Tips Merawat Organ Intim saat Menstruasi

Nyeri menstruasi tak kunjung hilang meski sudah minum obat, nyeri menjalar ke punggung/kaki, atau kram disertai demam. Ini adalah tanda bahwa kamu perlu ke dokter.

Menstruasi adalah siklus normal yang dialami perempuan setiap bulan. Ada yang mengalami nyeri, ada pula yang tidak. Bagaimanapun kondisi yang kamu alami, jangan abai merawat organ intim saat menstruasi ya.

Baca Juga: Cara Alami atasi Nyeri Saat Menstruasi

Selama periode ini, terjadi beberapa perubahan di area kewanitaan. Salah satunya, perubahan pH vagina. Dalam kondisi normal, lingkungan vagina bersifat asam, dengan pH sekitar 3,5 – 4,5. Namun saat haid, pH menjadi lebih basa, karena terpengaruh oleh darah yang sifatnya basa. Nah, perubahan pH ini bisa memicu mengganggu keseimbangan mikroflora vagina, sehingga terjadi infeksi jamur.

Tak hanya itu, kondisi vagina pun cenderung lebih lembab saat kamu haid. Terlebih, kita tinggal di negara tropis, dengan cuaca panas dan tingkat kelembaban tinggi, membuat area kewanitaan semakin lembap. Kondisi ini sangat disukai oleh mikroorganisme tertentu. Jamur dan bakteri patogen bisa tumbuh subur, dan menimbulkan infeksi pada vagina. Ciri-cirinya, vagina terasa gatal, tampak kemerahan, dan bisa pula muncul keputihan yang berbau tak sedap.

5 Langkah Merawat Organ Intim saat Menstruasi

Pasti kamu tidak mau kan, terjadi infeksi pada vagina. Jaga selalu kebersihan area kemaluanmu ya. Berikut ini beberapa tips yang bisa kamu lakukan, untuk merawat organ intim saat menstruasi.

  1. Rajin mengganti pembalut
    Disarankan mengganti pembalut 4 jam sekali. Alasannya sederhana: pembalut berfungsi menampung darah haid. Hal ini akan meningkatkan kelembapan dan menaikkan pH vagina, serta bisa menjadi media bagi jamur dan bakteri patogen untuk berkembang biak. Dengan mengganti pembalut tiap 4 jam, kamu akan memutus ketiga hal tadi.
  2. Jaga kebersihan organ intim
    Setelah buang air kecil, bersihkanlah area vagina dengan baik, menggunakan air yang bersih. Bersihkan semua darah yang menempel, termasuk pada area rambut kemaluan. Setelah itu, keringkanlah kemaluan dengan baik, sebelum kamu memakai celana dalam dan pembalut.
  3. Gunakan pembersih yang tepat
    Kamu bisa menggunakan pembersih khusus vagina, bila merasa perlu. Namun hindari yang mengandung sabun dan pewangi ya, karena bisa membuat vagina teriritasi. Lebih baik memilih yang mengandung prebiotik berupa ekstrak susu, yang akan membantu memelihara keseimbangan mikroflora vagina. Juga, pilih yang memiliki pH seimbang dan sesuai dengan pH vagina, untuk mengembalikan keasaman vagina normal. Kedua hal tadi bisa kamu temukan dalam Andalan Feminine Care. Gunakanlah secara bijak ya, cukup 1x sehari saat mandi pagi/sore.
  4. Kenakan pakaian dalam yang sesuai
    Pakai celana dalam berbahan katun, karena mampu menyerap keringat dengan baik, sehingga mengurangi gerah dan lembab di area kemaluan. Sesuaikan pula ukurannya ya, hindari celana dalam yang terlalu ketat.
  5. Pilih pembalut yang baik
    Pilih pembalut yang memiliki daya serap baik, dan tidak beraroma. Aroma segar memang terasa menyenangkan, tapi sayangnya bisa menimbulkan iritasi. Apalagi kalau kulit sensitif. Bila kamu merasa gatal ketika menggunakan pembalut tertentu, segera ganti dengan pembalut lain. Mungkin kamu tidak cocok dengan bahan tertentu di pembalut tersebut.

Baca Juga: Jangan Sepelekan Perdarahan di Luar Menstruasi, Bisa Jadi Tanda Bahaya

Jangan ragu berkonsultasi ke dokter, bila vagina terasa gatal/perih saat menstruasi. Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Nyeri Menstruasi Itu Normal, tapi Kapan Perlu ke Dokter?

Nyeri menstruasi tak kunjung hilang meski sudah minum obat, nyeri menjalar ke punggung/kaki, atau kram disertai demam. Ini adalah tanda bahwa kamu perlu ke dokter.

Ladies, tahukah kamu, nyeri menstruasi atau dismenore ternyata merupakan masalah kandungan yang paling banyak dialami perempuan. Diperkirakan, 16,8 – 81% perempuan mengalaminya. Apakah kamu termasuk salah satunya?

Baca Juga: Dorongan Makan Kompulsif Saat Menstruasi, Ini Penyebabnya

Nyeri menstruasi memang sangat tidak nyaman ya. Aktivitas sehari-hari jadi terganggu, interaksi sosial kita pun bisa ikut terpengaruh. Sebagian perempuan bahkan sampai harus absen kuliah atau bekerja, karena nyeri yang tak tertahankan. Jadi kalau kamu mengalami hal ini, tidak perlu merasa lemah atau minder ya.

