Berapa Lama HIV Baru Menunjukkan Gejala?

Ada orang yang terinfeksi HIV selama bertahun-tahun dan tidak menunjukkan gejala apa pun. Tetapi, banyak orang tak sadar bahwa ada gejala awal yang mirip dengan flu.

Sebagian orang mengalami gejala mirip sakit flu 1-4 minggu setelah pertama kali terinfeksi. Biasanya gejala tersebut bertahan satu atau dua minggu. Tahap ini disebut juga infeksi HIV akut atau utama.

Baca Juga: Metode KB Terbaik untuk Orang dengan HIV

Kemudian, setelah itu bisa saja tak muncul gejala lain sampai bertahun-tahun. Kondisi ini disebut dengan infeksi HIV tanpa gejala (asymptomatic). Walau kita merasa baik-baik saja, tetapi virusnya masih aktif di tubuh dan kita tetap bisa menularkannya ke orang lain.

Begitu HIV mulai merusak sistem imun kita, maka kita beresiko terkena penyakit yang sebenarnya bisa dilawan oleh tubuh yang sehat. Tahapan ini disebut dengan infeksi HIV bergejala, sebab kita mulai menyadari banyak keluhan kesehatan yang disebabkan oleh infeksi oportunistik.

Seperti apa gejala utama HIV?

Tidak ada dua orang yang terinfeksi HIV memiliki gejala yang sama, bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, seiring waktu infeksinya akan mulai menyebabkan perubahan.

Terkadang gejala baru muncul setelah satu dekade. Pada periode ini, jika HIV tidak ditangani, virusnya akan menginfeksi sel baru di tubuh.

Setelah bertahun-tahun tidak diobati, tubuh kita pun mulai mudah terkena infeksi bakteri, virus, atau jamur, yang tidak bisa dilawan oleh sel imun. Gejalanya meliputi berat badan turun, diare, demam, batuk tak sembuh-sembuh, masalah kulit dan mulut, serta gampang infeksi.

Walau begitu, gejala-gejala tersebut juga bisa menunjukkan penyakit lain, belum tentu karena HIV/AIDS.

Cara terbaik untuk memastikan HIV bukan dengan melihat gejalanya, tetapi melakukan tes HIV, terutama jika kita memiliki gaya hidup beresiko seperti menggunakan jarum suntik bergantian atau berganti-ganti pasangan seksual.

Baca Juga: Sudah Tahu Beda HIV dan AIDS?

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Kenali Gejala HIV pada Anak

Setiap hari, sekitar 1.500 anak di bawah 15 tahun tahun terinfeksi HIV. Lebih dari
90% tinggal di sub-Sahara Afrika. Namun, di negara berkembang, angka kejadian HIV pada anak juga menunjukkan peningkatan.

Pada tahun 2005, ada 2,3 juta anak yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, yang sebagian besar tertular sejak di dalam rahim, saat lahir, atau saat sedang menyusui. Dengan meningkatnya kasus HIV pada ibu rumah tangga, maka pencegahan penularan ke bayinya mulai diberlakukan mulai sejak sebelum hamil hingga selama proses memberikan ASI.

Baca Juga: Perkembangan Terbaru Vaksin HIV

Sebagian besar anak yang terinfeksi HIV, peluang untuk bertahan hidup sangat tipis. Di seluruh dunia, AIDS menyumbang 3% dari seluruh kematian anak di bawah lima tahun.

Deteksi HIV pada bayi biasanya akan langsung dilakukan jika bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. Tes diagnostik virus biasanya dilakukan dalam 2 hari pertama kehidupan, pada usia 1 hingga 2 bulan, dan pada usia 4 hingga 6 bulan.

Seorang anak yang terinfeksi HIV biasanya didiagnosis dengan AIDS ketika sistem kekebalan menjadi sangat rendah atau timbul berbagai jenis infeksi laini. Ketika sistem kekebalan memburuk akibat virus, komplikasi mulai berkembang.

Agar bisa ditangani sejak dini, berikut ini adalah beberapa gejala infeksi HIV pada anak yang sudah menunjukkan tanda-tanda AIDS:

  • Pembesaran kelenjar getah bening lebih dari tiga bulan
  • Bayi dan anak lemah dan seperti kekurangan energi
  • Penurunan berat badan
  • Sering demam dan berkeringat
  • Anak sering mengalami infeksi

Gejala infeksi HIV mungkin menyerupai atau mirip kondisi medis lainnya. Oleh karena itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter anak untuk diagnosis yang tepat.

