dengan Cara Ini
  3. Meninggalkan pasangan Anda bila terbukti selingkuh dan tak mau berubah
    Bila pasangan terus berbohong meskipun Anda telah menemukan bukti yang jelas bahwa ia berselingkuh, atau jika ia tak mau berubah meskipun sudah ketahuan, ada baiknya Anda mempertimbangkan ulang apakah Anda benar-benar mau melanjutkan hubungan dengannya. Bukan hanya soal risiko penyebaran IMS yang menjadi masalah, melainkan juga fakta bahwa ia tidak menghargai Anda sebagai pasangan. Anda bisa mencoba menjalani konseling pernikahan terlebih dahulu dengan pasangan Anda. Akan tetapi, pada akhirnya Anda tetap harus bersikap realistis dan menilai usaha yang telah dilakukan pasangan secara objektif, demi kebaikan Anda sendiri.
    Pasangan Senang 'Jajan' Diam-diam? Lindungi Kesehatan Reproduksi Anda dengan Cara Ini

Baca Juga: 9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi

Begitulah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi bila Anda mencurigai pasangan sering ‘jajan’ diam-diam. Jika ingin berkonsultasi lebih lanjut mengenai topik ini, Anda bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi

Menjaga kesehatan reproduksi sebenarnya mudah. Ada banyak cara yang bisa kamu praktekkan. Selain dengan menggunakan kondom secara tepat dan konsisten serta menghindari perilaku seksual berisiko, kamu pun bisa mengonsumsi suplemen. Berikut 9 jenis suplemen makanan yang bisa membantu mendukung kesehatan reproduksimu.

Baca Juga: Meski Nikmat Sesaat, Sering Selingkuh Ternyata Bisa Mengancam Kesehatan Reproduksi

  1. Omega-3
    Omega-3 dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome (PMS), premenstrual dysphoric syndrome (PMDD), sensitivitas insulin, dan nyeri menstruasi alias dysmenorrhea (Hill, 2019). Selain itu, bagi kamu yang ingin merencanakan kehamilan, Omega-3 juga dibutuhkan untuk mendukung perkembangan bayi.
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi
  2. Zinc (Zn)
    Zinc bisa membantu kamu menjaga keteraturan siklus menstruasi dan keseimbangan hormon androgen. Zinc sangat disarankan bagi pengguna pil KB, perempuan yang sedang merencanakan kehamilan, dan yang mengalami polycystic ovarian syndrome (PCOS) (Kirkpatrick & Johnstone, 2018).
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi
  3. Zat besi (Fe)
    Sekitar 25% penduduk di muka bumi mengalami anemia alias kekurangan sel darah merah (WHO). Perempuan menjadi lebih rentan akibat menstruasi. Nah, untuk memproduksi sel darah merah, dibutuhkan zat besi. Cukupilah kebutuhan zat besi kamu dengan suplemen atau pil KB berkandungan zat besi, misalnya dengan Pil KB Andalan FE.
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi
  4. Vitamin B
    Ada banyak macam vitamin B yang dapat mendukung kesehatan reproduksi. Vitamin B1, B2, dan B6 dibutuhkan untuk mengurangi nyeri menstruasi dan gejala PMS, vitamin B9 (folat) baik untuk perencanaan kehamilan, sementara Vitamin B12 diperlukan untuk mendukung ovulasi. Untuk bisa mendapatkan manfaat dari berbagai jenis vitamin B sekaligus, kamu bisa mengonsumsi vitamin B complex yang merupakan kombinasi dari semuanya (Hill, 2019).
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi
  5. Vitamin C
    Selain kaya akan antioksidan dan mendukung imunitas, vitamin C juga berguna bagi kamu yang kadar hormon progesteronnya rendah (Kirkpatrick & Johnstone, 2018). Beberapa gejala progesteron rendah misalnya menstruasi yang tidak teratur, sakit kepala, nyeri payudara, perut kembung, dan sulit tidur.
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi
  6. Vitamin D
    Suplemen vitamin D seringkali disarankan bagi laki-laki dan perempuan yang memiliki masalah kesuburan. Contohnya, pada kasus PCOS, uterine fibroid, dan kondisi sperma yang kurang optimal (Dabrowski, Grzechocinska, dan Wielgos, 2015).
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi
  7. Vitamin E
    Bila libido menurun, vagina kering, serta seks terasa kurang nyaman, ada kemungkinan kamu mengalami kekurangan hormon estrogen. Untuk meningkatkan kadar estrogen, salah satu suplemen yang sering disarankan adalah suplemen vitamin E (Hill, 2019).
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi
  8. Magnesium (MG)
    Magnesium merilekskan otot dan sistem saraf, sehingga amat berguna bagi kamu yang sulit tidur akibat kadar hormon progesteron yang rendah (Kirkpatrick & Johnstone, 2018). Selain itu, mengonsumsi magnesium juga bisa mengurangi nyeri menstruasi.
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi
  9. Daun katuk
    Bagi kamu yang sudah memiliki buah hati dan saat ini sedang menyusui, suplemen daun katuk merupakan salah satu solusi yang bisa membantu mengamankan kebutuhan ASI si Kecil. Salah satu contohnya adalah Lactaboost. Kaya akan alkaloid dan sterol, daun katuk bisa membantumu meningkatkan produksi ASI (Rahmanisa & Aulianova, 2016)
    9 Jenis Suplemen Makanan yang Bisa Mendukung Kesehatan Reproduksi