Penyebab nyeri menstruasi bisa bermacam-macam. Pada dismenore primer, nyeri muncul akibat kontraksi abnormal pada rahim, yang dipengaruhi oleh ketidakseimbangan kimiawi tubuh. Misalnya prostaglandin, zat yang efeknya seperti hormon, dan berperan dalam kontraksi rahim.

Ada dismenore primer, berarti ada yang sekunder? Yes. Dismenore sekunder disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya endometriosis, radang panggul, kehamilan di luar kandungan, atau infeksi/tumor di rongga panggul.

Kapan Perlu ke Dokter ketika Nyeri Menstruasi?

Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi nyeri menstruasi. Antara lain minum obat pereda nyeri, cukup beristirahat, kompres perut dengan air hangat, serta melakukan relaksasi seperti latihan napas atau yoga ringan. Obat pereda nyeri yang bisa kamu gunakan: parasetamol, ibuprofen, dan naproxen. Suplemen tertentu juga bisa membantu meredakan keluhan dismenore, misalnya vitamin E, B, B6, omega-3, magnesium, dan zat besi.

Sudah mencoba hal-hal di atas, tapi nyeri menstruasi tidak hilang juga. Hmm ada baiknya kamu ke dokter. Tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa kamu sebaiknya ke dokter, yaitu:

  • Menstruasi yang kamu alami makin berat, dan kram perut makin parah dalam 2-3 bulan terakhir.
  • Kamu mengalami nyeri menstruasi, padahal biasanya tidak.
  • Nyeri tidak berkurang meski sudah minum obat.
  • Nyeri menyebar ke bagian lain, misalnya punggung atau kaki.
  • Kram mendadak makin parah.
  • Usia kamu >25 tahun ketika pertama kali merasakan kram berat.
  • Kram disertai dengan demam.

Tanda-tanda ini sebaiknya tidak kamu abaikan ya, karena bisa jadi ada masalah serius yang menyebabkan nyeri menstruasi. Kamu perlu konsultasi ke dokter; bukan cuma untuk mendapat obat, tapi juga mencari tahu apa penyebab dismenore yang kamu alami. Dengan demikian kamu bisa mendapat penanganan yang tepat, tak sekadar obat untuk mengatasi nyeri dan kram.

Baca Juga: Benarkah Diet Bebas Gluten Bisa Meredakan Nyeri Menstruasi?

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

5 Jenis Makanan/Minuman Ini Sebaiknya Kamu Hindari saat Menstruasi

Ada beberapa jenis makanan dan minuman sebaiknya kamu hindari saat menstruasi, karena bisa memperberat keluhan. Misalnya, yang manis dan asin.

Apakah kamu craving makanan manis atau asin menjelang dan di awal menstruasi? Hmm memang yang manis-manis atau asin tampak menggoda ya saat PMS. Tapi jangan salah, justru itu termasuk makanan yang perlu kamu hindari saat menstruasi, karena bisa memperburuk keluhan saat haid.

Baca Juga: Proses Terjadinya Menstruasi Melewati 4 Tahapan Berikut Lho!

Apa saja makanan/minuman yang sebaiknya kamu hindari saat menstruasi? Berikut ini 5 di antaranya.

  1. Tinggi Garam

    Perubahan kadar progesteron dan estrogen menjelang dan di awal menstruasi, membuat tubuh menahan air dan garam. Jadi jangan heran kalau kamu merasa kembung, dan kaki tampak agak bengkak. Nah, konsumsi garam yang tinggi akan memperburuk kondisi ini, karena garam bersifat menahan cairan dalam tubuh. Untuk itu sebaiknya kurangi makanan yang asin-asin ya. Terutama makanan siap saji atau makanan kemasan seperti keripik kentang, karena makanan seperti sangat tinggi kandungan garamnya. Sebagai ganti chips, kamu bisa makan sop iga misalnya, untuk memuaskan keinginanmu terhadap makanan asin, tapi tetap mendapat nutrisi.

  2. Tinggi Gula

    Cake, donat, es krim, ah lezatnya! Tapi sayangnya, makanan tinggi gula bisa memicu terasa perut kembung dan bergas, yang bisa memperburuk sakit perut dan kram saat menstruasi. Makanan manis juga menyebabkan lonjakan kadar gula darah dalam waktu singkat. Sesaat setelah makan yang manis-manis kamu akan merasakan letupan energi, tapi setelah itu energi kamu seperti ‘habis’. Ini bisa memperburuk mood kamu. Jadi jika kamu mudah merasa depresi, cemas, atau mood tidak stabil kala PMS, sebaiknya hindari makanan/minuman tinggi gula. Masih boleh kok makan atau minum manis, tapi jangan terlalu banyak. Bila craving yang manis-manis, kamu bisa makan buah segar, atau smoothie/jus buah buatan sendiri tanpa tambahan gula.

  3. Berlemak

    Makanan tinggi lemak berdampak besar pada aktivitas hormon kamu. Terutama lemak tidak sehat, seperti lemak trans dan lemak tidak jenuh. Kedua jenis lemak ini bisa turut memunculkan nyeri menstruasi dan peradangan, sehingga sebaiknya kamu hindari saat menstruasi. Ini termasuk makanan yang digoreng, daging yang berlemak, dan makanan kemasan yang diolah dengan minyak yang dihidrogenasi sebagian (partially hydrogenated oil).