Jika terbukti anak positif HIV, maka terapi antiretroviral telah terbukti sangat efektif pada anak-anak. Pengobatan berfungsi memulihkan dan mempertahankan fungsi kekebalan tubuh, mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak agar normal, dan memperpanjang hidup.

Baca Juga: Sudah Tahu Beda HIV dan AIDS?

Jika ingin tahu informasi lebih banyak seputar HIV dan gejalanya, baik pada anak maupun dewasa, Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Gejala HIV di Kulit Akibat Efek Samping Obat Antiretroviral

Orang dengan HIV sering mengalami gejala HIV yang disebabkan efek samping pengobatan. Efek samping umumnya terjadi di kulit, seperti ruam.

Contoh obat antiretroviral yang dimaksud adalah nevirapine. Obat ini menyebabkan ruam pada sekitar 15 hingga 20% orang dengan HIV. Ruam ini biasanya ringan dan menghilang saat tubuh pasien sudah terbiasa dengan obat tersebut.

Baca Juga: Ingin Tes HIV? Pahami Dulu Jenis-jenisnya

Risiko ini justru lebih tinggi pada pasien dengan sistem kekebalan yang lebih baik, sehingga tidak dianjurkan untuk wanita dengan jumlah CD4 di atas 250 atau pria dengan jumlah di atas 400.

Untuk meminimalkan kemungkinan efek samping, dokter mungkin menyarankan pasien memulai dari awal dengan dosis yang lebih rendah dan akan ditingkatkan sampai dosis penuh selama dua minggu. Beberapa negara tidak lagi merekomendasikan nevirapine untuk pengobatan HIV, misalnya di Inggris.

Munculnya ruam juga merupakan efek samping yang cukup umum dari obat anti-HIV lainnya, tetapi dalam kebanyakan kasus, gejalanya ringan dan hilang dengan sendirinya. Beri tahu dokter jika Kamu mengalami ruam, sehingga penyebabnya dapat diselidiki.

Efek Samping yang Lebih Serius

Sejumlah kecil orang dengan HIV yang mengkonsumsi obat nevirapine atau etravirine juga mengembangkan reaksi obat yang sangat serius yang disebut sindrom Stevens Johnson (SJS).

Reaksi di kulit akibat SJS dapat menyebabkan ruam parah, pengerasan kulit atau bisul pada mulut atau alat kelamin, kulit terbakar, dan lapisan kulit mengelupas. Segera kunjungi klinik HIV jika Kamu mengalami ruam bersama dengan salah satu gejala berikut:

  • Demam
  • Merasa tidak sehat atau sangat lelah
  • Nyeri otot atau sendi
  • Kulit melepuh
  • Sariawan
  • Pembengkakan mata, bibir, mulut atau wajah
  • Kesulitan bernafas
  • Kulit atau mata menguning
  • Urin berwarna gelap
  • Warna tinja pucat
  • Rasa sakit atau nyeri di sisi kanan tubuh, di bawah tulang rusuk.

Untuk mencegah gejala HIV lebih berat karena efek samping obat, sebelum memulai pengobatan biasanya dokter akan melakukan tes untuk melihat apakah pasien memiliki risiko ini. Demam dan ruam adalah gejala paling umum dari reaksi hipersensitivitas akibat obat HIV ini. Namun, sebagian orang mungkin mengalami reaksi lain seperti mual, muntah, diare, sakit perut, sesak napas, batuk, sakit kepala dan kelemahan otot.

Baca Juga: Vaksin HIV Berbasis mRNA Mulai Diuji Coba pada Manusia

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Jangan Ragu Lakukan Tes HIV, Meski Belum Muncul Gejala HIV

HIV menular segera setelah virus masuk ke dalam tubuh. Selama fase akut ini, muatan virus (viral load) di darah lebih tinggi, yang membuatnya mudah menularkannya kepada orang lain. Meski tidak ada gejala HIV, jangan terlambat melakukan tes HIV jika Kamu masuk kelompok berisiko.

