Menstruasi Tidak Teratur Pasca Terjangkit COVID-19, Apakah Normal?

Meski telah sembuh dari COVID-19, tubuh terkadang tidak langsung kembali seperti kondisi semula. Sebanyak 51,3% penyintas COVID-19 masih merasa mudah lelah rata-rata 2 bulan setelah pertama kali terkena gejala (Carfi, Bernabei & Landi, 2020). Bagi sejumlah orang, siklus menstruasi juga terpengaruh walaupun badan sudah pulih. Masalah menstruasi tidak teratur ini tentunya bisa menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi perempuan. Apakah perubahan pola menstruasi pasca terjangkit COVID-19 merupakan sesuatu yang normal?

COVID-19 merupakan penyakit yang bisa mempengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk organ-organ reproduksi. Baik indung telur, rahim, maupun vagina bisa turut terkena dampak negatif dari COVID-19, khususnya melalui kehadiran enzim yang disebut dengan ACE 2. Efeknya bisa berupa ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron yang memicu gangguan kesuburan serta gangguan menstruasi (Jing, Yan, Run-Qian, et al., 2020; Sharp, Fraser, Sawyer, et al., 2021). Jadi, menstruasi tidak teratur bisa saja terjadi akibat COVID-19.

Baca Juga: Menoragia atau Menstruasi Lama, Apakah Berbahaya?

Masalah menstruasi tidak teratur yang dialami perempuan dengan COVID-19 berbeda-beda. Sebanyak 28% perempuan yang terinfeksi COVID-19 mengalami perubahan siklus menstruasi, sementara 25% mengalami perubahan volume menstruasi (Li, Chen, Hou, et al., 2021). Pada perempuan yang menderita COVID-19, mayoritas siklus menstruasinya cenderung menjadi lebih panjang, bahkan bisa lebih dari 37 hari dalam kasus-kasus COVID-19 yang tergolong parah (Li et al., 2021). Durasi menstruasi juga bisa mengalami perubahan. Sebanyak 1 dari setiap 5 perempuan yang mengalami COVID-19 merasakan durasi menstruasi seminggu lebih panjang daripada biasanya, walaupun ada juga sebagian kecil perempuan yang durasi menstruasinya justru memendek. Sementara itu, dari segi volume menstruasi, temuan penelitian bervariasi. Ada sejumlah perempuan yang volume menstruasinya jadi lebih banyak akibat COVID-19, ada juga yang malah berkurang (Li, Chen, Hou, et al., 2021; Davis et al., 2020).

Pertanyaannya, bagaimana jika menstruasi tidak teratur meskipun sudah sembuh dari COVID-19? Hal ini bisa saja terjadi dan merupakan hal yang normal. Pasalnya, siklus menstruasi juga bisa dipengaruhi oleh stres psikologis, pertambahan atau penurunan berat badan yang drastis, serta derajat keparahan dari penyakit COVID-19 yang sudah dilalui (Sharp, Fraser, Sawyer, et al., 2021). COVID-19 bisa saja memicu stres dan mengubah pola makan, sehingga hormon pun jadi kurang seimbang. Tubuh mungkin butuh waktu lebih lama untuk kembali menyesuaikan kondisi hormon.

Meskipun demikian, perempuan penyintas COVID-19 tetap disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi pasca pemulihan (Jing, Yan, Run-Qian, et al., 2020). Dengan begitu, bila memang ada masalah, dokter bisa segera membantu memberikan penanganan yang tepat. Tak hanya bagi perempuan penyintas COVID-19, pemeriksaan kesehatan reproduksi juga bisa dilakukan oleh siapapun yang mengalami masalah menstruasi tidak teratur di tengah pandemi.

Baca Juga: Bikin Enggak Nyaman, Ini Penyebab Diare Saat Menstruasi!

Demikianlah penjelasan singkat mengenai menstruasi tidak teratur pasca terjangkit COVID-19. Kesimpulannya, walaupun hal ini merupakan sesuatu yang wajar di tengah berbagai kondisi di masa pandemi yang mungkin memicu perubahan hormon, tetap tidak ada salahnya berkonsultasi dengan para pakar di bidang kesehatan reproduksi. Selain itu, kalau kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu juga bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Menstruasi Tidak Teratur, Bisakah Diatasi dengan Minum Soda?