  4. Terlalu pedas

    Buat kamu pecinta pedas, mungkin sulit ya menghindari sambal, bumbu balado, dan lain-lain. Namun kamu perlu menyadari, makanan pedas bisa memicu kembung, perut bergas, diare, sakit perut, dan muntah. Mengalami hal-hal ini saat menstruasi, akan membuat kamu makin tidak nyaman atau kesakitan. Apalagi bila kamu cenderung mengalami sakit perut dan kram saat menstruasi. Sebisa mungkin, hindari makanan yang terlalu pedas, atau kurangi makan yang pedas-pedas ya.

  5. Kafein dan Soda

    Tak hanya makanan, minuman tertentu pun sebaiknya dihindari. Apa lagi kalau bukan kafein dan minuman berkarbonasi (soda). Minuman bersoda dan manis bisa memicu perut kembung. Adapun kafein misalnya kopi, bisa menyebabkan retensi cairan dan kembung, serta membuat perut tidak nyaman. Kalau kamu kerap mengalami diare saat menstruasi, sebaiknya hindari dulu kopi menjelang dan selama haid.
    Bagaimana kalau terbiasa minum beberapa cangkir kopi sehari? Dalam kasus seperti ini, kamu bisa hanya kurangi saja jumlahnya, karena absen sepenuhnya dari kopi justru bisa membuat kamu sakit kepala.

Baca Juga: Kapan Kembali Menstruasi Setelah Melahirkan?

Keluhan saat menstruasi sebenarnya normal. Namun bila kamu merasa bahwa keluhan yang kamu rasakan cukup berat, baik secara fisik maupun psikis, tak ada salahnya berkonsultasi dengan ahli. Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

5 Risiko yang Mengintai dari Berhubungan Seks saat Menstruasi

Meski sepertinya tidak pantas, sebenarnya berhubungan seks saat menstruasi boleh-boleh saja. Namun pahami dulu risiko yang mungkin terjadi.

Dalam banyak agama, berhubungan seks saat menstruasi dilarang. Secara kultural pun dianggap tabu, menjijikkan, ‘gila’, atau tidak senonoh. Namun sebenarnya, menurut dunia medis modern, hal tersebut bukanlah hal yang tidak wajar, dan sebenarnya boleh dilakukan.

Baca Juga: Menstruasi Datang Nyeri Perut Mengadang

Kamu dan/atau pasangan mungkin termasuk orang yang menganggap bahwa berhubungan seksual saat menstruasi itu tidak pantas, dan ‘kotor’. Sah-sah saja berpendapat demikian. Toh meski secara medis tidak masalah, tetap ada risiko yang mengintai.

5 Risiko Berhubungan Seks saat Menstruasi

Bila kamu mencari di mesin pencari mengenai berhubungan seks saat menstruasi, kamu akan menemukan banyak artikel yang membahas manfaat dari hal ini. Bersenggama di kala haid memang ditengarai memiliki beberapa manfaat. Antara lain mengurangi nyeri dan kram perut, serta memperbaiki mood karena orgasme memicu ‘ledakan’ endorfin yang memunculkan perasaan bahagia.

Namun sebelum kamu memutuskan untuk mencoba berhubungan seks saat menstruasi, ada baiknya pahami dulu beberapa risiko yang mungkin terjadi. Apa saja ya? Yuk kita simak.

  1. Infeksi menular seksual

    Risiko terjadinya infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV, klamidia, dan gonore meningkat bila kamu berhubungan seks saat menstruasi. Transmisi patogen penyebab penyakit-penyakit tersebut jadi lebih mudah terjadi, baik dari laki-laki ke perempuan maupun sebaliknya. Alasannya antara lain, saat menstruasi barrier pelindung berupa cervical mucous plug hilang, dan ‘pintu’ leher rahim (serviks) melebar. Selain itu pH vagina menjadi lebih basa, padahal pH asam merupakan salah satu pertahanan alami vagina. Dan jangan lupa, virus HIV bisa terdapat dalam darah menstruasi, sehingga risiko penularan makin tinggi lagi. Apalagi kalau tidak pakai kondom.

  2. Endometriosis

    Bersenggama saat menstruasi bisa membuat darah haid berbalik lagi ke atas (back flow). Hal ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya endometriosis, di mana jaringan endometrial tubuh di luar rongga rahim. Selain menimbulkan nyeri hebat saat haid, endometriosis juga bisa mengganggu kesuburan.

  3. Infeksi jamur

    Berhubungan seks saat menstruasi tak hanya meningkatkan risiko terhadap IMS, tapi juga infeksi lain, misalnya infeksi jamur dan bakteri. Pada vagina memang terdapat mikroflora normal, termasuk jamur dan bakteri. Kadar pH vagina yang asam (3,5 – 4,5) memelihara keseimbangan mikroflora. Saat haid, pH vagina meningkat karena darah haid yang bersifat basa. Hal ini bisa memicu terjadinya ketidakseimbangan mikroflora vagina. Akibatnya, bisa timbul infeksi oleh jamur atau bakteri.

