Bisakah Tertular HIV karena Berciuman?

Berciuman, apalagi yang menggebu dan melibatkan saliva, sering disalah artikan sebagai salah satu cara penularan HIV.

Sejauh ini baru satu kasus “penularan” HIV yang diduga terjadi lewat ciuman terdokumentasi.

Baca Juga: Kenali 8 Gejala HIV pada Wanita

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat di tahun 1996 ada seorang wanita yang negatif HIV mengaku tertular pacarnya yang seorang ODHA (orang dengan HIV/AIDS) karena sering berciuman dalam.

Pasangan ini sudah menjalin hubungan selama dua tahun.

Setelah dilakukan penyelidikan, ternyata pasangan ini pernah berhubungan seks dengan kondom yang robek dan juga melakukan hubungan seks secara vagina dan oral tanpa kondom, selama periode hubungan mereka.

Selain insiden tersebut, CDC tidak pernah lagi menemukan kasus penularan HIV hanya karena berciuman saja. Dengan kata lain, berciuman tidak akan menularkan HIV/AIDS.

Penting untuk selalu kita ingat bahwa ada empat kondisi yang memungkinkan terjadinya penularan HIV/AIDS, yaitu:

  1. Harus ada cairan tubuh dimana HIV dapat berkembang, misalnya cairan mani, darah, cairan vagina, atau air susu ibu. HIV tidak dapat berkembang biak di udara terbuka atau bagian tubuh yang tinggi kandungan asam (misalnya lambung atau kandung kemih) atau pun punya pertahanan antimikroba (seperti mulut).
  2. Harus ada rute penularan, misalnya melalui aktivitas seksual, berbagi jarum suntik, paparan pekerjaan, atau penularan dari ibu ke bayi.
  3. Harus ada cara bagi virus untuk mencapai sel-sel yang rentan di dalam tubuh Anda, baik melalui luka terbuka atau penetrasi kulit, penyerapan melalui jaringan mukosa, atau keduanya. HIV tidak dapat menembus kulit yang utuh.
  4. Harus ada tingkat virus yang cukup dalam cairan tubuh. Itu sebabnya air liur, keringat, dan air mata tidak mungkin menjadi sumber penularan, karena jumlah virus dalam cairan ini dianggap tidak cukup untuk menginfeksi.

Kekhawatiran berlebihan terhadap virus ini memang masih tinggi di masyarakat. Bahkan, ada orang yang mengira HIV bisa ditularkan dengan bersentuhan kulit, nyamuk, memakai sisir yang sama, atau pun berciuman.

Orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok Fobia AIDS, yaitu rasa takut berlebihan tanpa alasan yang jelas.

Baca Juga: Bisakah Kita Mengetahui Orang Terinfeksi HIV dari Penampilannya?

Masih punya pertanyaan seputar HIV dan kesehatan reproduksi? Kamu bisa langsung berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp
pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Berapa Lama Virus HIV Bertahan di Luar Tubuh?

Masih banyak yang percaya virus HIV bisa menular lewat sentuhan atau pun gigitan nyamuk.

Minimnya edukasi yang benar tentang cara penularan HIV/AIDS membuat banyak orang menjauhi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), bahkan takut untuk bersalaman atau tinggal serumah.

Baca Juga: Berapa Lama HIV Baru Menunjukkan Gejala?

Kondisi tersebut membuat ODHA seringkali mendapat diskriminasi dan dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya.

Padahal, penularan HIV/AIDS hanya bisa terjadi lewat cara yang terbatas, yaitu hubungan seksual, berbagi jarum suntik, terpapar produk darah atau cairan tubuh, dan penularan dari ibu hamil positif HIV ke bayinya.

Bagaimana dengan kemampuan Human immunodeficiency virus (HIV) bertahan di luar tubuh, semisal di permukaan benda yang terpapar darah ataupun cairan semen?

Dalam kondisi spesifik, HIV bisa bertahan di luar tubuh selama berjam-jam, bahkan harian, jika suhu, kelembaban, paparan sinar matahari, dan tingkat keasamannya tepat. Walau hal itu mungkin saja, tetapi sangat jarang bisa terjadi.

Yang harus diingat, walau pun HIV bisa bertahan di luar tubuh, bukan berarti orang yang menyentuh atau terpapar darah dan cairan yang terinfeksi.

Kemungkinan terjadinya penularan HIV yang berada di luar tubuh bisa terjadi jika cairan tersebut masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seksual, berbagi jarum suntik, atau penularan dari ibu ke bayi.

Tidak hanya itu, virusnya juga hanya bisa masuk lewat penetrasi kulit atau jaringan mukosa di vagina dan anus. Sebaliknya, goresan atau abrasi di kulit tidak termasuk penetrasi yang bisa menyebabkan infeksi HIV.

HIV juga tidak bisa hidup di air liur, keringat, atau pun air mata, karena adanya enzim tertentu yang menghambat pertumbuhan virus ini.

Walau demikian, jika kita merasa tidak tenang dan khawatir karena terpapar oleh cairan tubuh ODHA, sebaiknya konsultasikan dengan dokter, konselor, atau pun tenaga kesehatan yang bergerak di bidang HIV/AIDS. Jika perlu lakukan tes HIV untuk memastikannya.

Baca Juga: Apa Saja Gejala HIV di Kulit dan Penyebabnya?

Masih punya pertanyaan seputar HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi? Kamu ‎bisa langsung ‎‎berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT ‎‎0811-1-326459 ‎atau ‎melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin ‎hingga Jumat pukul ‎‎09.00 – ‎‎16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, ‎sebab segala ‎informasi yang kamu ‎sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.