Dulu Susah Punya Anak, Setelah Dikaruniai Anak Tak Ingin Hamil Lagi. Masih Perlukah Pakai Metode KB?

Kamu dan pasanganmu sudah lama ingin punya buah hati. Pasutri lain sepertinya hamil dengan mudah, tapi perjalananmu dan pasanganmu menuju ke sana dipenuhi lika-liku. Mengubah pola makan, menambah porsi olahraga, serta berbagai konsultasi di klinik kesuburan sudah kamu lalui. Setelah agak lama berusaha keras, akhirnya yang ditunggu tiba juga. Si Kecil kini tidur nyaman di ranjang bayinya dan sudah berusia beberapa bulan. Kamu dan pasanganmu memutuskan bahwa kalian sudah bahagia dan tak ingin punya anak lagi. Pertanyaannya, berhubung dulu sempat susah sekali hamil, masih perlukah pakai metode KB?

Ketika membahas soal metode KB, mengetahui detail dari kondisi kesuburan diri sendiri dan merupakan sesuatu yang penting. Inilah mengapa tes kesuburan dan konsultasi sangat disarankan. Sulit hamil penyebabnya bisa bermacam-macam, namun belum tentu berarti ada kemandulan, baik dari sisi istri, suami, maupun keduanya.

Baca Juga: Sampai Berapa Lama Kita Boleh Gunakan Pil KB?

Selama memang masih ada kemungkinan bisa hamil, sekecil apapun kemungkinannya, pasangan yang betul-betul tidak ingin punya anak sebaiknya tetap memilih metode KB yang sesuai. Tak ingin punya anak dalam waktu dekat? Ada kondom dan pil KB yang bisa digunakan. Untuk jangka waktu yang lebih panjang, kamu dan pasanganmu bisa menentukan dari sejumlah pilihan metode KB lainnya: suntikan KB, implan, serta IUD. Opsi yang permanen seperti tubektomi dan vasektomi pun tersedia. Kamu dan pasanganmu tinggal mendiskusikan keinginan dan kebutuhan masing-masing.

Tak bisakah pakai metode KB tradisional seperti senggama terputus alias ‘keluar di luar’ saja? Bisa, namun risiko gagalnya lebih besar bila dibandingkan dengan metode KB modern yang efektivitasnya amat tinggi. Pasalnya, meskipun cairan mani sudah dikeluarkan di luar vagina, ada cairan bening ‘pra-ejakulasi’ yang sering keluar sejak penis pertama tegang hingga sebelum klimaks dan cairan ini terkadang mengandung sperma. Faktanya, 20% pasangan yang menggunakan metode KB ‘keluar di luar’ ujung-ujungnya hamil juga setelah kurang lebih setahun memakai metode kontrasepsi tersebut (Perez, 2019). Selain itu, tak semua orang mampu mengontrol waktu ejakulasi, sehingga terkadang meskipun sudah diniatkan keluar di luar, akhirnya malah tetap keluar di dalam juga (Westheimer & Lehu, 2019).

Lain halnya bila dalam pemeriksaan medis lanjutan di klinik kesuburan setelah kamu dan pasanganmu punya momongan, ternyata dokter menyampaikan bahwa salah satu dari kalian tak bisa punya anak lagi. Mungkin dulu masalah kesuburannya belum terlalu serius, namun kemudian jadi semakin kompleks, sehingga kini terjadi kemandulan. Bila memang begini kasusnya, tak perlu menggunakan metode KB lagi untuk mencegah kehamilan. Konsultasikan saja pada dokter mengenai langkah selanjutnya yang perlu diambil. Apakah kemandulan yang terjadi disebabkan oleh sesuatu yang juga bisa memengaruhi kesehatan secara umum? Jika iya, tetap lakukan pengobatan, agar kamu bisa tetap memiliki tubuh yang sehat. Jika tidak, berarti tidak ada masalah apa-apa. Kamu dan pasanganmu bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Baca Juga: Pil KB 21 Hari dan 28 Hari, Apa Bedanya Ya?

