Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui, Solusi Mengatur Jarak Kelahiran Anak yang Ideal

Mengatur jarak kelahiran merupakan salah satu strategi untuk mengupayakan agar anak-anak bisa tumbuh dengan sehat. Pasalnya, menurut WHO, kehamilan yang berturut-turut tanpa jeda waktu yang mencukupi berisiko menyebabkan gangguan kesehatan ibu dan bayi yang bisa mengancam nyawa. Ibu bisa keguguran, melahirkan secara prematur, atau melahirkan bayi dengan kondisi berat badan rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan kontrasepsi untuk ibu menyusui bagi perempuan yang sudah kembali aktif secara seksual tak lama setelah melahirkan.

Seperti apa jarak kelahiran anak yang dianggap ideal? Ada beberapa sumber yang bisa dijadikan patokan. Merujuk pada WHO, jarak kelahiran ideal antara seorang anak dan anak berikutnya minimal 24 bulan (2 tahun). Penelitian-penelitian di bidang kesehatan menganjurkan jarak kelahiran 3-5 tahun (Tsegaye, Shuremu, et al., 2017; Molitoris, Barclay & Kolk, 2019; Conde-Aguelo, Rosas-Bermudez & Norton, 2016). Sementara itu, berdasarkan RISKESDAS Kemenkes RI 2018, jarak kelahiran ideal berkisar antara 4 hingga 5 tahun, sebab selain memberikan waktu bagi rahim untuk siap hamil kembali, bonding antara ibu dan anak juga sudah cukup erat, sehingga anak pun akan lebih siap untuk menjadi kakak.

Baca Juga: Bisa ‘Keluar di Luar’, Kok Masih Perlu Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui?

Nah, untuk mencapai jarak kelahiran anak yang ideal, dibutuhkan kontrasepsi. Tak perlu menunggu hingga selesai masa menyusui untuk berkontrasepsi, sebab sekarang sudah tersedia pilihan kontrasepsi untuk ibu menyusui. Dua di antaranya adalah KB implan dan pil KB Laktasi.

Baik KB implan maupun pil KB Laktasi merupakan pilihan kontrasepsi untuk ibu menyusui yang aman digunakan. Pemakaiannya sama sekali tidak mempengaruhi kemampuan memproduksi ASI maupun kondisi kesehatan bayi (Phillips, Tepper, et al. 2016). Oleh karena itu, banyak perempuan mengandalkan kedua jenis kontrasepsi ini.

Dari segi keampuhannya dalam mencegah kehamilan, KB implan memiliki tingkat efektivitas sebesar 99,9%, sementara pil KB Laktasi memiliki tingkat efektivitas 93% berdasarkan strategi pemakaian pada umumnya (WHO, 2020). Artinya, keduanya sangat ampuh dalam mencegah kehamilan, berbeda dengan metode KB alami ‘keluar di luar’ yang amat rentan gagal. Sebanyak 20% pasangan yang menggunakan metode KB ‘keluar di luar’ dengan mengeluarkan penis dari vagina sesaat sebelum ejakulasi akhirnya mengalami kehamilan yang tidak direncanakan (WHO, 2020).

Berikut dua jenis kontrasepsi untuk ibu menyusui yang populer di Indonesia.

  • Andalan Implan
    Andalan Implan merupakan metode KB ramah ibu menyusui berbatang dua dengan kandungan 75 mg Levonorgestrel (hormon progesteron) di setiap batangnya. KB Implan ini berukuran mungil menyerupai korek api dan dipasang di bawah permukaan kulit lengan bagian atas oleh dokter atau bidan. Sekali pemasangan, Andalan Implan dapat memberi perlindungan selama 4 tahun, namun bisa juga dilepas lebih dini bisa penggunanya ingin menjalankan program hamil lebih awal. Begitu dilepas, kesuburan akan segera kembali.

  • Pil KB Andalan Laktasi
    Kontrasepsi untuk ibu menyusui yang satu ini mengandung 0,5 mg Linestrenol (hormon progesteron) dalam setiap butirnya. Cara menggunakannya sangat mudah, yaitu dengan diminum satu butir setiap hari pada jam yang sama. Aman bagi ibu dan bayi, pil KB Andalan Laktasi pun amat digemari di kalangan perempuan yang sedang menyusui. Pil KB Andalan Laktasi bisa diperoleh di apotek dengan resep dokter.

Baca Juga: Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui vs Senggama Terputus, Mana yang Lebih Efektif?

Itulah sekilas pembahasan mengenai kontrasepsi untuk ibu menyusui, solusi mengatur jarak kelahiran anak yang ideal. Selain itu, kalau kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu juga bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Bisa ‘Keluar di Luar’, Kok Masih Perlu Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui?