    Bersenggama saat haid makin meningkatkan risiko ini, atau memperburuk gejalanya. Gawatnya, infeksi jamur bisa pula menyebar ke pasanganmu, menyebabkan peradangan pada kepala penis, yang disebut balanitis.
    Untuk menghindari infeksi jamur atau bakteri, jaga selalu kebersihan area vagina. Pembersih kewanitaan seperti Andalan Feminine Care bisa kamu gunakan. Pembersih ini bekerja dengan memelihara keseimbangan mikroflora vagina.

  4. Infeksi saluran kemih

    Risiko infeksi saluran kemih (ISK) pun meningkat. Saat bersenggama, bakteri lebih mudah berpindah dari vagina ke saluran pipis, dan bisa naik hingga ke kandung kemih. Pada dasarnya, perempuan memang berisiko mengalami ISK bila terlalu sering berhubungan (kapans aja), tidak harus hanya ketika haid. Dengan kondisi vagina lebih rentan mengalami infeksi saat menstruasi, maka bersenggama di waktu ini bisa meningkatkan risiko kamu mengalami ISK.

  5. Vagina lecet dan teriritasi

    Ada pendapat bahwa berhubungan seks saat menstruasi lebih nikmat karena darah haid turut berperan sebagai pelumas. Namun pendapat lain menyanggahnya. Justru, darah haid membuat vagina lebih kesat, dan bukannya membuat vagina jadi lebih licin karena sifat darah sangat berbeda dengan lendir. Dengan kondisi kesat, vagina jadi lebih mudah lecet akibat gesekan saat bersenggama. Selain itu, darah haid yang menggumpal juga bisa melukai dinding vagina, membuatnya lecet dan teriritasi.

Baca Juga: Warna Darah Menstruasi bisa Menunjukkan Kesehatanmu, Yuk Kenali

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Betulkah Tidak Boleh Olahraga saat Menstruasi? Berikut Penjelasannya

Olahraga saat menstruasi boleh-boleh saja. Asal, perhatikan rambu-rambunya, dan jangan memaksakan diri.

Olahraga rutin dan teratur bisa membantu meringankan nyeri menstruasi. Tapi, bagaimana dengan olahraga saat menstruasi? Apakah aman, disarankan, atau justru sebaiknya dihindari?

Baca Juga: Cara Menghitung Masa Subur untuk Perempuan dengan Siklus Menstruasi yang Tidak Teratur

Mungkin kamu termasuk yang khawatir, kalau olahraga saat menstruasi bisa menimbulkan kram perut. Terutama di hari-hari pertama menstruasi, ketika darah haid sedang banyak-banyaknya, dan perut kerap terasa nyeri.

Sebenarnya, boleh-boleh saja kok olahraga saat menstruasi. Asal, pahami rambu-rambunya dulu. Yang pasti, jangan berolahraga saat kamu sedang mengalami nyeri haid. Kalau kamu memaksakan diri berolahraga, yang ada nyeri justru bisa bertambah parah.

Pilih Jenis Olahraga saat Menstruasi dengan Cermat

Memilih jenis olahraga saat menstruasi perlu mempertimbangkan kondisi kamu sendiri, dan periode menstruasi. Di periode awal menstruasi misalnya, sebaiknya kamu menghindari bersepeda, karena tekanan pada perut saat bersepeda bisa memicu timbulnya kram. Kalau masa-masa nyeri haid sudah lewat, kamu lebih bebas memilih olahraga yang nyaman buatmu.

Kalau kamu sudah terbiasa berolahraga rutin, maka kamu bisa melakukannya seperti biasa di saat menstruasi. Bisa juga kurangi sedikit intensitasnya, sesuai kemampuanmu. Terpenting, dengarkan tubuhmu ya. Kalau kamu merasa sakit atau nyeri ketika berolahraga, segeralah berhenti, jangan memaksakan diri.

Sebaiknya hindari olahraga berat saat menstruasi, karena diduga bisa memicu timbulnya endometriosis. Endometriosis adalah tumbuhnya jaringan endometrium (lapisan dinding dalam rahim) di tempat/organ lain, dan kerap menimbulkan nyeri hebat saat haid.

Secara umum, lebih disarankan olahraga yang bersifat aerobik dan tidak menimbulkan tekanan/tarikan di area perut, misalnya jalan kaki, jogging. Bila masa nyeri dan kram sudah lewat, kamu bisa bersepeda. Selama pandemi ini ruang gerak kita memang jadi terbatas. Tidak bisa berjalan kaki, jogging, atau bersepeda di luar. Ini bisa disiasati dengan berjalan kaki berkeliling rumah dan naik turun tangga, atau bersepeda statis. Pilihan lain misalnya yoga, senam ringan, dan latihan yang dilakukan sambil berbaring.

Jangan lupa, perhatikan selalu kebersihan organ intim selama menstruasi ya. Ini adalah saat yang rentan terkena iritasi dan/atau infeksi. Gantilah pembalut tiap 4 jam sekali, dan bersihkan area vagina dengan baik setelah buang air kecil. Kamu juga bisa menggunakan pembersih kewanitaan Andalan Feminine Care, untuk membantu memelihara keseimbangan mikroflora vagina. Mikroflora adalah pertahanan alami vagina, yang penting untuk mencegah terjadinya infeksi dan keputihan patologis.