Di Indonesia, ada kepercayaan bahwa mengkonsumsi soda bisa membantu memperlancar menstruasi. Jika si ‘tamu bulanan’ belum datang-datang juga, kabarnya minum soda dapat mempercepat kehadirannya. Minum soda juga diyakini bisa membuat durasi menstruasi semakin singkat. Pertanyaannya, betulkah soda bisa menjadi solusi saat menstruasi tidak teratur? Berikut pembahasannya dari segi sains.

Baca Juga: Tiga Penyebab Menstruasi Tidak Teratur Setelah Melahirkan

Menurut penelitian, konsumsi soda memang memiliki dampak terhadap menstruasi. Akan tetapi, dampaknya bukan mempercepat tanggal haid seperti yang banyak diyakini oleh orang-orang. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Mueller, Jacobs, et al. (2015), konsumsi soda dengan pemanis buatan bisa mempercepat menarche, yaitu kemunculan menstruasi untuk yang pertama kalinya dalam hidup anak atau remaja perempuan. Hasil penelitian yang serupa juga ditemukan pada anak perempuan yang mengonsumsi soda berkandungan gula alami (Carwile, Willet, et al., 2015). Faktor yang berperan sebetulnya adalah kandungan gula yang mempengaruhi metabolisme tubuh, bukan soda itu sendiri. Jadi, yang terpengaruh karena minum soda itu usia pertama menstruasi, sementara itu tanggal menstruasi bulanan tidak terpengaruh.

Bagaimana dengan durasi menstruasi? Alih-alih mempersingkat, sebuah penelitian yang dilakukan di Nigeria justru menemukan bahwa 51,53% perempuan yang mengonsumsi soda cenderung memiliki durasi menstruasi yang lebih panjang dan volume menstruasi yang lebih berat (Adienbo, Hart & Ajah, 2015). Akan tetapi, siklus menstruasi mereka tidak terpengaruh. Oleh karena itu, sayangnya minuman bersoda tetap tidak bisa digunakan untuk membuat menstruasi muncul bila dari awal siklus menstruasi tidak teratur. Sorry, ladies!

Nah, bertolak belakang dengan anggapan orang banyak, minum soda justru berkaitan dengan dampak negatif terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Salah satunya, perempuan yang minum soda ketika menstruasi cenderung memiliki mood yang kurang baik bila dibandingkan dengan perempuan yang tidak minum soda sama sekali (Bu, Lai, Deng, et al., 2019). Selain itu, berdasarkan hasil yang diperoleh dari sebuah penelitian jangka panjang, konsumsi minuman bersoda secara umum juga menurunkan kemungkinan untuk mencapai kehamilan dengan lebih cepat (Hatch, Wise, Mikkelsen, et al., 2012). Duh, jadi berpikir dua kali, ya, sebelum minum soda?

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan bila siklus menstruasi tidak teratur? Solusi yang paling tepat adalah berkonsultasi dengan dokter. Ada banyak kemungkinan penyebab mengapa menstruasi tidak teratur, mulai dari perubahan hormonal, pola makan (Akhila, Shaik, & Kumar, 2020), pola olahraga (Machmudah et al., 2017), pola tidur dan stres (Lim, Kim, Lee, et al., 2018). Dengan berkonsultasi pada dokter, kamu bisa mencari tahu kira-kira apa yang menyebabkan masalah ketidakteraturan siklus menstruasi serta bagaimana cara yang terbaik untuk mengatasinya. Bila ternyata ada gangguan kesehatan reproduksi tertentu seperti Polycystic ovarian syndrome (PCOS), radang panggul, atau sejenisnya yang membuat menstruasi jadi tidak teratur, dokter bisa segera memberikan penanganan. Bila kamu merasa takut untuk memeriksakan diri ke dokter, mintalah bantuan pasangan, keluarga, atau teman untuk ikut menemani kamu ke rumah sakit.

Baca Juga: Menstruasi Tidak Teratur Pasti Menandakan Kemandulan, Betulkah?