Setelah lama ‘cuti bersama’ dengan adanya kehadiran bayi, memulai aktivitas seksual kembali bisa menjadi sesuatu yang menantang. Akan tetapi, bukan berarti tiada cara untuk mengembalikan romansa. Dengan kontrasepsi untuk ibu menyusui, momen-momen intim penuh gairah dapat dinikmati lagi secara maksimal berdua.

Baca Juga: Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui vs Senggama Terputus, Mana yang Lebih Efektif?

Bisa ‘keluar di luar’, kenapa masih perlu kontrasepsi? Buat apa memakai yang nggak alami kalau ada strategi yang alami dan lebih mudah? Meski metode ‘keluar di luar’ alias senggama terputus banyak diandalkan orang untuk menunda kehamilan, kenyataannya metode ini sangat rentan gagal. Berikut beberapa alasannya.

  • Tidak semua orang bisa mengendalikan momen ejakulasi
    Mengontrol ejakulasi itu sulit, namun sebagian besar laki-laki meremehkan hal ini, sehingga banyak yang ‘kebablasan’ klimaks sebelum penis dikeluarkan dari vagina (Westheimer & Lehu, 2019). Secara statistik, 1 dari setiap 5 pasangan yang menggunakan metode keluar di luar hamil dalam setahun (Perez, 2019). Bagi ibu menyusui, langsung hamil lagi bisa sangat berbahaya bagi tubuh, karena tubuh belum sepenuhnya pulih dari kehamilan sebelumnya dan proses persalinan yang baru saja dilewati. Menurut RISKESDAS Kemenkes RI 2018, ibu idealnya menunggu 4-5 tahun setelah punya anak pertama sebelum hamil lagi, karena selain menunggu rahim pulih dan siap mengandung lagi, bonding antara ibu dan anak pertama juga sudah cukup kuat, sehingga anak pun lebih siap untuk menjadi kakak.

  • Cairan pra-ejakulasi terkadang mengandung sperma
    Kalau kamu perhatikan, ada cairan bening yang sering keluar dari penis sejak penis mulai tegang, meskipun momen ejakulasi masih jauh. Cairan bening tersebut dikenal sebagai cairan pra-ejakulasi. Nah, meskipun sering dianggap tidak memiliki kandungan sperma sama sekali, nyatanya cairan bening ini terkadang berisi sperma (Kovavisarach, Lorthanawanich, & Muangsamran, 2016). Meskipun penis ditarik keluar sebelum laki-laki mencapai klimaks, sperma bisa saja sudah masuk ke dalam vagina melalui cairan pra-ejakulasi. Keluarnya cairan pra-ejakulasi dari penis sama sekali tidak bisa dikendalikan, jadi pada akhirnya kamu dan pasanganmu tetap perlu menggunakan kontrasepsi bila memang belum siap memiliki anak kedua.

  • Kontrasepsi untuk ibu menyusui lebih efektif dan aman
    Daripada mengambil risiko mengalami kehamilan yang tidak direncanakan gara-gara pengen tetap memakai cara ‘alami’, jauh lebih baik bila kamu dan pasanganmu memilih metode kontrasepsi modern yang lebih terjamin keampuhannya. Misalnya, KB implan yang memiliki efektivitas 99,9%, suntikan KB dengan efektivitas 96%, atau pil mini dengan efektivitas 93% (Hill, 2019). Tak perlu khawatir soal keamanannya, sebab ketiga alat kontrasepsi hormonal ini isinya hanya hormon progesteron saja. Menurut penelitian, kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progesteron aman bagi ibu serta tidak memengaruhi kemampuan menyusui maupun kondisi kesehatan bayi (Phillips, Tepper, et al. 2016). Agar lebih tenang lagi, pilihlah kontrasepsi untuk ibu menyusui dari brand yang sudah terbukti unggul. Pil KB Andalan Laktasi, Suntikan KB 3 Bulanan Andalan, dan Implan Andalan bisa menjadi alternatif kontrasepsi hormonal terpercaya bagi ibu menyusui. Tak ingin menggunakan kontrasepsi hormonal? Alternatif non-hormonal seperti IUD tembaga dan kondom pun tersedia. Tinggal memilih yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan pribadi.

Baca Juga: Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui, Bolehkah Dilanjutkan Ketika Sudah Berhenti Menyusui?

Itulah tiga alasan mengapa kontrasepsi untuk ibu menyusui tetap masih dibutuhkan meskipun ada metode ‘keluar di luar’. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Bolehkah Ikut Vaksin COVID-19 Ketika Sedang Menggunakan Kontrasepsi Untuk Ibu Menyusui?