Baca Juga: Menstruasi Pertama para Belia

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

3 Macam Olahraga untuk Mengurangi Nyeri Menstruasi

Setidaknya, ada 3 macam olahraga untuk mengurangi nyeri menstruasi yang bisa kamu lakukan. Ingat, harus rutin dan teratur ya!

Kamu sudah mengerti manfaat olahraga untuk mengatasi keluhan menstruasi di artikel ini:
Yuk disimak Ini 5 Manfaat Olahraga untuk Mengatasi Keluhan Mesteruasi.
Nah sekarang, seperti apa sih olahraga untuk mengurangi nyeri menstruasi? Yuk kita simak.

Baca Juga: Siklus Menstruasi Tidak Teratur, bisa Dibantu dengan Pil KB?

3 Pilihan Olahraga untuk Mengurangi Nyeri Menstruasi

WHO menyarankan untuk berolahraga 30 menit selama 5 hari, atau total 150 menit/minggu. Pilihan olahraga bisa kamu sesuaikan dengan kesukaan, kenyamanan, dan kondisi kamu. Nah, di bawah ini beberapa pilihan olahraga yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi nyeri menstruasi.

  1. Olahraga yang bersifat aerobik

    Olahraga aerobik juga dikenal sebagai latihan kardio, karena memang fungsinya untuk meningkatkan/memelihara kesehatan jantung dan pembuluh darah. Ciri dari olahraga ini: gerakannya berulang-ulang, memiliki intensitas ringan-sedang, dan kita masih bisa bernapas dengan baik selama berolahraga – tidak ngos-ngosan. Contoh olahraga aerobik misalnya jogging, jalan sedang/cepat, bersepeda, dan berenang.
    Kamu bisa memilih olahraga aerobik untuk mengurangi nyeri menstruasi. Menurut penelitian, olahraga aerobik rutin dan kontinyu bisa mengendalikan nyeri haid (dismenore) dan perdarahan haid berat. Bonusnya, olahraga aerobik juga bisa meningkatkan relaksasi tubuh dan pikiran, serta mengurangi kelelahan yang kerap muncul saat menstruasi.

  2. Latihan isometrik

    Ini adalah latihan yang memicu kontraksi pada sekelompok otot tertentu. Gerakannya statis, dan posisi tersebut ditahan selama beberapa saat. Contoh latihan isometrik misalnya plank, duduk bersandar pada dinding, dan glute bridge.
    Latihan isometric bisa menjadi opsi olahraga untuk mengurangi nyeri menstruasi. Penelitian menemukan, latihan isometrik pada area perut, panggul dan selangkangan selama 8 minggu bisa mengurangi keparahan dan durasi nyeri menstruasi, serta efektif mengurangi penggunaan obat pereda nyeri.

  3. Yoga

    Mungkin kamu sering mendengar kalau yoga bisa membantu mengurangi nyeri haid. Ini bukan hoaks atau mitos. Secara umum, yoga memang efektif mengurangi stres serta membuat tubuh dan pikiran kita rileks.
    Manfaat yoga untuk mengatasi keluhan menstruasi telah dibuktikan dalam sebuah penelitian. Menurut penelitian tersebut, banyak perempuan yang berpartisipasi dalam program yoga selama 12 minggu, lebih sedikit mengalami nyeri menstruasi, kram, dan kembung. Mereka juga memiliki mood yang lebih baik, serta lebih berenergi. Beberapa pose yoga yang bisa membantu meredakan dismenore, antara lain: cobra pose, cat pose, dan fish pose.

Yuk, mulai berolahraga secara rutin dan teratur, sesuai rekomendasi WHO. Kamu bisa mengkombinasikan opsi olahraga di atas dengan olahraga lain. Idealnya, kita perlu melakukan 4 jenis olahraga: aerobik untuk endurance (ketahanan), latihan beban untuk kekuatan, latihan fleksibilitas (misalnya yoga), dan latihan keseimbangan.

Baca Juga: Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Kalau kamu masih ragu, tak ada salahnya lho berkonsultasi dengan dokter mengenai pilihan olahraga. Apalagi kalau kamu memiliki masalah dengan menstruasi, misalnya nyeri hebat, atau darah yang keluar banyak sekali. Dan Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Yuk Disimak, Ini 5 Manfaat Olahraga untuk Mengatasi keluhan Menstruasi

Kamu sering mengalami keluhan menstruasi, misalnya mood swing dan kram perut? Ternyata, olahraga bisa membantu mengatasinya.

Apakah kamu termasuk yang sering atau selalu mengalami keluhan menstruasi? Nggak enak banget ya. Badan pegal-pegal, payudara sakit, serta nyeri atau kram di sekitar panggul dan perut bagian bawah. Belum lagi mood swing yang bikin kita lebih sensitif, atau emosi meledak-ledak.

Baca Juga: Strategi Terbebas Nyeri Menstruasi

Keluhan menstruasi bisa berupa PMS (premenstrual syndrome), atau dismenore. PMS mencakup gejala yang lebih luas, termasuk fisik dan psikis. Misalnya jerawat, nyeri pada payudara, dan mood swing. Biasanya muncul 7-10 hari sebelum menstruasi, meski ada juga yang muncul di hari pertama menstruasi. PMS berhubungan dengan fluktuasi hormon menjelang haid, yaitu hormon estrogen, progesteron, dan serotonin.