Jadi, persoalan apakah butuh metode KB atau tidak bila dulu sempat sulit hamil, pada akhirnya kembali lagi pada kondisi kesuburan masing-masing berdasarkan pemeriksaan medis dan konsultasi, sebab kondisi tiap orang berbeda-beda. Masih bingung? Kamu boleh menyalurkan pertanyaan ke Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Segala informasi yang disampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Program Keluarga Berencana Ditentang Mertua? Ini 3 Strategi yang Bisa Anda Lakukan

Di banyak keluarga, mertua memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Tidak jarang, mertua pun merasa bahwa merekalah yang berhak menentukan jumlah anak yang ideal untuk para menantu (Char, Saavala & Kulmala, 2010). Pilihan untuk mengikuti program Keluarga Berencana bisa menjadi sebuah tantangan. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada jalan keluar. Berikut beberapa strategi yang bisa Anda terapkan.

Baca Juga: 4 Keuntungan Ikut Program Keluarga Berencana untuk Para Ayah

  1. Berkomunikasi dengan terbuka
    Terkadang mertua hanya menginginkan yang terbaik bagi anak dan menantunya, namun cara mereka menunjukkannya kurang tepat. Jika ini kasusnya, yakinkan mertua bahwa program Keluarga Berencana memang merupakan keputusan yang tepat bagi Anda dan pasangan. Kemukakan juga segala informasi pendukung, misalnya jika Anda berargumen soal kesehatan, tunjukkan bahwa memang akan ada risiko medis apabila terjadi kehamilan. Kalau alasan Anda adalah ingin mengutamakan pendidikan atau karir dulu, ceritakan mengapa hal tersebut penting dan akan membuat Anda dan keluarga bahagia.
    Sampaikan juga bahwa Anda kemungkinan besar tidak akan bisa menjadi orangtua yang baik jika harus mengasuh anak dalam keadaan belum siap atau terpaksa. Kompromi untuk memberikan 1-2 orang cucu kemudian berkontrasepsi mungkin terdengar ideal, namun tidak bisa selalu dijadikan solusi. Faktanya, meskipun sudah diberikan beberapa orang cucu, banyak mertua yang tetap bersikeras menantunya hamil lagi hingga cucu yang diperoleh jenis kelaminnya sesuai harapan (Char, Saayala & Kumala, 2010).

  2. Memanfaatkan dukungan dari pasangan
    Jika mertua tidak mau mendengarkan Anda, jangan terburu-buru menyerah. Mungkin mereka mau mendengarkan sang buah hati alias pasangan Anda. Menurut penelitian, pasangan bisa menjadi mediator yang baik dalam konflik antara menantu dengan mertua (Shih & Pike, 2010). Meskipun begitu, menyerahkan segala masalah untuk diselesaikan pasangan tanpa berusaha sendiri juga tidak bijak. Pasangan boleh membantu, tetapi Anda tetap harus mampu berbicara untuk diri sendiri.

  3. Memperkuat otonomi pribadi
    Otonomi adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Dalam konteks Keluarga Berencana, Anda butuh otonomi untuk bisa menentukan ukuran keluarga sesuai dengan keinginan dan menggunakan kontrasepsi. Otonomi Anda akan lebih rendah jika Anda bergantung secara finansial pada mertua atau keluarga pasangan. Kasus seperti ini juga sering terjadi di India, di mana perempuan yang baru menikah biasanya tinggal bersama keluarga suaminya dengan suami sebagai kepala keluarga dan ibu mertua sebagai kepala rumah tangga yang membuat berbagai keputusan. Dengan rendahnya otonomi istri, keputusan mengenai jumlah keturunan ditetapkan oleh mertua. Bahkan ketika ingin mengunjungi puskesmas, klinik, atau rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan KB atau kesehatan reproduksi pun, hanya 14% perempuan yang tinggal bersama mertuanya diperbolehkan untuk pergi (Anukriti, Herrera-Almanza, Karra & Pathak, 2019). Situasi-situasi seperti ini tidak akan terjadi jika otonomi pribadi lebih besar.
    Ada banyak cara untuk memperbesar otonomi pribadi. Dua di antaranya adalah melalui pendidikan dan karir, khususnya bagi perempuan. Faktanya, perempuan dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki preferensi jumlah anggota keluarga yang lebih kecil, serta lebih berani mengambil keputusan untuk mewujudkannya (Kumar, Bordone, & Muttarak, 2016).