Baca Juga: Vagina Sehat, Keputihan Minggat

Itulah 9 jenis suplemen makanan yang bisa mendukung kesehatan reproduksimu. Jika ingin berkonsultasi lebih lanjut, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Trik Menjaga Kesehatan Reproduksi Pasangan Ketika Anda Punya Infeksi Menular Seksual

Terkena infeksi menular seksual (IMS) mungkin terdengar sangat menyeramkan, namun bukan akhir dunia. Anda tidak harus melajang seumur hidup hanya karena status kesehatan tersebut. Masih ada kesempatan bagi Anda untuk menjalani hubungan romantis. Yang terpenting adalah mengetahui cara yang tepat untuk melindungi kesehatan reproduksi pasangan Anda. Berikut beberapa di antaranya.

Baca Juga: Penting Diketahui, Ini Cara Terbaik Mencegah Infeksi Menular Seksual

  • Mencari penanganan medis untuk diri sendiri
    Cara terbaik untuk melindungi pasangan Anda adalah dengan mendapatkan penanganan medis untuk kesehatan reproduksi Anda sendiri. Ingat bahwa sebagian besar IMS seperti gonorrhea, klamidia, sifilis, trikomonas dan kutu kelamin dapat disembuhkan, asalkan cepat dideteksi. Beberapa jenis IMS lainnya seperti herpes dan HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan secara permanen, namun bisa dikontrol agar dampaknya minim serta kemungkinan penularannya semakin rendah dengan menggunakan obat-obatan (Dweck & Westen, 2017).
  • Mengajak pasangan memeriksakan diri dan melakukan vaksinasi bila memungkinkan
    Seks yang lebih aman bukan hanya soal apa yang Anda lakukan bersama pasangan di ranjang, namun juga soal seberapa sering Anda dan pasangan memeriksakan diri. Tes IMS sebaiknya dilakukan minimal sekali setahun (Perez, 2019). Lakukan lebih rutin lagi jika banyak melakukan tindakan seksual berisiko. Khusus untuk HPV, tersedia juga vaksinasi (Dweck & Westen, 2017). Bila memungkinkan, upayakan agar pasangan Anda mendapatkan vaksinasi tersebut.
  • Mempraktekkan strategi-strategi seks yang lebih aman
    Selama Anda dan pasangan tetap berhubungan seks, risiko terkena IMS tidak bisa hilang sepenuhnya. Meskipun begitu, untuk mengurangi risiko tersebut secara signifikan, Anda bisa menggunakan kondom dengan benar dan konsisten setiap kali hubungan seks dilakukan. Kondom harus dipakai sejak awal, saat penis sudah mulai tegang, hingga sesaat setelah ejakulasi selesai, sebelum penis mengecil kembali. Pegang pangkal kondom ketika melepasnya agar sperma tidak merembes keluar (Westheimer & Lehu, 2019). Pastikan stok kondom selalu tersedia ketika diperlukan, tanggal kadaluarsa masih jauh, dan semua kondom tersimpan di tempat yang aman bebas dari benda-benda tajam, bahan kimia, dan paparan sinar matahari.
  • Menghindari aktivitas seksual hingga infeksi berakhir
    Dalam beberapa kasus IMS tertentu, dokter biasanya akan merekomendasikan Anda untuk menghindari seks yang melibatkan segala bentuk penetrasi alias masuknya penis ke dalam mulut, vagina, atau anus selama beberapa waktu, khususnya saat infeksi masih ada. Meskipun begitu, Anda dan pasangan masih bisa melakukan berbagai aktivitas lainnya. Berpelukan, berciuman, berbaring sekasur, berenang bareng, ataupun menggunakan toilet yang sama tidak akan menularkan IMS, kecuali pada kasus herpes atau kutu kelamin (Witton, 2017).

Baca Juga: Ketika Infeksi Menular Seksual Tidak Diobati

Demikianlah beberapa tips menjaga kesehatan reproduksi pasangan ketika Anda punya infeksi menular seksual. Jika Anda masih memiliki pertanyaan atau ingin berkonsultasi lebih lanjut mengenai topik ini, Anda bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB.  Segala informasi yang Anda sampaikan dijamin kerahasiaannya.