Karena tidak semua orang memiliki gejala HIV di tahap awal, tes HIV adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kamu tertular. Diagnosis dini atau semakin cepat terdeteksi, semakin cepat pula orang dengan HIV-positif untuk memulai pengobatan. Perawatan dan pengobatan yang tepat dapat menghilangkan risiko penularan virus ke pasangan seksual kamu.

Baca Juga: Ketahui 7 Siklus Hidup HIV dalam Tubuh Manusia

Sebagian orang merasa sehat-sehat saja meskipun terinfeksi HIV. Karena memang terkait gejala HIV, tidak selalu HIV itu memunculkan gejala yang nyata. Kebanyakan gejala HIV bersumber dari infeksi oportunistik, atau infeksi lain selain HIV yang timbul akibat daya tahan tubuh orang dengan HIV sangat rendah.

Pada orang sehat, bakteri, virus, parasite atau jamur, akan hidup di dalam tubuh tanpa menyebabkan penyakit. Hal ini karena sistem imun melindungi tubuh orang yang sehat dengan baik. Kuman-kuman ini juga bisa dikendalikan sehingga jumlahnya tidak sampai membuat sakit.

Namun, pada orang dengan HIV di mana kekebalan tubuh diserang oleh virus HIV, semua makhluk mikroorganisme dalam tubuh dapat menyebabkan infeksi. Inilah mengapa, sebagian besar orang yang terinfeksi HIV, di awal perjalanan penyakitnya tidak menunjukkan gejala, namun mereka bisa dapat menularkan virus ke orang lain melalui pertukaran cairan tubuh.

Tes dan Pengobatan

Tes HIV penting bagi kelompok yang berisiko, yakni orang yang sering berganti pasangan tanpa kondom, pengguna narkoba suntik bersama, pria yang melakukan hubungan seksual sejenis, atau ibu hamil dengan pasangan positif HIV.

Pengobatan HIV saat ini dapat sangat efektif menghilangkan risiko penularan virus ke pasangan seksual atau dari ibu ke bayinya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, terapi antiretroviral dapat menekan replikasi virus, bahkan sampai tidak terdeteksi. Ketika orang HIV-positif mampu mempertahankan viral load tidak terdeteksi, mereka tidak dapat menularkan HIV ke orang lain. Viral load yang tidak terdeteksi didefinisikan oleh CDC sebagai kurang dari 200 kopi per mililiter (mL) darah.

Melakukan tes HIV adalah satu-satunya cara untuk menentukan apakah virus ada di dalam tubuh. Ada faktor risiko yang diketahui yang meningkatkan kemungkinan seseorang tertular HIV.

Baca Juga: Kenali Periode Jendela, Sudah Tertular HIV tapi Belum Bergejala

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Kenali 8 Gejala HIV pada Wanita

Wanita menjadi kelompok yang rentan tertular infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Gejala HIV pada wanita hampir sama dengan gejala HIV pada pria. Namun, ada gejala yang khusus, misalnya terkait dengan gangguan menstruasi.

Di tahap awal, kemungkinan infeksi HIV tidak menunjukkan gejala. Tetapi meskipun tanpa gejala, orang yang HIV-positif dapat menularkan virus ke orang lain. Itulah mengapa penting mengetahui status HIV jika seseorang berisiko, dan mengajak pasangannya untuk melakukan tes HIV.

Baca Juga: Apakah Gejala HIV pada Pria dan Wanita Berbeda?

Berikut ini 8 gejala HIV pada wanita:

  1. Gejala awal seperti flu

    Pada minggu-minggu awal setelah tertular HIV, sebagian orang yang sudah terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala. Sebagian lagi memiliki gejala seperti flu ringan, berupa demam, sakit kepala, lelah, ruam di kulit, dan ada pembengkakan kelenjar getah bening.
    Gejala-gejala ini biasanya akan hilang dalam beberapa minggu. Jika tidak diketahui dan tidak dilakukan pengobatan, dalam waktu 10 tahun ke depan akan muncul gejala HIV yang lebih parah.

  2. Ruam dan luka di kulit

    Kebanyakan orang dengan HIV mengalami masalah di kulit. Ruam adalah gejala HIV yang umum. Jika ruam muncul, ada baiknya segera cek ke penyedia layanan kesehatan. Luka juga bisa terbentuk pada kulit mulut, alat kelamin, dan anus pada orang dengan HIV.

