Mengenal Bacterial Vaginosis, Dalang Penyebab Keputihan yang Bau

Dari sekian banyak jenis infeksi yang bisa terjadi pada vagina, bacterial vaginosis (BV) merupakan yang paling sering terjadi pada perempuan usia subur. BV bahkan seringkali menjadi dalang di balik munculnya keputihan yang bau. Sebuah penelitian terhadap 13.153 perempuan menemukan bahwa sebanyak 4.449 atau 34% dari mereka mengalami BV (Davis, Pathela, et al., 2019). Mengingat bahwa risiko BV pada perempuan cukup besar, Anda perlu mengetahui gejala dan pencegahannya.

BV terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem bakteri dalam vagina. Kalau Anda sering mengonsumsi yogurt, Anda mungkin sudah familiar dengan beberapa jenis bakteri baik Lactobacilli yang dibutuhkan usus untuk membantu pencernaan. Seperti layaknya usus, vagina juga membutuhkan bakteri-bakteri baik Lactobacilli agar ekosistemnya tetap seimbang. Ekosistem vagina punya derajat keasamannya sendiri, yaitu 4,9-3,5 pH (Hill, 2019). Fungsinya adalah untuk menyeleksi bakteri agar bakteri-bakteri buruk seperti Gardnerella tidak berkembang biak dengan pesat. Apabila keseimbangan ekosistem bakteri dalam vagina terganggu, hal ini bisa menyebabkan BV, infeksi jamur, dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.

Baca Juga: 5 Strategi Menjaga Kesehatan Reproduksi Sambil Mencegah Penularan Virus Corona

Berbeda dengan sifilis, gonorrhoea, atau HIV/AIDS, BV tidak tergolong infeksi menular seksual (IMS). Meskipun begitu, BV seringkali muncul setelah terjadinya hubungan seks, khususnya apabila dilakukan dengan pasangan baru atau dengan beberapa pasangan seksual (cdc.gov).
Beberapa faktor lain yang juga bisa meningkatkan risiko terkena BV antara lain (Hill, 2019):

  • Kebiasaan mencuci vagina dengan cara yang salah
  • Sering mandi di dalam bath tub dengan menggunakan gelembung-gelembung sabun
  • Kebiasaan merokok
  • Sedang menderita IMS

Faktanya, sebanyak 50-75% kasus BV pada perempuan tidak menunjukkan gejala sama sekali (Brazier, 2017, Medical News Today). Akan tetapi, beberapa gejala BV dapat diamati dengan memperhatikan cairan keputihan yang keluar dari vagina. Jika Anda terkena BV, keputihan akan cenderung lebih tipis dan encer dengan warna kelabu, kekuning-kuningan, atau kehijau-hijauan. Keputihan biasanya akan berbau tidak sedap, namun tidak disertai rasa gatal ataupun iritasi (Hill, 2019).

BV bisa dicegah dengan beberapa strategi, antara lain (cdc.gov):

  • Menghindari hubungan seks berisiko
  • Membatasi jumlah pasangan
  • Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten
  • Mencuci vagina secara baik dan benar. Jika Anda merasa perlu membersihkan alat kelamin, bersihkan bagian luar (vulva) dengan air ataupun sesekali dapat menggunakan sabun kewanitaan yang memiliki kandungan prebiotic serta aman seperti Andalan Feminine Care, namun jangan membersihkan bagian dalam (vagina).

Apabila Anda mencurigai infeksi BV, segeralah memeriksakan diri ke dokter agar lekas diobati. Kalau Anda sudah terlanjur membersihkan cairan keputihan sebelum kunjungan ke dokter, beritahu dokter Anda mengenai bau yang sempat muncul dari keputihan, sebab ini merupakan informasi penting. Dokter membutuhkan sampel cairan keputihan untuk bisa memberikan diagnosis. Kemudian, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik. Jangan menganggap remeh BV yang tidak banyak menunjukkan gejala. Berikut dampak yang bisa terjadi apabila BV tidak diobati (Hill, 2019):

  • Menstruasi semakin deras dan menyakitkan
  • Muncul abses / bisul bernanah di area payudara
  • Meningkatnya risiko keguguran dan melahirkan secara prematur bagi perempuan hamil
  • Kemungkinan terkena radang panggul meningkat bagi penderita BV yang sedang menjalani prosedur pembatalan kehamilan serta yang melahirkan dengan operasi caesar

Baca Juga: Trik Membedakan Keputihan yang Normal dan Tidak Normal

Demikianlah informasi mengenai BV dan cara mengenalinya dari cairan keputihan. Jika Anda memiliki pertanyaan, Anda bisa berkonsultasi ke Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459  pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00–17.00 WIB. Semua yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Trik Membedakan Keputihan yang Normal dan Tidak Normal

Keputihan yang tidak normal biasanya menandakan gangguan kesehatan di dalam tubuh. Sayangnya, kesadaran mengenai keputihan tidak normal di kalangan masyarakat masih rendah (Zaher, Khedr & Elmashad, 2017). Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman lebih lanjut mengenai keputihan dan cara membedakan keputihan yang mencurigakan dari keputihan yang masih aman.

