Program Keluarga Berencana Ditentang Mertua? Ini 3 Strategi yang Bisa Anda Lakukan

Program Keluarga Berencana

Di banyak keluarga, mertua memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Tidak jarang, mertua pun merasa bahwa merekalah yang berhak menentukan jumlah anak yang ideal untuk para menantu (Char, Saavala & Kulmala, 2010). Pilihan untuk mengikuti program Keluarga Berencana bisa menjadi sebuah tantangan. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada jalan keluar. Berikut beberapa strategi yang bisa Anda terapkan.

Baca Juga: 4 Keuntungan Ikut Program Keluarga Berencana untuk Para Ayah

  1. Berkomunikasi dengan terbuka
    Terkadang mertua hanya menginginkan yang terbaik bagi anak dan menantunya, namun cara mereka menunjukkannya kurang tepat. Jika ini kasusnya, yakinkan mertua bahwa program Keluarga Berencana memang merupakan keputusan yang tepat bagi Anda dan pasangan. Kemukakan juga segala informasi pendukung, misalnya jika Anda berargumen soal kesehatan, tunjukkan bahwa memang akan ada risiko medis apabila terjadi kehamilan. Kalau alasan Anda adalah ingin mengutamakan pendidikan atau karir dulu, ceritakan mengapa hal tersebut penting dan akan membuat Anda dan keluarga bahagia.
    Sampaikan juga bahwa Anda kemungkinan besar tidak akan bisa menjadi orangtua yang baik jika harus mengasuh anak dalam keadaan belum siap atau terpaksa. Kompromi untuk memberikan 1-2 orang cucu kemudian berkontrasepsi mungkin terdengar ideal, namun tidak bisa selalu dijadikan solusi. Faktanya, meskipun sudah diberikan beberapa orang cucu, banyak mertua yang tetap bersikeras menantunya hamil lagi hingga cucu yang diperoleh jenis kelaminnya sesuai harapan (Char, Saayala & Kumala, 2010).

  2. Memanfaatkan dukungan dari pasangan
    Jika mertua tidak mau mendengarkan Anda, jangan terburu-buru menyerah. Mungkin mereka mau mendengarkan sang buah hati alias pasangan Anda. Menurut penelitian, pasangan bisa menjadi mediator yang baik dalam konflik antara menantu dengan mertua (Shih & Pike, 2010). Meskipun begitu, menyerahkan segala masalah untuk diselesaikan pasangan tanpa berusaha sendiri juga tidak bijak. Pasangan boleh membantu, tetapi Anda tetap harus mampu berbicara untuk diri sendiri.

  3. Memperkuat otonomi pribadi
    Otonomi adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Dalam konteks Keluarga Berencana, Anda butuh otonomi untuk bisa menentukan ukuran keluarga sesuai dengan keinginan dan menggunakan kontrasepsi. Otonomi Anda akan lebih rendah jika Anda bergantung secara finansial pada mertua atau keluarga pasangan. Kasus seperti ini juga sering terjadi di India, di mana perempuan yang baru menikah biasanya tinggal bersama keluarga suaminya dengan suami sebagai kepala keluarga dan ibu mertua sebagai kepala rumah tangga yang membuat berbagai keputusan. Dengan rendahnya otonomi istri, keputusan mengenai jumlah keturunan ditetapkan oleh mertua. Bahkan ketika ingin mengunjungi puskesmas, klinik, atau rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan KB atau kesehatan reproduksi pun, hanya 14% perempuan yang tinggal bersama mertuanya diperbolehkan untuk pergi (Anukriti, Herrera-Almanza, Karra & Pathak, 2019). Situasi-situasi seperti ini tidak akan terjadi jika otonomi pribadi lebih besar.
    Ada banyak cara untuk memperbesar otonomi pribadi. Dua di antaranya adalah melalui pendidikan dan karir, khususnya bagi perempuan. Faktanya, perempuan dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki preferensi jumlah anggota keluarga yang lebih kecil, serta lebih berani mengambil keputusan untuk mewujudkannya (Kumar, Bordone, & Muttarak, 2016).

Baca Juga: Ini 4 Alasan Mengikuti Program Keluarga Berencana Meskipun Belum Menikah

Itulah tadi tiga strategi yang bisa dilakukan apabila program Keluarga Berencana Anda ditentang oleh mertua. Selain itu, Anda juga bisa berkonsultasi ke Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau ke 0811-1-326459 pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00–17.00 WIB. Semua informasi yang Anda sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

artikel lainnya