Begitulah penjelasan singkat mengenai dampak minum soda terhadap menstruasi. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai masalah menstruasi tidak teratur, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Menstruasi Tidak Teratur Pasti Menandakan Kemandulan, Betulkah?

Sejak dulu, menstruasi kerap kali dikaitkan sebagai simbol dari kesuburan perempuan. Anggapannya, bila menstruasi tidak teratur, pasti ada masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di dalam tubuh. Bahkan, perempuan yang jarang menstruasi sering dianggap mandul. Pertanyaannya, betulkah persepsi ini?

Baca Juga: Penyebab Menstruasi Terlambat Selain Hamil

Hampir setiap bulan, tubuh perempuan mempersiapkan diri untuk menghadapi kehamilan. Sebuah sel telur dilepas, kemudian sel telur tersebut menunggu dibuahi. Dinding rahim pun menebal, mempersiapkan tempat bagi sel telur untuk menempel apabila ia jadi dibuahi oleh sperma. Nah, jika sel telur tidak dibuahi, dinding rahim yang sudah menebal akan luruh kembali dan harus dikeluarkan. Luruhan dinding rahim beserta dengan darah keluar dari rahim melalui serviks hingga ke vagina. Inilah proses yang disebut dengan menstruasi. Meski sering disebut sebagai ‘datang bulan’ di Bahasa Indonesia, siklus menstruasi perempuan sebetulnya berbeda-beda. Selama terjadinya masih teratur setiap 21-45 hari sekali, siklus menstruasi masih dianggap normal (Dweck & Westen, 2017).

Ada juga yang disebut dengan spotting. Spotting alias keluarnya bercak darah di luar jadwal menstruasi bisa saja merupakan sesuatu yang normal. Sekitar 4,8% orang mengalami spotting bercak darah sedikit ketika ovulasi, yakni saat tubuh melepas sel telur di hari paling subur (Hill, 2019). Seseorang bisa saja mengalami spotting, tetapi siklus menstruasinya tetap teratur.

Apabila menstruasi tidak teratur, belum tentu berarti seseorang mandul. Ada banyak hal-hal yang sebetulnya bukan gangguan kesuburan, tapi bisa saja menyebabkan ketidakteraturan menstruasi, misalnya:

  • Perubahan hormonal di masa remaja (Dweck & Westen, 2017)

  • Perubahan pola makan (Akhila, Shaik & Kumar, 2020)

  • Kurang tidur (Nam, Han & Lee, 2017)

  • Stres (Lim, Kim, Lee, et al., 2018)

  • Perubahan hormonal menjelang menopause (Dweck & Westen, 2017)

Di sisi lain, kadang-kadang menstruasi tidak teratur betul-betul terjadi karena masalah kesuburan. Gangguan pada rahim seperti polip, fibroid, atau tumor dapat membuat menstruasi jadi sangat berat dan panjang durasinya (Walker, Coffey & Borger, 2021). Misalnya, jika biasanya 3-5 hari selesai, tahu-tahu kali ini menstruasi terus-menerus selama 2 minggu. Gejala-gejala seperti ini tak boleh dianggap remeh. Segera konsultasikan pada dokter agar bisa dicari penyebab dan solusinya.

Terkadang masalahnya bukan pada fisik rahim itu sendiri, namun pada hormon. Gangguan hormonal seperti polycystic ovarian syndrome (PCOS) bisa memicu amenorrhea, yaitu kondisi di mana seseorang tidak mengalami menstruasi selama lebih dari 3 bulan (Dweck & Westen, 2017). PCOS bisa mempersulit kemungkinan mencapai kehamilan, namun bukan berarti tidak bisa. Dengan pengobatan dan pola hidup sehat yang tepat, orang dengan PCOS dapat meningkatkan kesuksesan program hamilnya (Artini, Obino, et al., 2017).

Salah satu yang bisa dilakukan untuk memperbaiki siklus menstruasi adalah dengan meminum Pil KB yang memiliki kandungan estrogen seperti Pil KB Andalan FE atau Pil KB Elzsa. Pil KB dapat membantu untuk memperbaiki siklus menstruasi menjadi lebih regular karena pil KB bekerja dengan meregulasi hormon di dalam tubuh. Manfaat pil KB kombinasi bagi penderita PCOS dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pun sudah didukung oleh penelitian (Podfigurna, Meczekalski,et al., 2019).