5 Strategi Menjaga Kesehatan Reproduksi Sambil Mencegah Penularan Virus Corona

Dengan maraknya penyebaran virus COVID-19, pemerintah mensosialisasikan konsep social distancing, di mana masyarakat diimbau untuk menjaga jarak dari orang lain serta melakukan berbagai aktivitas dari rumah. Strategi ini sangat berguna untuk mencegah penularan. Akan tetapi, belum banyak yang membahas mengenai potensi penularan di antara pasangan. Padahal, dengan ataupun tanpa Corona, kebutuhan akan romansa sekaligus menjaga kesehatan reproduksi tetap ada. Lantas bagaimana strategi pencegahan penularan Corona dalam kehidupan seksual? Berikut poin-poin pentingnya.

Baca Juga: Sulit Mengakses Kontrasepsi? Ini Solusi Mencegah Kehamilan di Tengah Wabah Corona

  1. Pasangan yang serumah dan tidak menunjukkan gejala bisa tetap berhubungan seks.
    Risiko penularan tidak akan jauh berbeda dengan ataupun tanpa seks jika Anda dan pasangan memang tinggal serumah dan berbagi lingkungan yang sama (BBC, 2020). Meskipun begitu, jangan lupa untuk tetap rajin berganti baju, mandi, dan mencuci tangan dengan sabun jika baru keluar dari rumah.
  2. Menghindari aktivitas seksual berisiko dengan orang baru.
    Meskipun seseorang tidak menunjukkan gejala, mereka tetap bisa menjadi carrier (penghantar) virus Corona. COVID-19 tidak menular melalui seks vaginal, namun bisa menular melalui air liur saat berciuman, seks oral, rimming, dan seks anal apabila Anda terkena feses dari seseorang yang positif COVID-19 (New York City Health Department, 2020). Pemakaian kondom bisa mengurangi kemungkinan kontak dengan air liur atau feses sekaligus menjaga kesehatan reproduksi dengan mencegah infeksi menular seksual (IMS), tetapi tidak bisa menjamin Anda tidak akan terkena Corona. Virus juga bisa masuk ke tubuh setelah Anda menyentuh permukaan yang terkontaminasi (The Guardian, 2020), misalnya seprai, pakaian, atau tubuh pasangan.
  3. Mengisolasi diri jika terlanjur kontak dengan orang yang kemudian bergejala Corona.
    Jika sudah berciuman atau berhubungan seks dengan seseorang dan orang tersebut kemudian mengalami batuk kering atau demam, pastikan bahwa Anda mengisolasi diri (BBC, 2020). Tidak perlu ke rumah sakit, sebab infeksi COVID-19 bisa membaik sendiri. Akan tetapi, tetaplah berada di rumah selama minimal 2 minggu agar Anda tidak menjadi carrier yang menularkan virus ke orang lain, khususnya kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan orang dengan kekebalan tubuh yang rendah. Selain itu, jika ternyata Anda cuma terkena flu biasa, Anda bisa benar-benar terkena Corona apabila mengunjungi rumah sakit yang penuh pasien serta orang-orang di ruang tunggu yang bisa saja merupakan carrier. Manfaatkan pelayanan rumah sakit hanya jika Anda sudah sakit parah.
  4. Memberitahu pasangan apabila Anda tiba-tiba menunjukkan gejala
    Apabila Anda berciuman atau berhubungan seks, kemudian Anda mengalami gejala Corona, jadilah seseorang yang bertanggung jawab. Artinya, selain melakukan isolasi diri, beritahu pasangan Anda. Bukan untuk membuat panik, namun agar pasangan Anda lebih siap mengenai kemungkinan bahwa ia bisa terkena Corona atau sedang menjadi carrier. Dengan demikian pasangan Anda pun bisa lebih berhati-hati ketika berinteraksi dengan orang lain.
  5. Mencari alternatif kegiatan seksual yang lebih ama
    Alih-alih menambah risiko terkena Corona dengan bertemu secara langsung, Anda masih bisa melakukan sexting, memanfaatkan fitur video call, membaca sastra erotika dewasa, atau melakukan masturbasi. Menurut panduan Departemen Kesehatan New York (2020), masturbasi merupakan opsi paling aman selama pandemik Corona. Jangan lupa mencuci tangan dan sex toys dengan air dan sabun.

Baca Juga: Sulit Mengakses Kontrasepsi? Ini Solusi Mencegah Kehamilan di Tengah Wabah Corona

Itulah beberapa strategi yang bisa Anda gunakan agar seks tetap berlangsung di tengah wabah Corona tanpa membahayakan paru-paru dan kesehatan reproduksi Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan, Anda bisa berkonsultasi ke Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin-Jumat pukul 08.00–17.00 WIB. Semua yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

4 Alasan Pentingnya Memahami Kesehatan Seksual Reproduksi di Era Modern

Kesehatan seksual dan reproduksi serta hak-hak yang menyertainya merupakan sesuatu yang sangat penting di era modern. Siapapun yang aktif secara seksual wajib memahaminya. Berikut beberapa alasan mengapa pengetahuan mengenai topik ini dibutuhkan di masa kini.