Adapun dismenore spesifik pada gejala fisik, yang berhubungan dengan proses keluarnya darah haid. Dismenore disebut juga nyeri haid, dan biasanya muncul 1-2 hari sebelum menstruasi, atau di awal menstruasi. Keluhan dismenore yakni kram atau nyeri perut bawah, bisa menyebar hingga ke panggul dan paha bagian dalam. Umumnya, dismenore muncul akibat pengaruh prostaglandin, hormon yang berperan memicu kontraksi rahim.

Manfaat Olahraga untuk Mengatasi keluhan Menstruasi

Sebenarnya nih, keluhan menstruasi seperti di atas bisa dikurangi lho dengan berolahraga. Hmm apa saja ya manfaat olahraga untuk mengatasi keluhan menstruasi? Yuk kita simak.

  1. Mengurangi dismenore

    Menurut penelitian, olahraga bisa mengurangi kadar dan durasi nyeri akibat dismenore. Diduga, ini karena olahraga memicu pelepasan endorfin dalam tubuh, yang membuat kita lebih rileks serta melancarkan aliran darah, sehingga keluhan dismenore berkurang. Olahraga ternyata juga mampu mengurangi perdarahan berat saat haid lho.

  2. Memperbaiki mood

    Efek ini masih berkaitan dengan endorfin. Ditemukan bahwa olahraga secara teratur mampu meningkatkan relaksasi pada tubuh maupun pikiran, menurunkan stres dan kecemasan, serta memperbaiki mood menjelang maupun selama menstruasi.

  3. Mengurangi nyeri payudara

    Menjelang menstruasi, kadar hormon prolaktin dalam tubuh meningkat. Inilah yang membuat payudara bengkak dan terasa nyeri. Olahraga yang bersifat aerobik mampu menurunkan kadar prolaktin agar tidak terlalu tinggi, sehingga bengkak dan nyeri pada payudara pun berkurang.

  4. Mengurangi bengkak

    Mungkin kamu menyadari, beberapa bagian tubuh agak bengkak menjelang/saat menstruasi. Ini disebabkan peningkatan kadar aldosteron, yang membuat cairan dan garam tertahan dalam tubuh. Alhasil, tubuh pun bengkak. Nah, berolahraga bisa menurunkan aldosteron, sehingga bengkak berkurang.

  5. Mengurangi sakit punggung

    Latihan aerobik menimbulkan kontraksi berulang, membuat aliran darah ke pembuluh darah balik (vena) jadi lebih lancar. Ini akan meningkatkan kadar prostaglandin dan senyawa-senyawa lainya, yang mampu mencegah dan mengurangi sakit punggung, serta rasa tidak nyaman pada panggul dan perut.

Baca Juga: Cara Alami atasi Nyeri Saat Menstruasi

Tentu, manfaat olahraga untuk mengatasi keluhan menstruasi akan terasa bila dilakukan secara rutin dan teratur, bukan hanya sesekali. Secara umum, kita disarankan berolahraga selama 150 menit dalam seminggu, dengan intensitas sedang. Bila dirata-rata, maka 30 menit selama 5 hari. Nah,kalau kamu memerlukan konsultasi seksual dengan ahli, kamu bisa menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Menstruasi Tidak Teratur Sehabis Mengubah Pola Olahraga, Apakah Normal?

Bulan lalu, kamu memutuskan untuk mengadopsi rutinitas baru dan mendaftarkan diri ke sebuah fasilitas olahraga tak jauh dari rumah. Saat sedang asik berlari di atas treadmill sambil mendengarkan musik upbeat yang sangat memacu semangat berolahraga, tahu-tahu menstruasi. Duh, sayangnya kamu sedang tidak siap untuk menghadapi tamu dadakan ini. Untung ada yang menjual pembalut tak jauh dari lokasi gym. Seharusnya jadwal menstruasimu dua minggu yang lalu, namun entah kenapa baru muncul hari ini. Kira-kira kenapa menstruasi tidak teratur begini, ya? Bisa jadi, perubahan pola olahragamu adalah penyebabnya.

  • Porsi olahraga yang berlebihan bisa menyebabkan ketidak-teraturan menstruasi
    Menurut penelitian, aktivitas fisik yang terlalu berat bisa membuat menstruasi tidak teratur atau bahkan tidak terjadi sama sekali (Machmudah et al., 2017). Hal ini diperkirakan terjadi karena perubahan hormonal dalam tubuh ketika tubuh beradaptasi dengan pola olahraga. Ini merupakan sesuatu yang normal dan sering dialami oleh para atlet perempuan. Bila hal ini mengganggumu, ini bisa diatasi dengan menyesuaikan porsi olahraga agar agak lebih ringan. Kalau tidak mengganggu, teruskanlah menjalani olahraga yang kamu sukai tersebut dalam porsi yang membuatmu bahagia.

Baca Juga: Penyebab Kembung Saat Menstruasi

  • Tekanan fisik dan mental dalam olahraga yang kompetitif bisa memicu stres
    Sebagian olahraga menuntut performa yang lebih tinggi daripada olahraga lainnya, apalagi bila ada unsur kompetisi. Misalnya bila kamu sering mengikuti kompetisi renang, bela diri, gimnastik, atau lari maraton. Nah, segala tekanan untuk mengerahkan performa maksimal bisa memicu stres yang akhirnya memengaruhi siklus menstruasi (Senatore, Pisapia & Domenico, 2019). Ini sebetulnya wajar, namun bila tekanan yang kamu rasakan terlalu memberatkanmu, diskusikanlah dengan pelatih olahraga, teman satu tim, atau konselor profesional. Siapa tahu ada strategi yang bisa diterapkan untuk membuat kamu lebih tenang dan rileks, serta membuat sesi latihan terasa lebih mudah.