Baca Juga: Menstruasi Tidak Normal, Salah Satu Indikator Masalah Kesehatan

Kuncinya, bila menstruasi yang kamu alami berlebihan volumenya, sangat panjang durasinya, terlalu sering terjadi, atau jarang terjadi, dan gejala-gejala tadi muncul bukan karena perubahan pola hidup, langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter. Menstruasi tidak teratur belum tentu menandakan kemandulan, namun untuk berjaga-jaga lebih baik memeriksakan diri. Bila kamu masih bingung atau memiliki pertanyaan terkait topik ini, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Tiga Penyebab Menstruasi Tidak Teratur Setelah Melahirkan

Bagi perempuan, pengalaman melahirkan mengubah banyak hal. Salah satunya adalah siklus menstruasi. Sehabis persalinan, biasanya ada jeda waktu sebelum menstruasi muncul kembali. Setelah menstruasi muncul kembali pun, terkadang menstruasi tidak teratur. Yang tadinya bisa diprediksi, sekarang tak bisa ditebak kapan datangnya. Hal ini seringkali membuat banyak perempuan jadi merasa khawatir. Padahal, ini merupakan sesuatu yang normal dan bisa dipicu oleh berbagai macam faktor. Berikut beberapa di antaranya.

Baca Juga: Penyebab Menstruasi Terlambat Selain Hamil

  • Kondisi hormonal
    Pasca melahirkan, salah satu hormon yang banyak berperan dalam tubuh perempuan adalah hormon prolaktin. Kadar hormon prolaktin yang tinggi dibutuhkan untuk produksi ASI. Jadi, ibu bisa menyusui anaknya dengan lancar. Akan tetapi, tingginya kadar hormon prolaktin juga bisa mempengaruhi siklus menstruasi dan membuat menstruasi jadi jarang terjadi atau bahkan tidak terjadi sama sekali (Al-Chalabi, Bass, & Alsalman, 2018). Hal ini merupakan sesuatu yang lumrah dan tak perlu dikhawatirkan. Seiring dengan berjalannya waktu dan frekuensi menyusui anak pelan-pelan berkurang, siklus menstruasi biasanya akan membaik dengan sendirinya. Pada akhirnya, ingatlah bahwa tubuh butuh waktu untuk beradaptasi.

  • Pola tidur yang kurang ideal
    Menjadi orangtua baru memang penuh tantangan. Jika tadinya kamu bisa tidur 8 jam sehari, begitu bayi lahir, rasanya tidur 4-5 jam saja sulit sekali dicapai. Apalagi, bila si Kecil menangis sambil menjerit-jerit sekuat tenaga di pukul 3 pagi. Kurang tidur bisa membuat menstruasi tidak teratur (Lim, Kim, Lee, et al., 2018). Tubuh juga lebih rentan terhadap penyakit ketika kurang beristirahat. Akan tetapi, bukan berarti orangtua harus pasrah menerima nasib tanpa ada yang bisa dilakukan. Dibutuhkan strategi pembagian tanggung jawab yang baik di rumah terkait pengurusan anak dan manajemen rumah tangga, agar ibu tidak kewalahan dan bisa beristirahat. Idealnya, suami dan anggota keluarga lainnya turut berperan dan saling membantu. Bila hal ini tidak memungkinkan, kamu dan pasanganmu juga bisa mempertimbangkan menggunakan jasa babysitter.

  • Tingkat stres yang tinggi
    Perempuan yang baru memiliki anak seringkali harus memegang beberapa peran sekaligus. Selain menjadi seorang ibu, ia juga merupakan seorang istri yang punya berbagai tanggung jawab lain. Belum lagi jika ia juga sedang bekerja atau sedang menempuh pendidikan tinggi. Siapapun bisa menjadi lebih rentan terhadap stres ketika menghadapi situasi seperti ini. Faktanya, stres bisa membuat siklus menstruasi tidak teratur (Huhmann, 2020). Menjadwalkan waktu untuk diri sendiri alias ‘me-time’, mempraktekkan strategi relaksasi, dan menceritakan masalah yang dialami dengan pasangan atau orang-orang terdekat yang bisa dipercaya dapat membantu meringankan tekanan yang dialami para ibu. Bila beban yang dipikul sudah terlalu berat, kamu mungkin membutuhkan dukungan dari psikolog.