Untuk mengurangi risiko penyebaran virus COVID-19 yang bisa berakibat fatal, program vaksinasi sedang digalakkan. Vaksinasi diharapkan bisa membangun kekebalan tubuh, agar tidak mudah diserang oleh virus. Meskipun begitu, karena kehadiran vaksin COVID-19 boleh dibilang relatif baru dibandingkan dengan vaksin-vaksin penyakit lainnya, masih banyak yang khawatir akan keamanannya. Terlebih lagi, bila orang yang ingin mengikuti vaksinasi memiliki kondisi khusus. Salah satu yang jadi pertanyaan, bolehkah perempuan yang sedang menggunakan kontrasepsi untuk ibu menyusui ikut program vaksinasi?

Baca Juga: Apakah Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui Aman bagi Bayi?

Dr. Soumya Swaminathan, Chief Scientist dari WHO menyatakan bahwa vaksinasi COVID-19 aman bagi ibu menyusui dan tidak akan menyebarkan virus dari ibu ke anaknya. Soalnya, dari berbagai jenis vaksin yang sudah disetujui dan digunakan saat ini, tak ada satu pun yang mengandung virus hidup. Vaksinasi justru bisa menambah perlindungan bagi bayi ketika antibodi ibu masuk ke tubuh anak melalui ASI.

Pertanyaannya, bagaimana kalau ibu yang menyusui sedang menggunakan kontrasepsi hormonal? Sejauh ini, tidak ada larangan khusus untuk mengikuti vaksinasi bagi pengguna kontrasepsi untuk ibu menyusui, baik itu pil KB progesteron, suntik KB 3 bulanan, maupun KB implan. Hal terpenting adalah konsultasi dengan dokter terlebih dahulu, hasil konsultasi baik-baik saja, dan kamu tidak memiliki kondisi medis tertentu yang berpotensi menimbulkan risiko bila kamu divaksinasi.

Apakah tidak lebih baik berhenti berkontrasepsi sebelum vaksinasi? Ibu menyusui sebaiknya tidak mengambil risiko kehamilan, sebab kehamilan yang berturut-turut tanpa jeda bisa berdampak buruk baik bagi kesehatan ibu, anak yang menjadi kakak, serta adiknya. Untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, WHO menyarankan jarak kelahiran ideal antara anak pertama dan anak kedua minimal 24 bulan (2 tahun), sementara RISKESDAS Kemenkes RI 2018 menyarankan jarak 4 hingga 5 tahun. Jadi, berkontrasepsi jauh lebih baik daripada tidak berkontrasepsi sama sekali.

Bila memang dokter mengatakan bahwa kamu memiliki kondisi medis tertentu yang menyebabkan penggunaan kontrasepsi hormonal ketika vaksinasi COVID-19 jadi lebih berisiko, masih ada alternatif kontrasepsi non-hormonal yang bisa digunakan.

  • IUD Tembaga

    Untuk kontrasepsi non-hormonal jangka panjang, tersedia IUD tembaga. IUD tembaga Andalan terdiri dari beberapa varian yang berbeda dengan jangka waktu perlindungan maksimal dari 3-10 tahun, efektif mencegah kehamilan dengan mengeluarkan ion-ion tembaga yang aman bagi tubuh, namun toksik bagi sperma. IUD dipasang di dalam rahim dengan bantuan dokter atau bidan tanpa memerlukan operasi. IUD juga bersifat non-permanen dan tidak merusak kesuburan, sehingga kamu bisa segera merencanakan kehamilan lagi setelah selesai berkontrasepsi.

  • Kondom

    Kalau kamu dan pasanganmu hanya memerlukan kontrasepsi jangka pendek, kondom merupakan solusi yang praktis. Tanpa resep dokter, kamu bisa membeli kondom secara bebas di apotek, minimarket, dan gerai-gerai online terpercaya. Kondom juga memberikan perlindungan ekstra dengan mengurangi risiko penyebaran infeksi menular seksual (IMS). Kondom Sutra, Fiesta, Andalan, dan Supreme memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan standar mutu internasional.