  3. Kelenjar bengkak

    Kelenjar getah bening yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh, berada di seluruh tubuh manusia, termasuk leher, belakang kepala, ketiak, dan selangkangan. Saat HIV mulai menyebar, umumnya terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Ini sering menjadi salah satu tanda atau gejala HIV tahap awal.

  4. Infeksi

    HIV mempersulit sistem kekebalan tubuh untuk melawan kuman, sehingga infeksi oportunistik sering terjadi. Beberapa di antaranya adalah pneumonia, tuberkulosis, dan kandidiasis oral atau vagina. Infeksi jamur (sejenis kandidiasis) dan infeksi bakteri mungkin lebih sering terjadi pada wanita dengan HIV-positif, serta lebih sulit diobati.

  5. Demam dan keringat malam

    Gejala HIV pada wanita lainnya adalah demam ringan sebagai tanda infeksi. Suhu antara 37,7°C dan 38,2°C dianggap sebagai demam ringan. Kadang demam disertai keringat malam yang dapat mengganggu kenyamanan tidur.

  6. Perubahan menstruasi

    Wanita dengan HIV dapat mengalami perubahan siklus menstruasi. Perubahan pola menstruasi misalnya, menstruasi menjadi lebih ringan dan lebih jarang, atau justru lebih berat dari biasanya. Sebagian wanita bahkan tidak mengalami menstruasi sama sekali.
    Selain gangguan menstruasi, wanita dengan HIV-positif juga mungkin memiliki gejala pra menstruasi yang lebih parah.

  7. Infeksi menular seksual (IMS)

    Bagi wanita dengan riwayat infeksi menular seksual (IMS) lain, HIV dapat menyebabkan gejalanya memburuk. Contohnya, Human papillomavirus (HPV), yang menyebabkan kutil kelamin, menjadi lebih aktif. Infeksi lainnya adalah herpes, yang mudah timbul dan lebih sulit diobati.

  8. Penyakit radang panggul (PID)

    Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi pada rahim, saluran tuba, dan ovarium. Gejala HIV pada wanita berupa PID ini mungkin lebih sulit diobati. Juga, gejala dapat berlangsung lebih lama dari biasanya atau sering kambuh.

Baca Juga: Pencegahan HIV-AIDS Dimulai Dari Mengubah Diri Sendiri!

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Mengenal Gejala HIV Sesuai Perjalanan Penyakitnya

Perjalanan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sampai menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) memiliki waktu bertahun-tahun. Selama masa ini, bisa saja gejala HIV tidak dikenali, sampai akhirnya timbul gejala AIDS yang merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

Di dunia medis, dikenal beberapa tahapan penyakit infeksi HIV. Di masing-masing tahapan infeksi HIV ini, gejalanya berbeda-beda. Yuk, kenali tahapan atau perjalanan penyakit akibat infeksi HIV ini dan gejala HIV yang mungkin timbul!

Baca Juga: Bisakah Tertular HIV karena Berciuman?

Tahap awal HIV

Tahap pertama infeksi dikenal sebagai infeksi HIV akut atau primer. Tahap ini sering juga disebut sindrom retroviral akut. Selama tahap ini, kebanyakan orang mengalami gejala mirip flu yang mungkin sulit dibedakan.

Beberapa gejala HIV di tahap awal, yang bisa muncul 2-4 minggu setelah terinfeksi adalah:

  • Demam
  • Panas dingin
  • Ruam
  • Keringat di malam hari
  • Nyeri otot
  • Sakit tenggorokan
  • Kelelahan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Ulkus mulut atau sariawan

Fase laten klinis HIV

Fase selanjutnya adalah fase laten klinis. Virus justru menjadi kurang aktif, meskipun masih ada di dalam tubuh. Selama tahap ini, orang dengan HIV tidak mengalami gejala, dan infeksi virus berkembang pada tingkat yang sangat rendah.
Periode latensi ini dapat berlangsung selama satu dekade atau lebih. Banyak orang tidak menunjukkan gejala HIV selama periode 10 tahun ini. Inilah sebabnya, banyak pasien yang akhirnya baru terdeteksi di fase akhir atau sudah berkembang menjadi AIDS.