Baca Juga: Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Di luar dari 3 penyebab di atas, ada banyak lagi hal yang bisa membuat menstruasi tidak teratur pasca melahirkan. Ada kalanya juga ketidakteraturan menstruasi dapat menandakan masalah kesehatan reproduksi. Kalau kamu khawatir, nggak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter atau bidan. Ajaklah pasangan untuk ikut menemani. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Beruntunglah kamu yang mengalami menstruasi tepat pada waktunya. Sebab, tidak semua wanita bisa merasakan menstruasi. Apa saja kondisi yang menghalangi terjadinya menstruasi? Simak penjelasannya berikut ini.

Menstruasi adalah proses alami yang terjadi pada fase akhir pubertas bagi seorang wanita di usia remajanya. Rentang waktu pubertas dimulai usia 8-16 tahun. Namun apa jadinya jika hingga usia 16 tahun tidak mengalami menstruasi? Normalkah ini?

Baca Juga: Delapan Kondisi yang Memicu Gangguan Siklus Menstruasi‎

Dalam dunia medis dikenal istilah amenorrhea atau amenore yang artinya tidak terjadi menstruasi atau absence of menstruation. Istilah ini berlaku untuk wanita yang belum mengalami menstruasi hingga usia 16 tahun dikenal dengan istilah amenore primer.

Sementara amenore sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah mengalami menstruasi selama minimal 3 siklus atau 3 bulan, lalu menstruasinya berhenti.

Pemicu terjadinya amenore bisa karena faktor alami dalam tubuh, bisa pula karena berbagai kondisi medis yang perlu diobati.

Berikut tiga kondisi yang membuat menstruasi tak kunjung terjadi :

  • Beberapa kondisi alami yang membuat menstruasi tidak terjadi seperti kehamilan, menyusui dan menopause.
  • Gaya hidup tidak sehat bisa memicu terjadinya amenore seperti olahraga berlebihan, stress yang tak kunjung terkelola dengan baik. Kondisi lemak tubuh yang terlalu banyak atau terlalu sedikit juga memicu tertundanya menstruasi atau menghentikan menstruasi.
  • Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Biasanya dipicu oleh tumor di kelenjar tiroid. Selain itu kadar estrogen yang rendah atau kadar tingginya kadar hormon progesterone juga memicu amenore.
  • Kelainan genetik atau kromosom seperti sindrom Turner dan sindrome Sawyer juga memicu amenore.
  • Obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, seperti obat darah tinggi, obat antipsikotik dan antidepresan, termasuk obat kemoterapi juga menyebabkan amenore.
  • Tiba-tiba menghentikan konsumsi pil KB juga bisa menghentikan menstruasi pada beberapa waktu sebelum kondisi siklus menstruasi kembali normal.
  • Problem fisik pada sistem reproduksi wanita juga bisa memicu tidak terjadinya menstruasi atau pun tertundanya menstruasi.
  • Problem-problem kesehatan yang disebabkan cacat lahir, tumor, infeksi yang terjadi selama kehamilan atau saat proses persalinan.

Nah, buat kamu yang mengalami salah satu dari kondisi tersebut, segera konsultasi ke dokter. Terutama buat gadis remaja yang memasuki usia 14 tahun namun belum ada tanda-tanda pubertas seperti berkembangnya payudara, tumbuhnya rambut di kemaluan, dan belum mengalami menstruasi, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.

Baca Juga: Siklus Normal Menstruasi Lancar‎

Jangan pernah menunda konsultasi ke dokter bila kamu mengalami problem serius seputar menstruasi ini. Sebab menstruasi menjadi pintu masuk proses reproduksi bagi seorang wanita. Karena itu, sebagai langkah awal, kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Waspadai 3 Jenis Gangguan Makan yang Menyebabkan Menstruasi Tidak Teratur

Dengan standar kecantikan yang semakin tinggi dan maraknya tren menampilkan tubuh ideal di jejaring sosial, tak mengherankan bila banyak orang akhirnya terobsesi dengan pola makan yang kurang sehat. Padahal, pola makan yang tidak sehat bisa menyebabkan banyak masalah bagi tubuh, termasuk menstruasi tidak teratur serta ketidak-suburan. Berikut 3 contoh gangguan makan yang perlu diwaspadai menurut DSM-5, buku panduan diagnosis resmi para psikolog.