  • Olahraga dengan porsi yang proporsional justru membuat menstruasi semakin teratur
    Apakah perempuan usia subur sebaiknya tidak berolahraga? Tidak juga. Bila dilakukan secara proporsional, olahraga malah bisa membantu perempuan dengan siklus menstruasi tidak teratur. Olahraga secara rutin bisa meningkatkan keteraturan pola menstruasi, memperbaiki masalah ovulasi, serta meningkatkan kemungkinan untuk mencapai kehamilan (Benham, Yamamoto, et al., 2018). Bagi kamu yang mengalami PCOS, olahraga bisa membantu meningkatkan kesuburanmu. Sering nyeri menstruasi? Aerobik selama 30 menit 3 kali sehari dapat mengurangi gejala nyeri menstruasi, lho (Dehnavi, Jafarnejad & Kamali, 2018). Selain itu, olahraga juga tetap dibutuhkan demi menjaga kesehatan secara umum, sehingga tubuh tetap kuat dan tidak mudah terserang penyakit. Jadi, pilihlah jenis olahraga yang membuat kamu nyaman dan sesuaikan saja porsinya agar tidak berlebihan.

Baca Juga: Kapan Kembali Menstruasi Setelah Melahirkan?

Itulah sekilas pembahasaan mengenai olahraga dan dampaknya terhadap siklus menstruasi. Agar tak perlu panik ketika menstruasi sedang tidak teratur, pastikan kamu selalu menyediakan produk-produk menstruasi seperti pembalut, tampon, menstrual cup, atau celana dalam menstruasi di tempat yang mudah kamu akses kapan saja. Membawa pakaian ekstra untuk berjaga-jaga bila darah menstruasi ‘tembus’ sehabis berolahraga juga bisa membuat kamu lebih nyaman. Selain itu, jika kamu ingin berkonsultasi lebih lanjut soal menstruasi dan kesuburan, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Menstruasi Tidak Teratur Ketika Traveling, Apakah Normal?

Menstruasi datang lebih awal atau malah terlambat? Durasinya jadi lebih panjang atau lebih singkat? Meskipun sekilas bisa membuat cemas, menstruasi tidak teratur adalah sesuatu yang normal ketika traveling. Bahkan, terkadang menstruasi bisa sepenuhnya absen.

Perubahan zona waktu, kebiasaan, dan stres yang bisa muncul saat traveling dapat memengaruhi siklus menstruasi perempuan. Menurut Dr. Alyssa Dweck, seorang spesialis ginekologi dan penulis buku populer mengenai kesehatan vagina di Amerika Serikat, pola menstruasi bisa berubah ketika seseorang sedang traveling. Soalnya, meskipun traveling itu menyenangkan, traveling juga bisa menyebabkan stres. Misalnya, ketika harus mengurus segala perintilan mengenai keberangkatan dan kepulangan, membiasakan diri dengan lingkungan yang berbeda di tempat baru, mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak biasa, serta beradaptasi dengan jam tidur yang sangat kontras dengan jam tidur dari kota asal. Stres dapat memengaruhi ovulasi dan naik-turunnya kadar hormon, sehingga siklus menstruasi ikut berubah. Oleh karena itu, tak mengherankan bila mereka yang berprofesi sebagai pramugari lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan reproduksi (Heidecker, Spencer, Hayes, et al., 2017).

Baca Juga: Lima Drama Saat Menstruasi Tiba

Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi.

  • Siapkan pembalut, tampon, celana dalam menstruasi, atau menstrual cup, produk menstruasi manapun yang biasanya kamu gunakan, untuk berjaga-jaga bila jadwal menstruasi berubah. Dengan begitu, kegiatan jalan-jalan di kota yang baru tak akan terganggu akibat ‘bocor’ mendadak. Bagi yang biasanya mengalami nyeri menstruasi, pertimbangkan juga untuk membawa botol kompres yang bisa diisi dengan air panas serta obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.
    Menstruasi Tidak Teratur Ketika Traveling, Apakah Normal?

  • Pastikan bahwa asupan gizi tetap optimal dan sesuaikanlah jadwal makan dengan jadwal di kota tujuan. Tubuh lebih rentan penyakit ketika traveling dan beberapa jenis penyakit bisa memengaruhi hormon sehingga menyebabkan menstruasi tidak teratur. Kalau perlu, bawalah stok vitamin dan suplemen yang bisa mendukung kesehatanmu.
    Menstruasi Tidak Teratur Ketika Traveling, Apakah Normal?

  • Kurang tidur bisa membuat menstruasi tidak teratur (Nam, Han & Lee, 2017). Oleh karena itu, usahakan untuk memperoleh jam tidur yang cukup. Kalaupun zona waktu dari tempat asal dan tempat tujuan berbeda jauh, cobalah menyesuaikan diri dengan jam tidur di tempat tujuan secara bertahap beberapa hari sebelum berangkat traveling.
    Menstruasi Tidak Teratur Ketika Traveling, Apakah Normal?