Baca Juga: Kontrasepsi Aman Pasca Melahirkan? Ini 4 Rekomendasinya

Itulah sekilas penjabaran mengenai boleh-tidaknya vaksinasi COVID-19 ketika sedang menggunakan kontrasepsi untuk ibu menyusui. Jadi, secara umum aman, namun tetap konsultasikan kondisi kesehatan pribadimu pada dokter terlebih dahulu, ya! Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Singkat dan Praktis, Begini Proses Suntik KB 3 Bulanan yang Ramah Ibu Menyusui

Salah satu metode kontrasepsi yang cukup populer di kalangan perempuan adalah suntikan KB. Cara kerjanya adalah dengan memanipulasi kadar hormon dalam tubuh untuk mencegah kehamilan. Tepatnya, dengan mencegah terjadinya ovulasi serta mempertebal lendir leher rahim agar sperma sulit masuk untuk membuahi sel telur (Hill, 2019). Suntikan KB juga sangat diminati karena punya varian yang bisa menjadi pilihan kontrasepsi untuk ibu menyusui.

Baca Juga: Aman Digunakan, Ini Pilihan Kontrasepsi Ramah ASI untuk Ibu Menyusui

Ada beberapa jenis suntikan KB yang tersedia di Indonesia, misalnya:

  • Suntikan KB Andalan 1 bulan berisi kombinasi progesteron dan estrogen, yaitu 50 mg Medroxyprogesterine Acetate dan 10 mg Estradiol Cypionate
  • Suntikan KB Harmonis 1 bulan, isinya juga merupakan kombinasi progesteron dan estrogen dengan 50 mg Medroxyprogesterine Acetate dan 10 mg Estradiol Cypionate
  • Suntikan KB Andalan 3 bulan yang hanya berisi progesteron saja, yakni 150 mg Medroxyprogesterone, tersedia dalam vial bervolume 1 ml dan 3 ml

Dari ketiga jenis tersebut, jenis suntikan KB yang merupakan kontrasepsi untuk ibu menyusui adalah yang ketiga, yaitu suntikan KB Andalan 3 bulan yang hanya berisi progesteron saja. Artinya, kontrasepsi tersebut tidak akan memengaruhi produksi dan kualitas ASI. Jadi, Anda tetap bisa nyaman memberikan asupan gizi untuk si buah hati tanpa perlu khawatir.

Prosedur suntik KB pada umumnya juga singkat dan praktis. Anda boleh meminta dokter atau bidan melaksanakan suntik KB kapanpun dalam siklus Anda, selama Anda yakin bahwa Anda sedang tidak hamil. Apabila Anda disuntik dalam 5 hari pertama siklus menstruasi, maka Anda akan langsung terlindungi dari kehamilan. Kalau Anda disuntik pada hari lain dalam siklus bulanan Anda, maka Anda akan membutuhkan alat kontrasepsi lain seperti kondom selama kurang lebih 7 hari jika ingin berhubungan seks (nhs.uk). Kemudian, perlindungan suntik KB mulai berlaku. Dengan suntik KB progesteron, manfaat perlindungan kontrasepsi untuk ibu menyusui bisa bertahan selama 3 bulan. Langkah-langkah suntik KB adalah sebagai berikut (SOP Tindakan Suntik KB 1 Bulan / 3 Bulan, UIN Alauddin Makassar, 2017):

  • Datang dan mendaftarkan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit
  • Berkonsultasi dengan dokter atau bidan Andalan mengenai riwayat kesehatan Anda serta metode kontrasepsi yang sesuai. Di sini akan diberikan penjelasan mengenai cara kerja kontrasepsi yang akan Anda gunakan, waktu perlindungannya, efek samping yang mungkin timbul, serta hal-hal terkait lainnya.
  • Apabila sudah diputuskan untuk melaksanakan suntik KB, dokter akan menjelaskan prosedurnya pada Anda dan keluarga atau pendamping Anda.
  • Tenaga medis terlatih akan membersihkan bagian tubuh yang hendak disuntik, yakni lengan atas atau pantat. Pembersihan dilakukan dengan kapas alkohol.
  • Tenaga medis akan memberi tahu Anda bahwa jarum yang digunakan baru dan steril.
  • Cairan disuntikkan.
  • Proses suntik KB selesai. Anda akan diberikan kartu akseptor dan diminta datang kembali sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Untuk ibu menyusui, jadwal suntik berikutnya biasanya 3 bulan kemudian.
  • Anda bisa segera melakukan pembayaran di kasir.

Baca Juga: Mencegah Kehamilan dengan Kontrasepsi: 6 Metode KB Modern dan Masa Perlindungannya

Mudah-mudahan dengan deskripsi singkat di atas Anda lebih memiliki gambaran mengenai langkah-langkah menggunakan suntik KB, kontrasepsi untuk ibu menyusui. Jika Anda masih bingung, memiliki pertanyaan, atau ingin berkonsultasi, Anda bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00–17.00 WIB. Tidak perlu ragu, sebab segala informasi yang Anda sampaikan akan dijaga kerahasiaannya.