Baca Juga: Ini 4 Alasan Mengikuti Program Keluarga Berencana Meskipun Belum Menikah

Itulah tadi tiga strategi yang bisa dilakukan apabila program Keluarga Berencana Anda ditentang oleh mertua. Selain itu, Anda juga bisa berkonsultasi ke Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau ke 0811-1-326459 pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00–17.00 WIB. Semua informasi yang Anda sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Ini 4 Alasan Mengikuti Program Keluarga Berencana Meskipun Belum Menikah

Jika dulu program Keluarga Berencana (KB) dikembangkan semata-mata untuk mengontrol populasi penduduk, sekarang KB digunakan untuk berbagai keperluan lainnya. Bagi mereka yang sudah menikah, metode KB digunakan untuk menentukan ukuran keluarga, mengatur jarak kelahiran anak agar lebih sehat dan sejahtera, serta mencegah kehamilan berisiko bagi para ibu yang mulai memasuki usia lebih lanjut namun belum mengalami menopause. Selain itu, ternyata program KB juga bisa menuai sejumlah manfaat bagi mereka yang belum menikah. Berikut 4 alasan mengikuti program KB bagi Anda yang masih berstatus lajang.

Baca Juga: Manfaat Maksimal dari KB Hormonal

  • Menjaga kesehatan reproduksi
    Apapun status hubungan Anda, Anda tetap harus menjaga kesehatan reproduksi. Anda bisa menjadwalkan tes pemeriksaan kesehatan reproduksi secara teratur serta memanfaatkan beberapa keuntungan sampingan dari penggunaan metode KB. Sebagai contohnya, beberapa jenis alat kontrasepsi hormonal bisa menjadi solusi untuk perempuan yang mengalami nyeri menstruasi/dysmenorrhea, nyeri pada pinggang, migrain yang diakibatkan oleh menstruasi, serta gangguan mood (Brant, Ye, et al., 2017). Oleh karena itu, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter atau bidan untuk mencari tahu metode KB yang mungkin bisa mengatasi masalah kesehatan Anda.
  • Mencegah infeksi menular seksual (IMS)
    Khususnya bagi Anda yang aktif secara seksual, dibutuhkan kontrasepsi untuk mencegah penyebaran IMS. Sebagai contoh, risiko terkena HIV-AIDS bisa berkurang hingga 99,2% apabila kondom digunakan secara tepat dan konsisten pada saat berhubungan seks dan pasangan yang terinfeksi HIV-AIDS menggunakan obat-obatan retroviral (Patel, Borkowf, et. al., 2014). Selain itu, penggunaan kondom secara tepat dan konsisten juga bisa menurunkan resiko penyebaran klamidia, gonorrhoea, dan trikomonas (Crosby, Charnigo, et al., 2012).
  • Memaksimalkan kesempatan perempuan
    Program keluarga berencana dapat meningkatkan kesejahteraan, terutama bagi perempuan, sebab perempuan merupakan pihak yang paling sering terkena dampak negatif dari memiliki anak secara tiba-tiba. Dengan program KB, perempuan bisa lebih produktif tanpa harus mencemaskan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan (KTD). Perempuan bisa melanjutkan pendidikan, berkarir, dan lebih berperan melakukan berbagai aktivitas yang berfaedah di ranah publik (WHO, 2018).
  • Memahami hak-hak pribadi di bidang seksualitas dan kesehatan reproduksi
    Dengan program keluarga berencana, Anda bisa memaksimalkan pemahaman Anda mengenai hak-hak pribadi Anda. Anda bisa menentukan apa yang terjadi pada tubuh Anda sendiri. Pemaksaan kehamilan merupakan bentuk pemerkosaan, sekalipun jika dilakukan di antara sesama pacar atau suami-istri. KB hadir sebagai salah satu solusi untuk membantu memberdayakan Anda.

Baca Juga: Mencegah Kehamilan dengan Kontrasepsi: 6 Metode KB Modern dan Masa Perlindungannya

Itulah tadi 4 alasan mengapa Anda sebaiknya mengikuti program keluarga berencana meskipun Anda belum menikah. Jika Anda masih memiliki pertanyaan atau ingin curhat mengenai topik ini, Anda bisa mengajukan pertanyaan melalui layanan bebas pulsa Halo DKT di 0800-1-326459 pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB atau via Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini. Apapun yang Anda sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.