Baca Juga: Penyebab Kembung Saat Menstruasi

  • Anoreksia nervosa
    Orang dengan anoreksia memiliki persepsi yang tidak wajar mengenai bentuk tubuhnya sendiri. Meskipun sudah sangat kurus, ia masih merasa gemuk. Berbagai upaya akan ia lakukan untuk mencapai bentuk tubuh kurus yang diinginkan, mulai dari diet, memuntahkan makanan dengan sengaja, menggunakan obat-obatan pelancar buang air besar (BAB), dan / atau olahraga yang berlebihan.
    Menstruasi tidak teratur merupakan salah satu dampak dari anoreksia terhadap kesehatan reproduksi. Selain itu, orang yang memiliki anoreksia biasanya juga butuh waktu yang lebih lama sebelum dikaruniai keturunan (Winkler, Frolich, et al., 2016).
    Waspadai 3 Jenis Gangguan Makan yang Menyebabkan Menstruasi Tidak Teratur

  • Bulimia nervosa
    Seperti anoreksia, bulimia juga disertai dengan kebiasaan untuk memuntahkan makanan dengan sengaja, minum obat-obatan pelancar BAB, serta olahraga dan puasa berlebihan demi tubuh kurus. Bedanya, jika orang dengan anoreksia mengalami penurunan berat badan yang ekstrim akibat membatasi asupan makanan, orang-orang dengan bulimia tidak demikian. Pola makan tidak sehat dari bulimia ditandai dengan kebiasaan makan banyak dalam waktu cepat yang diikuti dengan rasa bersalah dan malu, kemudian mengeluarkan kembali secara paksa makanan yang sudah masuk ke dalam perut. Masalahnya, karena makanan hanya ‘lewat’ di lambung dalam waktu yang sangat singkat, tubuh tak sempat mencerna kandungan nutrisinya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab menstruasi tidak teratur bagi orang-orang dengan bulimia. Meskipun dampaknya tidak separah anoreksia, bulimia tetap bisa mengurangi kesuburan (Tabler, Utz, et al., 2018).
    Waspadai 3 Jenis Gangguan Makan yang Menyebabkan Menstruasi Tidak Teratur

  • Binge-Eating Disorder (BED)
    Berbeda dengan anoreksia dan bulimia, orang-orang dengan BED justru terlalu banyak makan. Walaupun sedang tidak lapar, mereka bisa makan sangat cepat hingga kekenyangan. Bila setelahnya mereka merasa bersalah karena sudah makan secara berlebihan, cara mereka mengatasi perasaan yang membuat tidak nyaman tersebut adalah dengan makan lagi. Seperti anoreksia dan bulimia, BED juga bisa menyebabkan menstruasi tidak teratur (Algars, Huang, et al., 2014).

    Lalu, bila sudah terlanjur memiliki gangguan makan, apakah siklus menstruasi bisa kembali teratur? Dengan bantuan profesional, niat yang kuat, serta upaya yang konsisten, bisa.

    Sebagai contoh, sebanyak 50% penyintas anoreksia kembali menstruasi secara teratur setelah mereka berhasil menaikkan kadar lemak dalam tubuh hingga 23% (Winkler, Frolich, et al., 2016). Oleh karena itu, kalau kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami salah satu dari ketiga gangguan makan ini, usahakan untuk segera mencari bantuan psikolog dan dokter. Hindari penghakiman dalam bentuk apapun, sebab gangguan makan seringkali bersifat kompleks dan berakar pada masalah yang lebih serius.
    Waspadai 3 Jenis Gangguan Makan yang Menyebabkan Menstruasi Tidak Teratur

Baca Juga: Menstruasi Tidak Teratur, Salah Satu Gejala PCOS

Itulah sekilas pembahasan mengenai gangguan makan yang bisa menyebabkan menstruasi tidak teratur. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Menstruasi Tidak Teratur, Salah Satu Gejala PCOS

Sudah terlambat 2 bulan, namun yang ditunggu-tunggu tidak juga tiba. Ketika akhirnya menstruasi kembali, sang ‘tamu bulanan’ seakan punya mood yang berubah-ubah. Terkadang ia keluar dengan lancar, terkadang pembalut putih bersih tanpa cairan apapun yang menempel. Terdengar familiar? Siklus menstruasi tidak teratur merupakan salah satu gejala dari PCOS. Apa itu PCOS dan seperti apa ciri-cirinya?