Aman Digunakan, Ini Pilihan Kontrasepsi Ramah ASI untuk Ibu Menyusui

Sesayang-sayangnya Anda dengan si buah hati, wajar saja jika Anda merasa tidak siap langsung segera punya anak lagi, apalagi jika Anda masih menyusui anak pertama. Selain itu, perencanaan kehamilan juga merupakan sesuatu yang baik dan sangat disarankan di bidang kesehatan. Alasannya, mencegah kehamilan berisiko, membatasi jumlah anak, dan / atau mengatur jarak kelahiran antar anak bisa memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut (WHO, 2018).

  • Mengurangi risiko angka kematian dan gangguan kesehatan ibu dan bayi
  • Mengurangi kemungkinan anak yang berikutnya lahir prematur, lahir dengan kondisi kesehatan yang kurang baik, atau lahir dengan berat badan rendah
  • Memberikan orangtua kemungkinan untuk berinvestasi lebih besar pada anaknya

Baca Juga: Singkat dan Praktis, Begini Proses Suntik KB 3 Bulanan yang Ramah Ibu Menyusui

Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan mengenai serangkaian pilihan kontrasepsi ramah ASI yang bisa digunakan untuk para ibu. Apa saja sih kontrasepsi yang bisa digunakan ketika sedang menyusui? Berikut beberapa di antaranya.

  • Kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progesteron, tanpa estrogen
    Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progesteron aman bagi ibu serta tidak memengaruhi kemampuannya dalam menyusui maupun kondisi kesehatan bayinya (Phillips, Tepper, et al. 2016). Contohnya adalah pil Andalan Laktasi, KB Suntik Andalan 3 bulan, dan implan progesteron.
    Pil Andalan Laktasi dapat mencegah pelepasan sel telur dan mengentalkan lendir leher rahim untuk mempersulit masuknya sperma. Isinya 28 butir pil yang masing-masing mengandung 0,5 mg Linestrenol (hormon progesteron).  Agar efektif, pil harus diminum secara disiplin setiap hari pada jam yang sama. Terlambat atau lupa minum pil akan menambah risiko terjadinya kehamilan.
    Seperti pil laktasi, suntikan KB progesteron juga mencegah kehamilan dengan cara serupa. Bedanya, hormon dimasukkan melalui jarum suntik. Suntik KB progesteron biasanya dilakukan setiap 3 bulan sekali. Contoh suntikan KB progesteron misalnya Andalan Medroxyprogesterone 50 mg / 1 mL.
    Selain itu, masih ada KB implan atau KB susuk. Masa perlindungan implan ialah hingga 4 tahun. Contoh implan yang digunakan di Indonesia misalnya implan Andalan berbatang dua yang mengandung 75 mg Levonorgestrel / batang.

  • Kontrasepsi Non-Hormonal
    Selain pil, suntikan, dan implan progesteron, alat-alat kontrasepsi non-hormonal juga bisa digunakan dengan aman oleh ibu menyusui (Holder & Lynne, 2015). Contoh alat kontrasepsi non-hormonal misalnya kondom dan IUD tembaga. Kondom berfungsi dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur, sementara IUD tembaga melepas ion-ion untuk mengganggu sperma. IUD bisa memberikan perlindungan selama 3 hingga 10 tahun, tergantung pada jenisnya. Kondom hanya bisa digunakan untuk sekali pakai. Berbeda dengan kondom yang bisa dibeli dengan bebas, untuk memasang IUD Anda harus berkonsultasi dengan bidan atau dokter terlebih dahulu.

  • Memberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan
    Aktivitas menyusui sendiri merupakan sejenis kontrasepsi alami dari dalam tubuh perempuan. Akan tetapi, agar bisa efektif menjadi metode kontrasepsi, kegiatan menyusui harus memenuhi kriteria berikut, yaitu: (1) ASI diberikan secara eksklusif minimal setiap 4 jam di pagi hingga sore hari dan setiap 6 jam di malam hari serta bayi tidak mengonsumsi apapun selain ASI. (2) Bayi berusia di bawah 6 bulan. (3) Belum terjadi menstruasi (Marcin, 2017; Healthline.com). Apabila salah satu dari ketiga kriteria ini tidak terpenuhi, Anda harus menggunakan alat kontrasepsi modern.

Baca Juga: Bisakah Hamil Saat Memakai Kontrasepsi?

Demikianlah penjabaran mengenai kontrasepsi yang ramah ibu menyusui. Mudah-mudahan Anda bisa lebih bijak mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang tepat. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi HaloDKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau https://wa.me/628111326459 pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB.   Segala hal yang Anda sampaikan dijamin kerahasiannya.