Baca Juga: Selain Ejakulasi Dini, Ini Tiga Masalah Ejakulasi pada Pria

  1. Orang bisa mengakses informasi yang salah mengenai kesehatan reproduksi dari internet
    Dengan perkembangan internet, orang lebih mudah mendapatkan informasi untuk mengedukasi diri. Masalahnya, informasi dari internet sulit dijamin akurasinya. Misalnya, jika yang dijadikan sarana belajar kesehatan reproduksi adalah video porno. Orang awam yang menonton porno seringkali tidak mengetahui bahwa aktor dan aktris di balik layar harus memberikan persetujuan (consent), melakukan tes untuk memastikan bahwa mereka bebas infeksi menular seksual (IMS), dan memakai kontrasepsi terlebih dahulu. Hal ini bisa menyebabkan munculnya ekspektasi yang tidak realistis mengenai hubungan seksual, ketidaktahuan bahwa seks tanpa kontrasepsi bisa menyebabkan kehamilan yang tidak direncana (KTD), penyebaran IMS, serta normalisasi budaya pemerkosaan (rape culture).

  2. Kemajuan teknologi memperluas kemungkinan menjalin relasi seksual dengan siapa saja
    Dengan teknologi, batas-batas geografis seolah buyar. Sebagai contoh, sekarang Anda bisa mengencani siapapun di manapun hanya dengan menggunakan situs kencan online. Akan tetapi, bukan berarti pilihan ini bebas risiko. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 19 jejaring sosial dan situs kencan menemukan bahwa wilayah yang didominasi dengan pengguna beberapa situs kencan tertentu memiliki angka IMS yang lebih tinggi daripada yang lainnya (Enomoto, Noor, & Widner, 2017). Artinya, risiko penularan IMS tidak bergantung dari penggunaan situs kencan itu sendiri, namun dari seberapa bijak mereka memilih situs kencan. Setiap situs kencan punya target pasar yang berbeda. Ada yang menargetkan orang-orang yang mencari hubungan serius, ada yang tidak. Kalaupun Anda hanya ingin hubungan casual, pastikan dulu bahwa situs kencan yang Anda gunakan memang menarik orang-orang yang mempraktekkan seks aman, agar risiko terkena IMS seperti klamidia, gonorrhoea, dan HIV/AIDS lebih rendah.

  3. Modus pelecehan seksual semakin banyak dan bervariasi
    Di era modern, ada semakin banyak modus pelecehan seksual. Sebut saja revenge porn, yaitu tindakan menyebarkan foto/video porno mantan pacar tanpa izin setelah putus (McGlynn, Rackley & Houghton, 2017). Selain itu, pelecehan seksual online lainnya misalnya memaksa pasangan berpose mesum saat video call atau memberi komentar tidak senonoh di jejaring sosial. Untuk bisa mencegah dan menyikapi kasus-kasus ini, Anda butuh pengetahuan yang memadai mengenai hak kesehatan seksual dan reproduksi.

  4. Pemahaman mengenai apa yang dianggap sebagai hak sudah berkembang. Jika Anda melanggar hak orang lain, Anda bisa dikenakan tuntutan hukum.
    Jika dulu tindakan memanggil perempuan di pinggir jalan merupakan hal yang dianggap normal, sekarang Anda bisa dianggap melakukan catcalling, suatu bentuk pelecehan seksual. Kalau sebelumnya suami-istri saling memukul adalah percekcokan rumah tangga yang dianggap biasa, sekarang tindakan ini dikategorikan sebagai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Mendesak dilakukannya hubungan seks adalah pemerkosaan, meskipun dilakukan di antara sesama pacar atau pasangan suami istri. Dari contoh-contoh tersebut, bisa dilihat bahwa kesadaran mengenai Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi sudah mulai menjadi norma. Oleh karena itu Anda pun perlu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada.

Baca Juga: 5 Strategi Menjaga Kesehatan Reproduksi Sambil Mencegah Penularan Virus Corona

Dari keempat poin tadi, bisa disimpulkan bahwa pemahaman mengenai kesehatan seksual dan reproduksi sangat diperlukan di era modern. Untuk itu, sudah saatnya Anda mempelajarinya dengan lebih lanjut. Jika Anda masih memiliki pertanyaan, hubungi layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke  https://wa.me/628111326459 pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00–17.00 WIB. Anda bisa berkonsultasi dengan bebas, sebab segala informasi yang disampaikan terjamin kerahasiaannya.