  • Bila kamu terbiasa menggunakan metode kalender kesuburan sebagai kontrasepsi alami, pertimbangkan untuk beralih ke kontrasepsi modern di masa traveling. Soalnya, dengan siklus menstruasi tidak teratur, perhitunganmu mengenai masa subur dan masa tidak subur akan sangat mudah meleset. Kondom merupakan solusi praktis yang baik untuk digunakan dan bisa dibeli lagi dengan mudah di mana saja bila stok yang dibawa sudah habis.
    Menstruasi Tidak Teratur Ketika Traveling, Apakah Normal?

Baca Juga: Bercinta Tanpa Kontrasepsi Saat Menstruasi, Apakah Bisa Hamil?

Jadi, tak perlu khawatir soal siklus menstruasi tidak teratur yang terjadi di masa traveling, sebab hal ini merupakan sesuatu yang normal. Yang penting, persiapkan diri sebaik mungkin sebelum berangkat traveling. Selain itu, jika ingin berkonsultasi lebih lanjut, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Menstruasi Lebih Deras dengan IUD Tembaga, Apakah Normal?

Baru bulan pertama menggunakan IUD tembaga, menstruasi tiba-tiba menjadi semakin deras. Bagi yang belum mengenal IUD, wajar saja jika muncul rasa panik akibat perubahan pola siklus bulanan yang mendadak ini. Akan tetapi, hal ini sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar dan sama sekali tidak berbahaya. Berikut sekilas penjelasannya.

IUD merupakan alat kontrasepsi mungil dari bahan plastik yang berbentuk seperti huruf T dan dipasang di dalam rahim (Dweck & Westen, 2017). Ada dua macam IUD, yaitu IUD hormonal dan IUD tembaga. IUD hormonal melepas hormon-hormon untuk membantu tubuh mencegah kehamilan, sedangkan IUD tembaga melepaskan ion-ion yang bersifat toksik bagi sperma.

Baca Juga: Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Bagi yang ingin mencegah kehamilan untuk jangka waktu panjang, IUD sangat berguna. Tergantung dari jenisnya, masa perlindungannya bisa mencapai beberapa tahun. Sebagai contoh, IUD Andalan TCu 380A bisa melindungi penggunanya selama 10 tahun untuk sekali pakai, IUD Andalan TCu 375 melindungi pemakainya hingga 5 tahun, dan IUD Andalan Silverline Cu 200 Ag efektif hingga 3 tahun. Bila pemakai IUD sudah ingin merencanakan kehamilan sebelum masa perlindungan IUD selesai, IUD juga bisa dilepas lagi dengan mudah oleh tenaga medis tanpa konsekuensi apapun terhadap kesuburan. Karena sifatnya yang sangat praktis, efektif, tahan lama, dan non-permanen, tidak mengherankan jika banyak yang memilih untuk menggunakan IUD.

Salah satu hal yang sering menjadi kekhawatiran ketika menggunakan IUD adalah volume menstruasi. Pasalnya, ketika memakai IUD hormonal, menstruasi bisa menjadi kurang teratur, sering disertai dengan spotting, bahkan kadang tidak terjadi sama sekali (amenorrhea). Sedangkan ketika menggunakan IUD tembaga, volume menstruasi bisa bertambah berat dan semakin panjang durasinya. Perubahan pola menstruasi seperti menstruasi yang tidak teratur, lebih deras, lebih lama, disertai dengan bercak-bercak, atau justru absen sering ditakutkan bisa mengurangi kesuburan, sebab menstruasi sering dipersepsikan sebagai simbol alami dari femininitas. Padahal, perubahan-perubahan pola menstruasi merupakan hal yang normal ketika perempuan menggunakan alat kontrasepsi modern dan tidak akan mengganggu kesehatan (Rademacher, Sergison, et al., 2018). Tenaga kesehatan biasanya sangat disarankan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai perubahan pola menstruasi yang akan terjadi dengan pemakaian tiap jenis kontrasepsi, bukan untuk menakut-nakuti, namun justru agar kamu sebagai calon pengguna kontrasepsi bisa lebih mempersiapkan diri dan tetap santai ketika mengalaminya.

Jadi, meskipun bisa mengubah volume menstruasi, IUD tetap aman bagi kesehatan. Pertanyaan yang tak kalah penting, apakah volume menstruasi yang lebih deras ketika memakai IUD tembaga membuat pemakainya jadi nggak nyaman? Dari sebuah penelitian jangka panjang yang dilakukan terhadap 918 pengguna IUD tembaga, ditemukan bahwa baik mereka yang volume menstruasinya berat maupun ringan tetap melanjutkan pemakaian IUD setelah setahun (Hobby, Zhao & Peipert, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa volume menstruasi yang deras bukanlah suatu masalah yang membuat orang jadi enggan melanjutkan pemakaian IUD.

Baca Juga: Sehabis Pasang KB Susuk Tak Boleh Kerja Berat, Betulkah?

Mudah-mudahan dengan penjelasan singkat tadi, kamu jadi lebih tenang dan bisa memilih jenis IUD tembaga yang cocok untuk kebutuhanmu dengan lebih percaya diri. Jika kamu ingin berkonsultasi, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.