Apa itu keputihan?
Keputihan merupakan keluarnya sekresi (cairan) dari dalam vagina. Vagina memiliki kemampuan untuk membersihkan dirinya sendiri. Keluarnya keputihan merupakan salah satu cara vagina untuk membersihkan diri dari jamur, bakteri, parasit, dan ancaman-ancaman lainnya yang berpotensi mengganggu kesehatan organ reproduksi. Keputihan juga bisa muncul saat organ reproduksi sudah terjangkit penyakit, misalnya bacterial vaginosis, trikomoniasis, infeksi jamur candida, serta beberapa jenis infeksi menular seksual (IMS) (Hill, 2019).

Baca Juga: Perbedaan Keputihan Normal dan Tidak Normal

Selain mengeluarkan cairan untuk mencegah penyakit, vagina mengeluarkan lendir ketika sedang ovulasi, sebelum dan setelah menstruasi, saat menerima rangsangan seksual, dan semasa hamil (Sari, 2017). Ini merupakan sesuatu yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Untuk membantu Anda membedakan keputihan yang perlu diwaspadai dengan keputihan biasa, berikut ciri-ciri keputihan yang normal dan yang tidak normal (Sari, 2017; Hill, 2019).

Ciri-ciri keputihan yang normal

  • Lendir berwarna bening
  • Lendir tidak berbau
  • Volume lendir tidak terlalu banyak
  • Tidak menyebabkan rasa gatal atau nyeri

Ciri-ciri keputihan yang tidak normal

  • Lendir terlihat keruh
  • Lendir terlihat seperti susu basi, berwarna kekuningan, kehijauan, atau keabuan
  • Lendir bercampur darah
  • Lendir berbau tidak sedap
  • Volume lendir yang keluar banyak
  • Keluarnya lendir diikuti dengan rasa gatal atau nyeri

Strategi mencegah keputihan tidak normal
Faktanya, keputihan yang mengganggu bisa menurunkan kepercayaan diri sebagian perempuan (Komariyah, Sucipto, & Izah, 2016). Oleh karena itu, agar tetap bisa bebas beraktivitas tanpa terganggu dengan keputihan, dibutuhkan sejumlah strategi khusus. Berikut beberapa hal yang bisa Anda praktekkan (Fahami, 2013; Rice, ElWerdany, et al., 2016; Zaher, Khedr & Elmashad, 2017).

  • Menjaga kebersihan vulva
    Bersihkan vulva dengan air bersih agar tidak ada smegma yang menumpuk. Usahakan tidak membersihkan bagian dalam (lubang vagina), agar derajat keasaman vagina tidak terganggu. Keringkan vulva dari depan ke belakang dengan tisu / handuk bersih setiap selesai mandi, buang air kecil, atau buang air besar. Jangan langsung menggunakan pakaian dalam sampai vulva benar-benar kering.
  • Cegah infeksi dengan mencuci tangan
    Cuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh vulva dan / atau vagina.
  • Memastikan agar pakaian dalam senantiasa bersih.
    Pilihlah pakaian dalam yang nyaman dengan sirkulasi udara yang baik, misalnya pakaian dalam berbahan katun. Pastikan bahwa ukuran pakaian dalam tidak terlalu sempit. Ganti pakaian dalam secara rutin dan jangan membiarkannya menumpuk lama sebelum dicuci.
  • Menjaga kebersihan saat sedang menstruasi
    Ganti pembalut atau tampon secara rutin ketika sedang menstruasi.
  • Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten setiap kali berhubungan seks.
    Kondom merupakan satu-satunya alat kontrasepsi yang bisa mencegah infeksi menular seksual (IMS). Jika Anda menggunakan sex toys, pastikan bahwa sex toys selalu bersih dan steril sebelum dipakai. Kalau perlu, gunakan kondom untuk melapisi sex toys.
  • Tidak menaruh wewangian, lulur, ataupun rempah-rempah di area vagina
    Jangan menaruh apapun di dalam vagina sebelum berkonsultasi dengan dokter. Apabila vagina mengeluarkan bau tidak sedap, jadwalkanlah sesi konsultasi dengan bidan atau dokter.

Baca Juga: Mengenal Bacterial Vaginosis, Dalang Penyebab Keputihan yang Bau

Demikianlah sekilas mengenai keputihan serta cara mencegah keputihan abnormal. Semoga dengan informasi ini Anda bisa lebih bijak menjaga kesehatan organ reproduksi. Jika masih punya pertanyaan, hubungi layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459  pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB.  Segala informasi yang Anda sampaikan akan dijaga kerahasiaannya.