Menurut Repropedia, kamus khusus kesehatan reproduksi, PCOS atau polycystic ovary syndrome merupakan gangguan hormon yang banyak menyerang perempuan usia subur. Istilah ‘PCOS’ muncul untuk menggambarkan banyaknya kista di permukaan luar indung telur bila diperiksa dengan menggunakan teknologi ultrasound. Kista-kista ini terbentuk akibat kelebihan hormon androgen. PCOS bisa mengakibatkan gagalnya pelepasan sel telur dari indungnya, sehingga dampaknya mengganggu kesuburan.

Baca Juga: Menstruasi Normal Berapa Hari?

Beberapa gejala PCOS antara lain (Dweck & Westen, 2017):

  • Menstruasi tidak teratur. Artinya, jadwalnya bisa meleset. Volumenya bisa tiba-tiba banyak, tiba-tiba sedikit. Durasinya bisa bervariasi. Bahkan, ada kalanya tidak menstruasi sama sekali.
    Menstruasi Tidak Teratur, Salah Satu Gejala PCOS

  • Gangguan kesuburan. Karena sel telur gagal dilepas, sperma tidak bisa melakukan pembuahan, sehingga tidak terjadi kehamilan.
    Menstruasi Tidak Teratur, Salah Satu Gejala PCOS

  • Munculnya jerawat. Akibat hormon yang tidak terkontrol, jerawat pun berkerumun di wajah.
    Menstruasi Tidak Teratur, Salah Satu Gejala PCOS

  • Tumbuhnya bulu yang berlebihan di bagian-bagian yang biasanya hanya berbulu pada tubuh laki-laki, seperti di bibir atas, dagu, payudara, bawah perut, dan paha dalam.
    Menstruasi Tidak Teratur, Salah Satu Gejala PCOS

  • Tubuh orang dengan PCOS seringkali kesulitan mengontrol produksi insulin, sehingga orang-orang dengan PCOS biasanya kelebihan berat badan.
    Menstruasi Tidak Teratur, Salah Satu Gejala PCOS

PCOS tidak bisa disembuhkan secara permanen, namun bisa dikontrol agar gejalanya berkurang (Khadilkar, 2019). Penderita PCOS disarankan menjalani konseling rutin dengan dokter, pakar fisiologis, dan ahli nutrisi demi mengadopsi pola hidup sehat yang sesuai dengan kondisi PCOS. Selain itu, mengingat bahwa PCOS membutuhkan manajemen jangka panjang, ada baiknya juga berkonsultasi dengan psikolog untuk membantu menyusun goal yang ingin dicapai terkait PCOS (Ko, Teede & Moran, 2017).

Dengan perubahan pola hidup yang tepat, penderita PCOS bisa mengurangi gejala menstruasi yang tidak teratur serta meningkatkan kemungkinan untuk bisa melanjutkan keturunan. Meskipun begitu, prosesnya bisa memakan waktu yang cukup lama, sehingga kamu akan membutuhkan banyak dukungan dari orang-orang terdekat. Bila kamu hidup dengan PCOS, mintalah bantuan keluarga, pasangan, atau teman-temanmu untuk terus memberikan motivasi serta menemani secara bergantian pada setiap sesi konseling dengan para pakar.

Baca Juga: Menstruasi Tidak Teratur Ketika Traveling, Apakah Normal?

Itulah sekilas penjelasan mengenai menstruasi yang tidak teratur dan 4 gejala PCOS lainnya. Selain itu, kalau kamu masih memiliki pertanyaan, kamu juga bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan serta identitas kamu akan dijamin kerahasiaannya.