Fase terakhir HIV

Fase ini sering juga disebut stadium 3. Selama fase ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah dan rentan terhadap infeksi oportunistik. Setelah HIV berkembang ke tahap 3, gejala yang terkait dengan infeksi mungkin menjadi sangat jelas. Gejala-gejala ini dapat mencakup:

  • Infeksi di kulit
  • Sariawan yang berat
  • Diare berkpenjangan
  • Infeksi di saluran perncernaan seperti TB
  • Demam terus menerus
  • Gejala yang terkait dengan gangguan kognitif.

Segera lalukan tes HIV jika Kamu mengalami gejala infeksi akut, terlabih jika Kamu adalah kelompok yang berisiko. Karena di masa awal ini HIV sangat menular, Kamu harus menerapkan keamanan agar tidak menularkan ke orang lain. Misalnya berhubungan seks dengan aman menggunakan kondom.

Baca Juga: Apakah ARV Bisa Menyembuhkan HIV?

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Apa Saja Gejala HIV di Kulit dan Penyebabnya?

Ada tiga penyebab utama masalah kulit pada orang yang hidup dengan HIV: interaksi antara sistem kekebalan dan HIV, infeksi, dan efek samping obat. Beberapa gejala HIV di kulit akibat infeksi atau efek samping terkait pengobatan bisa sangat serius dan memerlukan perhatian medis segera.

Gejala HIV di kulit bisa muncul di awal-awal infeksi, yang umumnya mirip gejala flu. Gejala infeksi HIV akut di kulit antara lain termasuk ruam merah yang tidak gatal yang berlangsung 2 hingga 3 minggu.

Baca Juga: Berapa Lama HIV Baru Menunjukkan Gejala?

Seiring waktu, selama infeksi laten berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi rusak dan ini dapat menyebabkan gejala HIV di kulit semakin nyata berupa kulit merah dan gatal (pruritus).

Gejala HIV di kulit yang disebabkan oleh infeksi

Infeksi kulit pada orang dengan HIV umumnya dibagi menjadi tiga yaitu: infeksi bakteri, jamur atau virus. Gejala HIV di kulit akan semakin berat pada orang dengan jumlah CD4 rendah. Pengobatan HIV akan membantu mengurangi timbulnya masalah di kulit.

  1. Eksim (kulit kering atau teriritasi)

    Gejala HIV di kulit berupa eksim dapat diobati dengan mengaplikasikan pelembap untuk mencegah kulit semakin kering. Krim kortikosteroid dapat mengurangi kemerahan, dan antihistamin dapat mengurangi rasa gatal. Cobalah untuk tidak menggaruk, karena ini dapat memperburuk eksim dan menyebabkan jaringan parut.

  2. Dermatitis (radang kulit)

    Dermatitis ditandai dengan bercak merah dan ruam bersisik. Ini mungkin disebabkan oleh kontak dengan zat yang mengiritasi atau eksim. Dermatitis seboroik (radang kelenjar minyak kulit, yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur berlebih ragi pada kulit, atau reaksi terhadap jamur) sering terjadi di bagian tubuh yang berbulu. Ini menyebabkan kulit merah, gatal, bersisik, meradang.

  3. Kasus ringan menyebabkan ketombe. Ini umum terjadi pada HIV yang bergejala. Dermatitis dapat diobati dengan salep atau tablet steroid, atau dengan krim atau tablet antijamur. Beberapa masalah kulit kepala dapat diatasi dengan sampo anti ketombe atau anti jamur.

  4. Fotodermatitis

    Fotodermatitis adalah kondisi kulit di mana kulit bereaksi terhadap paparan sinar matahari dengan mengubah warna menjadi lebih gelap. Ini paling umum pada orang berkulit gelap, tetapi siapa pun dengan HIV mungkin mengalami fotodermatitis.

  5. Tinea

    Tiena adalah infeksi jamur yang menyebabkan kulit merah bersisik disertai bercak putih lembab. Gejala HIV ini bisa diobati dengan krim antijamur. Jaga kulit tetap bersih dan kering dan hindari iritasi, misalnya deodoran.

  6. Impetigo

    Impetigo adalah infeksi kulit bakteri yang ditandai dengan luka berwarna kuning dan merah berkerak. Folikel kulit juga dapat terinfeksi, menyebabkan bisul atau abses, yang diobati dengan antibiotik.

  7. Folikulitis

    Gejala HIV di kulit yang satu ini berupa benjolan kecil atau pustula di folikel akar rambut, kemungkinan besar disebabkan oleh ragi, yang diobati dengan antijamur. Prurigo nodularis adalah kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya benjolan yang gatal dan berkerak pada kulit. Rasa gatal bisa menjadi intens dan parah. Keduanya terutama terlihat pada orang dengan jumlah CD4 yang sangat rendah.

  8. Jerawat mutiara kecil

    Ini dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus cacar, moluskum kontagiosum, atau oleh infeksi jamur seperti kriptokokosis. Moluskum dapat menyebar dengan sangat cepat dan memerlukan perawatan di klinik HIV Anda.

  9. Kutil

    Kutil biasanya tumbuh di area kelamin dan dubur yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) dan ini sering terlihat pada orang yang hidup dengan HIV.

Baca Juga: Apakah ARV Bisa Menyembuhkan HIV?

Gejala HIV lain yang bermanifestasi di kulit antara lain herpes dan kanker terdefinisi AIDS atau Sarkoma Kaposi. Terkait gejala HIV dan cara pencegahan infeksi ini, Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp

Gejala HIV Kapan Bisa Dikenali Setelah Terinfeksi?

Ketika seseorang terinfeksi HIV, apakah gejalanya langsung muncul? Ataukah membutuhkan waktu sampai gejala HIV muncul?

Seperti infeksi pada umumnya, infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) juga akan menunjukkan gejala. Hanya saja, kadang seseorang yang sudah terinfeksi HIV, kerap tidak menyadari gejala HIV karena dianggap gejala influenza.

Baca Juga: Apakah Gejala HIV pada Pria dan Wanita Berbeda?

Ada beberapa gejala HIV yang bisa diwaspadai. Tidak semua orang akan memiliki gejala yang sama, tergantung pada kondisi tubuh dan pada stadium penyakit apa mereka berada.

Di bawah ini adalah beberapa gejala HIV pada tahap infeksi akut, yang mungkin dialami.

Gejala HIV di Tahap Akut

Dalam waktu 2 sampai 4 minggu setelah terinfeksi HIV, sekitar dua pertiga orang akan mengalami gejala mirip influenza. Gejala ini muncul sebagai respons alami tubuh terhadap infeksi HIV.

Gejala seperti flu yang bisa dirasakan meliputi:

  • Demam
  • Panas dingin
  • Keringat di malam hari
  • Nyeri otot
  • Sakit tenggorokan
  • Kelelahan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Ulkus mulut atau sariawan

Gejala-gejala ini dapat berlangsung mulai beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun, pada beberapa orang, mereka tidak menunjukkan gejala sama sekali selama tahap awal HIV ini.

Jangan berasumsi bahwa Kamu mengidap HIV hanya karena memiliki salah satu dari gejala-gejala tersebut, karena bisa saja Kamu memang terkena flu atau infeksi virus lainnya.

Tetapi jika Kamu adalah orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV, ada baiknya tidak mengabaikan begitu saja gejala HIV di atas, dan segera ke dokter, sebelum virus ini semakin menggerogoti daya tahan tubuhmu.

Jika kamu berpikir kemungkinan Kamu tertular HIV, inilah yang harus Kamu lakukan:

Temukan tempat tes HIV terdekat

Kamu bisa melakukan tes HIV di pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas, klinik kesehatan, atau rumah sakit.

Kebanyakan tes HIV mendeteksi antibodi (protein yang dibuat tubuh sebagai reaksi terhadap HIV) beberapa minggu setelah Kamu terinfeksi. Jika memungkinkan, mintalah tes yang bisa mendeteksi infeksi HIV lebih cepat.

Beri tahu dokter atau klinik jika Kamu merasa baru saja terpapar HIV, dan tanyakan apakah tes mereka dapat mendeteksi infeksi lebih dini.

Ketahui status Kamu

Setelah diuji, pastikan untuk mempelajari hasil tes yang diberikan petugas kesehatan. Jika Kamu memang HIV-positif, temui dokter sesegera mungkin sehingga Kamu dapat memulai pengobatan dengan obat HIV.

Proteksi Orang Lain

Waspadalah, ketika Kamu berada pada tahap awal infeksi, Kamu berisiko sangat tinggi menularkan HIV ke orang lain. Penting untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko penularan. Misalnya, gunakan kondom saat berhubungan seks dengan pasangan Kamu.

Baca Juga: Ini Bedanya Ruam Kulit Pada Gejala HIV

Kamu juga bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp.