7 Hoaks Infeksi Menular Seksual Ini Tidak Perlu Dipercaya

Hoaks infeksi menular seksual bisa membuatmu paranoid, atau malah abai. Cari tahu dulu kebenarannya yuk.

Mungkin kamu pernah mendengar kalau kita bisa tertular infeksi menular seksual dari dudukan toilet. Ini adalah salah satu hoaks infeksi menular seksual yang paling banyak dipercaya. Masih banyak lagi hoaks, mitos, atau anggapan keliru mengenai infeksi menular seksual yang beredar di masyarakat. Agar tidak terjebak, yuk kita bahas satu per satu.

Baca Juga: Tiga Infeksi Menular Seksual Penyebab Keputihan, Apa Saja Ya?

7 Hoaks Infeksi Menular Seksual

Hoaks infeksi menular seksual bisa sangat berbahaya. Bisa membuatmu jadi paranoid terhadap hal yang tidak semestinya, dan malah abai dengan hal yang berisiko. Berikut ini tujuh hal seputar infeksi menular seksual (IMS) yang banyak beredar, dan kebenarannya tidak terbukti secara ilmiah.

  1. IMS adalah penyakitnya gay
    Anggapan ini sangat populer dulu. Namun jangan salah, hingga hari ini pun masih banyak yang percaya. Ini adalah hoaks yang sangat berbahaya. Selain menstigma dan mendiskriminasi LGBTQ+, anggapan yang salah dan usang ini juga bisa membuat orang lalai karena menganggap bahwa hubungan lawan jenis aman dari IMS.

  2. Blue waffle disease
    Kamu mungkin masih ingat mengenai hoaks yang ramai di internet pada 2010 ini. Berita bohong tersebut mengungkapkan bahwa IMS seperti gonore dan klamidia bisa menyebabkan vagina (“waffle”) berubah menjadi biru, disertai lesi/luka, gatal, dan rasa terbakar pada vagina, serta keputihan yang berbau. Blue waffle adalah penyakit fiksi, dan tidak ada dalam dunia nyata. Jangan percaya kalau masih ada yang menyebarkan hoaks ini.

  3. Toilet umum bisa menyebarkan IMS
    Hal ini masih banyak dipercaya. Jangan khawatir, ini hanya hoaks. IMS membutuhkan kontak langsung dengan mukosa atau kulit. Kuman/virus penyebab IMS seperti herpes simplex, gonore, sifilis, klamidia, bahkan HIV, tidak bisa bertahan hidup di permukaan benda mati seperti dudukan toilet. Jadi, jangan takut terkena IMS setelah menggunakan toilet umum.

  4. Douching setelah berhubungan bisa mencegah IMS
    Katanya, mandi atau douching (membersihkan vagina dengan cairan khusus douching) bisa mencegah IMS. Ini juga masih banyak dipercaya. Sayang sekali, ini tidak benar. Justru douching bisa menyebabkan ketidakseimbangan bakteri pada vagina, yang bisa embuatmu terkena infeksi bakteri oleh bakteri patogen. Lebih gawat lagi, bila kamu melakukan douching padahal sedang mengalami IMS, tekanan dari douching justru bisa membuat kuman/virus penyebab IMS naik hingga ke organ reproduksi di rahim, dan meningkatkan risikot terjadinya penyakit radang panggul.

  5. IMS hanya terjadi pada yang hobi gonta-ganti pasangan
    Berhubungan seks dengan lebih dari satu orang memang meningkatkan risiko terkena IMs hingga berkali lipat. Tapi jangan salah. Pasangan monogamis yang saling setia pun bisa terkena IMS. Intinya, setiap hubungan seksual memiliki risiko penularan IMS.

    IMS seperti hepatitis B dan HIV juga bisa ditularkan melalui darah. Bisa saja seseorang terinfeksi virus hepatitis B atau HIV tanpa menyadarinya, misalnya lewat transfuse darah, atau alat tindik/tato yang tidak steril. Lalu tanpa sadar menularkan penyakit tersebut kepada pasangannya.

  6. Orang dengan IMS bisa terlihat dari fisiknya
    Ini sangat tidak benar. IMS bahkan sering tidak menimbulkan gejala apapun, sehingga banyak penderita IMS yang tidak menyadarinya. Apalagi orang lain, hanya dengan melihat tampilan fisik.

  7. IMS hanya menular lewat penetrasi penis ke vagina
    Pendapat ini juga keliru. IMS bisa menular melalui aktivitas seksual di luar penetrasi penis dan vagina, misalnya seks oral atau anal. Klamidia bahkan bisa menyebabkan gangguan pada mata, bila air mani atau cairan vagina yang mengandung klamidia mengenai mata saat berhubungan oral.

Baca Juga: Kok Perempuan Lebih Rentan Alami Infeksi Menular Seksual? Ini Alasannya

Pastinya masih banyak lagi hoaks infeksi menular seksual lainnya. Jangan mudah percaya ya. Telitilah dulu kebenarannya, sebelum kamu percaya apalagi membagikan informasi tersebut. Pakailah kondom saat berhubungan seksual – oral, vagina, maupun anal – untuk mencegah penularan IMS.memang, kondom tidak 100% melindungi, tapi pastinya jauh lebih aman daripada tidak memakai kondom. DKT memiliki beragam merk kondom yang bisa kamu pilih. Ada Fiesta, Sutra, Andalan, dan Supreme.

Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Infeksi Menular Seksual bisa Mengganggu Kesuburan, pada Laki-laki dan Perempuan

Infeksi menular seksual bisa mengganggu kesuburan. Ini bisa dialami oleh laki-laki maupun perempuan.

Infeksi menular seksual sering tidak bergejala, atau gejalanya ringan sehingga terabaikan. Namun sebaiknya jangan pernah meremehkannya ya, seringan apapun gejalanya. Sebabnya, infeksi menular seksual bisa mengganggu kesuburan. Ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan.

Baca Juga: Yuk, Kenali Gejala Infeksi Menular Seksual Klamidia

Infeksi menular seksual itu ibaratnya bom waktu. Sekarang tidak terasa apa-apa, tapi di kemudian hari ketika sudah menikah dan berencana punya anak, baru ketahuan ada gangguan kesuburan akibat infeksi menular seksual di masa lalu.

Mengapa Infeksi Menular Seksual bisa Mengganggu Kesuburan

Infeksi menular seksual yang tidak diobati, pelan-pelan bisa merusak organ reproduksi. Bila sudah begini, tentu saja kamu akan sulit punya anak. Dan, bukan cuma perempuan lho yang berisiko mengalaminya. Laki-laki pun tidak luput dari risiko tersebut.

Berikut ini penjelasan, bagaimana infeksi menular seksual bisa mengganggu kesuburan pada laki-laki maupun perempuan.

Laki-laki

Jangan dikira bahwa infeksi menular seksual tidak akan mengganggu kesuburan pada laki-laki. Meski memang, kejadiannya lebih banyak pada perempuan. Salah satu penyebabnya, infeksi menular seksual pada laki-laki lebih sering menimbulkan gejala, sehingga lebih mudah disadari dan diobati.

Infeksi menular seksual bisa mengganggu kesuburan laki-laki dengan beberapa cara. Antara lain menimbulkan peradangan dan kerusakan pada uretra (saluran sperma dan air kemih di penis) dan epididimis (saluran di belakang testis yang berfungsi menyimpan dan mengangkut sperma). Peradangan pada salah satu atau kedua organ tersebut tentu akan mengganggu transportasi sperma. Infeksi menular seksual yang bisa menimbulkan peradangan pada uretra/epididimis misalnya gonore, sifilis, dan mikoplasma genitalium. Sifilis juga bisa menyebabkan disfungsi ereksi.

Beberapa infeksi menular seksual juga bisa mengganggu sperma. Misalnya klamidia, yang bisa menurunkan motilitas (pergerakan) sperma, serta menurunkan kualitas sperma. Herpes genital bisa menurunkan jumlah sperma, hepatitis B bisa menurunkan jumlah dan mobilitas sperma. Adapun HIV bisa menyebabkan hilangnya sel germ (sel yang akan berkembang menjadi sperma), mengganggu kesehatan sperma, hipogonadisme, penurunan kadar testosteron, serta peradangan pada epididimis.

Perempuan

Pada perempuan, infeksi menular seksual bisa mengganggu kesuburan karena bila tidak diobati, gangguan tersebut bisa menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). PRP adalah salah satu penyebab utama ketidaksuburan (infertilitas) yang bisa dicegah.

PRP adalah peradangan yang terjadi pada organ-organ reproduksi di area panggul. Akibat peradangan, bisa terjadi luka parut pada tuba falopi, dinding rahim, bahkan indung telur. Bisa pula terjadi perlengketan pada organ-organ di rongga rahim.

Kalau sudah begitu, tentu saja akan sulit terjadi kehamilan. Ovulasi (pelepasan sel telur yang matang dari indung telur ke tuba falopi) pasti akan terganggu. Bila pun terjadi ovulasi, sperma akan sulit mencapai sel telur di tuba falopi. Bila terjadi pembuahan pun, sel telur yang telah dibuahi akan sulit keluar dari tuba falopi. Akibatnya, bisa terjadi kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan). Seandainya pun sel telur yang dibuahi bisa keluar dari tuba falopi, ia akan sulit melekat pada lapisan dinding rahim (endometrium) karena sudah banyak luka parut dan perlengketan di sana-sini. Klamidia, gonore, mikoplasma, herpes genital, dan HIV adalah lima infeksi menular seksual yang paling banyak menyebabkan ketidaksuburan pada perempuan.

Baca Juga: Infeksi Menular Seksual Bikin Sulit Hamil

Ada baiknya kamu secara rutin memeriksakan kesehatan organ reproduksi, sejak aktif berhubungan seksual. Dengan cara ini, infeksi menular seksual yang tidak bergejala bisa segera dideteksi dan diobati, sebelum menimbulkan gangguan pada organ reproduksi. Pakailah selalu kondom saat berhubungan intim, untuk menghindari penularan infeksi menular seksual ya. Kamu bisa memilih aneka kondom dari DKT sesuai seleramu, misalnya Sutra, Andalan, Fiesta, atau kondom premium Supreme.

Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Cegah Ganasnya Si Raja Singa dengan Kondom Terbaik

Sering disebut sebagai si ‘Raja Singa’ karena keganasannya, infeksi menular seksual (IMS) yang satu ini masih banyak sekali terjadi. Syphilis merupakan infeksi bakteri kronis yang disebabkan oleh Treponema pallidum (Hook, 2017). Meski dapat disembuhkan, syphilis cukup ditakuti, sebab syphilis bisa menyebabkan gangguan otak dan jantung bila terlambat ditangani. Untuk mencegahnya, diperlukan pemahaman mengenai strategi-strategi seks aman. Berikut sekilas penjelasan mengenai syphilis dan kondom terbaik untuk mencegahnya.

Baca Juga: Infeksi Menular Seksual Trikomoniasis Jarang Bergejala, tapi Berisiko bagi Kehamilan

Syphilis tergolong sebagai infeksi menular seksual. Artinya, syphilis dapat menyebar melalui hubungan seks tanpa pengaman dengan orang yang sudah terinfeksi. Gejala-gejalanya berbeda-beda pada setiap tahap perkembangan infeksi (O’Byrne & MacPherson, 2019):

  • Syphilis primer biasanya ditandai dengan munculnya satu buah luka yang tidak terasa sakit, tetapi tidak semua kasus gejalanya seperti ini, hanya sekitar 30% saja.
  • Syphilis sekunder diikuti dengan ruam-ruam pada kulit, seringkali di telapak tangan dan telapak kaki. Demam dan sakit kepala terkadang juga menyertai gejala lainnya.
  • Syphilis laten pada sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun, namun 1 dari setiap 4 orang yang terinfeksi umumnya kembali mengalami gejala-gejala infeksi syphilis sekunder di tahap laten.
  • Syphilis tersier merupakan tahap tertinggi di mana bakteri bisa menyerang otak, saraf, atau jantung. Ini terjadi pada 14-40% kasus di mana syphilis tidak diobati.

Lalu, gimana sih caranya mencegah syphilis? Pencegahan syphilis sebenarnya sangat mudah. Halo DKT memiliki beberapa tips buat kamu dan pasanganmu.

  • Selalu gunakan kondom secara tepat dan konsisten setiap kali berhubungan seks. Pilihlah kondom terbaik yang sudah diakui kualitasnya dan keampuhannya dalam mencegah infeksi menular seksual. Beberapa alternatif yang sangat direkomendasikan antara lain Kondom Sutra, Kondom Fiesta, dan Kondom Supreme. Ketiga kondom ini terbuat dari bahan lateks pilihan dan telah lulus uji elektronis, sehingga terjamin mutunya. Oiya, pastikan bahwa pemakaian kondom konsisten, ya, jangan hanya sesekali saja. Selain itu, bacalah instruksi pemakaian kondom dengan rinci, agar kamu dan pasanganmu terhindar dari kesalahan-kesalahan yang bisa menurunkan manfaat perlindungan kondom.

  • Simpan kondom terbaik pilihan kamu di tempat yang aman, jauh dari benda-benda tajam, dan tidak terkena paparan sinar matahari langsung, agar kualitas kondom tetap terjaga. Kalau bisa, tempatkanlah di dekat ranjang, supaya kamu dan pasanganmu juga jadi lebih mudah mengaksesnya. Jangan lupa juga untuk selalu memeriksa expiry date pada kemasan stok kondom yang kamu simpan.

  • Hindari perilaku seksual berisiko yang melibatkan aktivitas seksual tanpa pengaman, khususnya seks tanpa kondom dengan lebih dari 1 orang. Kalau hubunganmu dengan pasanganmu tidak bersifat eksklusif, sepakati untuk menggunakan kondom setiap kali melakukan casual sex dan tetap lakukan tes pemeriksaan infeksi menular seksual secara rutin. Dengan demikian, bila ada gejala-gejala syphilis, penanganan bisa didapatkan sebelum infeksi berkembang ke tahap yang lebih serius.

Baca Juga: Penyakit Infeksi Menular Seksual yang Disebabkan Seks Anal

Itulah cara mencegah dampak ganas si ‘Raja Singa’. Mudah-mudahan kamu jadi lebih memahami strategi untuk menjaga kesehatan seksual dan reproduksimu, ya! Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Waspadai Risiko Kehamilan Ektopik Akibat Infeksi Menular Seksual

Kehamilan ektopik akibat infeksi menular seksual bisa terjadi ketika infeksi menyebabkan radang di tuba falopi, lalu menimbulkan luka parut.

Mungkin kamu sering mendengar istilah kehamilan di luar kandungan. Secara medis, ini disebut kehamilan ektopik. Kamu perlu lebih waspada bila pernah mengalami infeksi menular seksual. Karena ternyata, ada risiko kehamilan ektopik akibat infeksi menular seksual yang diam-diam mengintai.

Baca Juga: Tiga Infeksi Menular Seksual Penyebab Keputihan, Apa Saja Ya?

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di tempat yang tidak seharusnya. Pada kehamilan normal, ovum (sel telur) yang telah dibuahi harusnya bergerak menuju rongga rahim, lalu melekat pada lapisan endometrium di rongga rahim. Pada kehamilan ektopik, ovum yang telah dibuahi malah menempel di tempat lain. Paling sering terjadi di tuba falopi. Bisa pula terjadi di rahim tapi di tempat yang tidak seharusnya, misalnya pada bagian atas rahim (interstisial), atau di bagian bawah dekat serviks (leher rahim). Kehamilan ektopik harus diterminasi oleh dokter, karena akan membahayakan keselamatan ibu.

Angka kejadian kehamilan ektopik memang tidak terlalu tinggi. Di Amerika Serikat, diperkirakan angkanya 0,03% dari seluruh populasi. Menurut WHO, angka di Indonesia pun tak jauh berbeda. Namun dari seluruh kehamilan, kejadian kehamilan ektopik diperkirakan mencapai 2% di AS. Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik pun tidak main-main. Di seluruh dunia, diperkirakan bahwa kehamilan ektopik menyebabkan kematian ibu hingga 28%.

Risiko Kehamilan Ektopik akibat Infeksi Menular Seksual

Kehamilan ektopik paling sering terjadi akibat kondisi tertentu yang menghambat pergerakan ovum yang telah dibuahi, dari tuba falopi menuju rahim. Ovum yang telah dibuahi jadi terjebak dalam tuba falopi. Sering kali karena tuba falopi rusak akibat peradangan, atau bentuk tuba tidak seperti biasa, sehingga menyulitkan bagi ovum yang telah dibuahi untuk bergerak menuju rahim. Akibatnya, sel telur tersebut akhirnya melekat dan tumbuh di tuba falopi.

Ada banyak faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Salah satunya, infeksi menular seksual. Kehamilan ektopik akibat infeksi menular seksual bisa terjadi ketika infeksi menjalar hingga melewati serviks, ke organ reproduksi bagian atas.

Infeksi menular seksual seperti gonore atau klamidia bisa menimbulkan peradangan pada tuba falopi maupun organ-organ di sekitarnya, yang berada di area panggul. Ini dikenal juga sebagai penyakit radang panggul (PRP) atau pelvic inflammatory disease. Peradangan yang terjadi pada organ-organ panggul bisa menimbulkan luka parut pada tuba falopi. Akhirnya, rongga tuba falopi pun menyempit, sehingga ovum yang telah dibuahi bisa terjebak di sana.

Jadi, jangan anggap enteng ya bila kamu mengalami infeksi menular seksual. Tidak perlu malu berobat dan berkonsultasi ke dokter, apalagi khawatir dengan omongan julid orang lain. Kesehatan reproduksimu jauh lebih penting. Berobatlah segera bersama pasangan, sehingga penyakit bisa benar-benar tuntas, dan sembuh sebelum menjalar ke mana-mana. Bila kamu pernah mengalami infeksi menular seksual, kembalilah berkonsultasilah kembali ke dokter kandungan, untuk melihat apakah ada luka parut yang terbentuk di organ reproduksi. Dengan demikian, kamu mengetahui kondisi organ-organ panggulmu, dan bisa mempersiapkan kehamilan dengan lebih baik.

Kamu bisa memakai kondom untuk menghindari risiko kehamilan ektopik akibat infeksi menular seksual. Ada banyak pilihan kondom dari DKT yang bisa kamu pilih sesuai selera: Sutra, Fiesta, Andalan Kondom, dan Supreme.

Baca Juga: Penyakit Infeksi Menular Seksual yang Disebabkan Seks Anal

Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Rutin Cek Infeksi Menular Seksual, Salah Satu Langkah untuk Menjaga Faktor Kesuburan Laki-laki

Menjaga kesuburan merupakan tindakan yang sangat penting bagi setiap orang, khususnya kamu yang ingin berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga faktor kesuburan laki-laki. Salah satu di antaranya adalah melakukan tes pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS) secara rutin. Berikut berbagai manfaat memeriksa status IMS secara reguler.

Baca Juga: Awas, Infeksi Menular Seksual Sifilis si Raja Singa Masih Mengintai

  • Dengan tes IMS, kamu bisa membuat rencana yang sesuai dengan kondisi kesehatanmu
    Terlepas dari apakah kamu mengalami gejala-gejala IMS ataupun tidak, nggak ada salahnya memeriksakan diri. Tes infeksi menular seksual ada banyak jenisnya, mulai dari tes chlamydia, gonorrhoea, syphilis, trichomoniasis, genital herpes, dan HIV. Sebagian jenis IMS kadang muncul tanpa tanda-tanda apapun (Francis, Mthiyane, et al., 2018). Jika tidak ditangani sejak dini, IMS bisa menurunkan faktor kesuburan laki-laki. Daripada berasumsi bahwa segalanya aman-aman aja sekarang, namun panik di kemudian hari, lebih baik kamu cek IMS secara rutin. Kalau hasilnya negatif, kamu bisa bernapas lega sambil tetap mempraktekkan langkah-langkah pencegahan IMS. Kalau hasilnya positif, nggak perlu takut juga, dokter akan membantu kamu dengan memberikan penanganan yang tepat.

  • Dengan rutin cek infeksi menular seksual, kamu juga melindungi pasanganmu
    Ketika kamu menyayangi pasanganmu, tentunya kamu akan berusaha untuk memastikan bahwa ia tetap aman dan baik-baik saja. IMS tidak hanya bisa merusak faktor kesuburan laki-laki, namun bisa mengganggu kesehatan seksual dan reproduksi pasangan perempuan juga. Ini alasan mengapa orang-orang menggunakan kondom secara tepat dan konsisten serta menghindari perilaku seksual berisiko. Nah, untuk menambah perlindungan bagi pasanganmu tercinta, lakukanlah tes IMS secara rutin.

  • Saling sharing hasil tes IMS secara rutin dengan pasangan sangat baik bagi hubungan
    Setiap pasangan memiliki struktur hubungan yang berbeda-beda. Ada yang eksklusif, ada juga yang bersifat terbuka atau juga dikenal sebagai open relationship. Seperti apapun jenis hubungan yang kamu jalani, kejujuran dan keterbukaan perlu dijunjung tinggi. Saat kamu melakukan tes IMS untuk yang pertama kalinya, kamu bisa sekalian mengajak doi untuk ikut serta dan membuat kesepakatan untuk sharing hasil tes IMS secara rutin. Tujuannya bukan untuk saling menghakimi, namun justru saling menghargai. Bagaimana kalau ada salah satu pihak yang berstatus positif IMS? Apakah berarti hubungan akan langsung ‘bubar’? Nggak harus seperti itu, kok. Ingat, sebagian besar jenis IMS bisa disembuhkan asalkan ditangani dengan segera. Kalaupun kamu atau pasanganmu kebetulan memiliki IMS yang tak bisa disembuhkan, kamu tetap masih bisa memiliki kehidupan seksual yang sehat dan sejahtera selama kamu dan pasanganmu melakukan langkah-langkah penyebaran IMS yang tepat. Konsultasikanlah pada dokter agar kamu betul-betul paham mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan dan tindakan yang perlu dihindari.

Baca Juga: Infeksi Menular Seksual Bikin Sulit Hamil

Yuk, cegah IMS dengan rutin cek infeksi menular seksual! Caranya gimana? Tinggal datang saja ke rumah sakit atau klinik kesuburan. Kamu bisa menelepon terlebih dahulu untuk membuat janji. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Yuk, Kenali Gejala Infeksi Menular Seksual Klamidia

Masih ingat dong dengan histeria massal akibat klamidia di Sex Education. Bagaimana cara mengenali gejala infeksi menular seksual klamidia ya?

Buat kamu penggemar Sex Education pasti sedang bergembira, lantaran season 3 serial ini mengudara di Netflix sejak 2 hari lalu. Episode 1 Sex Education season 3 masih dimarakkan dengan pemberitaan “wabah” klamidia yang menghebohkan Moordale Secondary High pada musim lalu. Sebenarnya, bagaimana sih gejala infeksi menular seksual klamidia yang bisa dikenali?

Baca Juga: Waspada: Infeksi Menular Seksual Ini Sering Mengintai Perempuan!

Gejala Infeksi Menular Seksual Klamidia

Kamu pasti masih ingat, pada episode 1 season 2 Sex Education terjadi histeria massal soal klamidia di Moordale Secondary High. Anggota grup akapela, Fiona, dituduh sebagai penyebarnya oleh kedua temannya, karena mereka berbagi peluit yang sama. “Wabah” klamidia membuat para murid panik, bahkan banyak yang memakai masker.

Miskonsepsi mengenai penularan klamidia dikoreksi oleh Jean Milburn, terapis seks sekaligus ibu si karakter utama Otis Milburn. Ia menjelaskan bahwa klamidia hanya menular melalui cairan kelamin, dan tidak menular lewat pernapasan. Menurutnya, yang dihadapi Moordale Secondary High kala itu adalah histeria massal mengenai infeksi menular seksual, dan bukannya wabah klamidia.

Agar makin terhindar dari salah kaprah soal klamidia, ada baiknya kita mengenali dan memahami dengan baik gejala infeksi menular seksual klamidia. Perlu kamu ingat, klamidia sering tidak menimbulkan gejala. Dilansir dari laman layanan kesehatan masyarakat Inggris NHS, bila ada gejala, umumnya akan muncul dalam 1-3 minggu setelah hubungan seks tanpa pengaman dengan orang yang terinfeksi. Gejala bisa hilang sendiri dalam beberapa hari. Namun jangan salah, meski gejalanya hilang, seseorang tetap bisa menularkan klamidia kepada pasangan seksualnya.

Berikut ini gejala infeksi menular seksual klamidia, pada laki-laki dan perempuan:

Gejala pada laki-laki

Sedikitnya separuh dari laki-laki yang menderita klamidia tidak merasakan gejala apapun. Bila ada gejala, yang mungkin timbul antara lain: nyeri saat buang air kecil; keluar cairan putih, keruh, atau encer dari penis; bengkak dan nyeri pada testis; gatal atau rasa terbakar pada saluran uretra di penis.

Klamidia yang tidak diobati pada laki-laki bisa menyebabkan pembengkakan pada testis dan epididimis (saluran yang membawa sperma dari testis). Hal ini tentu saja bisa berujung pada infertilitas atau kemandulan.

Gejala pada perempuan

Gejala klamidia pada perempuan lebih karang lagi. Menurut NHS, setidaknya 70% perempuan tidak sadar bahwa mereka terkena klamidia. Seandainya ada gejala, bisa cukup beragam. Antara lain keputihan abnormal yang berbau, nyeri saat buang air kecil, nyeri pada perut bawah atau panggul, nyeri saat berhubungan seks, perdarahan setelah hubungan intim, dan perdarahan di luar periode menstruasi.

Seperti halnya pada laki-laki, infeksi klamidia yang tidak diobati pada perempuan bisa berujung pada infertilitas. Infeksi klamidia bisa menyebar ke organ reproduksi bagian dalam, misalnya rahim, serta penyebab penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease). Ini adalah kondisi serius yang kerap menimbulkan kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik) dan infertilitas pada perempuan.

Gejala pada organ lain

Infeksi klamidia menular lewat cairan genital, dan bisa mengenai organ lain yang terlibat dalam aktivitas seksual tanpa pengaman (kondom). Ini meliputi rektum/anus, mata, dan tenggorokan.

Pada anus, bisa muncul rasa tidak nyaman dan keluar cairan dari anus, akibat hubungan seks anal. Pada mata, bisa terjadi radang (konjungtivitis) bila mata kontak dengan cairan semen atau cairan vagina yang mengandung klamidia. Gangguan pada tenggorokan bisa terjadi akibat seks oral tanpa kondom, tapi cukup jarang dan biasanya tidak bergejala.

Baca Juga: Waspada Infeksi Menular Seksual di Era Aplikasi Kencan Online

Pakailah selalu kondom saat berhubungan intim ya. Sekarang sudah ada aneka macam kondom yang bisa kamu pilih sesuai selera. Dan tak perlu malu berkonsultasi ke dokter bila kamu ingin tahu lebih jauh soal gejala infeksi menular seksual klamidia. Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Tiga Infeksi Menular Seksual Penyebab Keputihan, Apa Saja Ya?

Setidaknya ada tiga infeksi menular seksual penyebab keputihan. Yuk kenali tanda-tanda lainnya.

Tidak semua infeksi menular seksual menyebabkan gejala. Malah, banyak infeksi menular seksual yang tidak menimbulkan gejala apapun. Pada sifilis dan HIV misalnya, gejala sering kali tidak nampak, terutama di awal penyakit. Tahu-tahu penyakit sudah berat, dan baru diketahui. Namun ada beberapa infeksi menular seksual penyebab keputihan yang perlu kamu ketahui.

Baca Juga: Bukan Hoaks, Beberapa Infeksi Menular Seksual bisa Menular Lewat Ciuman

Sebelumnya, perlu kamu pahami dulu bahwa keputihan adalah hal yang normal dialami perempuan. Nah keputihan yang abnormal biasanya disertai gejala lain, misalnya bau, dan gatal di area V. Keputihan abnormal sendiri tak melulu disebabkan oleh infeksi menular seksual. Justru lebih sering oleh infeksi non seksual, seperti infeksi bakteri (bakterial vaginosis) dan jamur (misalnya kandidiasis).

3 Infeksi Menular Seksual Penyebab Keputihan dan Ciri-cirinya

Setidaknya, ada 3 infeksi menular seksual penyebab keputihan yang cukup umum dijumpai. Meski demikian, ketiga penyakit ini tidak selalu menimbulkan keputihan. Gejala khusus seperti keputihan sering kali hanya dialami oleh sekian persen dari penderitanya. Yuk, kenali ciri-ciri khusus keputihan yang disebabkan oleh 3 infeksi menular seksual berikut ini.

  1. Trikomoniasis
    Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis, dan sering kali tidak bergejala. Menurut WHO, 50% perempuan yang mengalami trikomoniasis tidak mengalami gejala apapun. Pada kasus yang bergejala, bisa muncul keputihan dengan gejala berikut ini. yaitu keputihan berwarna kuning atau kuning kehijauan, berbuih/berbusa atau ada gelembung kecil-kecil, dan biasanya berbau amis. Keputihan yang keluar pun umumnya lebih banyak daripada biasanya, terutama menjelang periode haid. Keputihan kerap disertai gatal dan nyeri pada vulva, serta sakit saat buang air kecil.

  2. Klamidia
    Sekitar 80% penderita klamidia tidak merasakan gejala apapun (asimtomatik). Bila tidak diobati, infeksi yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis ini bisa menyebabkan penyakit radang panggul (PRP) pada 10-40% perempuan. PRP bisa menimbulkan gangguan kesuburan dan kehamilan di luar kandungan (ektopik).

    Meski sebagian besar tak bergejala, infeksi klamidia bisa menimbulkan keputihan yang berisi nanah dari serviks (leher rahim). Keputihan akibat klamidia umumnya berwarna kuning, dengan bau yang menyengat. Gejala lain misalnya nyeri saat buang air kesil, dan rasa seperti terbakar pada area genital.

  3. Gonorrhea
    Gonore mudah dikenali pada laki-laki karena sering menyebabkan kencing nanah. Namun pada perempuan biasanya tidak bergejala, sehingga sering tidak disadari. Keputihan yang terjadi berasal dari nanah pada serviks. Cairan keputihan tampak keruh, dan bisa berwarna putih, kuning, atau hijau. Gejala lainnya antara lain perdarahan, bahkan di luar periode haid.

Ketiga infeksi menular seksual penyebab keputihan di atas, meningkatkan risiko terhadap infeksi menular seksual lainnya, termasuk HIV. Infeksi menular seksual juga bisa menyebabkan kemandulan (infertilitas). Karenanya, jangan pernah mengabaikannya ya. Segeralah ke dokter bila kamu merasakan gejala keputihan yang abnormal. Ada baiknya kamu rutin melakukan tes untuk infeksi menular seksual, bila kamu aktif berhubungan seksual. Untuk melindungi dirimu dan pasangan, jangan lupa pakai kondom ya. Andalan memiliki pilihan kondom Sutra, Fiesta, dan Supreme yang bisa kamu pilih sesuai seleramu.

Baca Juga: Yuk, Pahami Cara Penularan Infeksi Menular Seksual Gonore

Tak perlu malu berkonsultasi ke dokter mengenai infeksi menular seksual. Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Infeksi Menular Seksual Trikomoniasis Jarang Bergejala, tapi Berisiko bagi Kehamilan

Pada ibu hamil, infeksi menular seksual trikomoniasis bisa menyebabkan bayi lahir prematur. Bagaimana ya mengenali gejalanya?

Infeksi menular seksual trikomoniasis mungkin tidak “sepopuler” herpes genital atau sifilis, tapi sebenarnya trikomoniasis cukup banyak terjadi. Menurut WHO, ini termasuk infeksi menular seksual yang paling umum di dunia. Di Amerika Serikat misalnya, ditemukan >2 juta kasus trikomoniasis pada 2018. Sayang di Indonesia belum ada data nasional.

Baca Juga: Penyakit Infeksi Menular Seksual yang Disebabkan Seks Anal

Trikomoniasis disebabkan oleh infeksi parasit yaitu protozoa bernama Trichomonas vaginalis. Penularannya yaitu melalui hubungan seksual yang melibatkan penetrasi penis ke vagina. Ditengarai, trikomoniasis tidak menular melalui hubungan seks oral dan anal. Penyakit ini juga tidak menular melalui ciuman, pelukan, berbagi peralatan makan/minum, maupun dudukan toilet.

Infeksi Menular Seksual Trikomoniasis Jarang Bergejala

Yang jadi masalah, infeksi menular seksual trikomoniasis jarang bergejala. WHO menyebut, setidaknya 50% perempuan dan 70-80% laki-laki yang mengalami trikomoniasis tidak merasakan gejala apapun. Kenapa jadi masalah? Karena ini berarti, seseorang mungkin saja terkena trikomoniasis tanpa menyadarinya, dan menularkannya kepada pasangannya.

Pada kondisi bergejala, gejala biasanya muncul 5-28 hari setelah infeksi. Pada laki-laki, gejalanya antara lain rasa seperti terbakar saat buang air kecil atau setelah ejakulasi, keluar cairan putih encer dari penis, dan frekuensi buang air kecil meningkat. Bisa pula terjadi iritasi di penis, dengan gejala nyeri, bengkak, dan kemerahan pada kepala penis atau kulup.

Pada perempuan, salah satu gejalanya yaitu keputihan yang banyak dengan bau amis. Warna cairan keputihan bisa putih, abu-abu, kuning, atau hijau. Gejala lain misalnya nyeri perut bagian bawah; kemerahan, gatal, dan rasa seperti terbakar di area kelamin; juga nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual.

Berisiko bagi Kehamilan

Trikomoniasis karena sering tidak bergejala, maka bisa tidak terdeteksi saat hamil. Ini makin mengkhawatirkan karena infeksi menular seksual trikomoniasis berisiko bagi kehamilan. Apalagi entah kenapa, penyakit ini lebih banyak dialami oleh perempuan ketimbang laki-laki.

Ibu hamil yang mengalami trikomoniasis bisa melahirkan prematur, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau <1,5 kg, dan menularkan infeksi ke bayi melalui melalui persalinan ketika bayi melewati jalan lahir.

Untuk menghindari hal-hal tersebut, ada baiknya kamu melakukan pemeriksaan trikomoniasis saat merencanakan kehamilan. Ketika hamil, diskusikanlah dengan dokter kandungan apakah kamu perlu melakukan pemeriksaan trikomoniasis lagi secara berkala selama hamil.

Risiko trikomoniasis terhadap perempuan tak hanya terkait kehamilan. Perempuan yang terinfeksi trikomoniasis ternyata juga lebih mudah terinfeksi HIV, virus penyebab AIDS.

Pengobatan dan Pencegahan

Bila kamu atau pasanganmu mengalami gejala trikomoniasis, jangan diabaikan dan berharap akan sembuh sendiri ya. Kalian perlu berobat ke dokter, dan sama-sama menjalani pengobatan. Trikomoniasis bisa diobati dengan antibiotik atas resep dokter. Jangan khawatir, dokter akan meresepkan antibiotik yang aman bila kamu hamil.

Jalanilah pengobatan hingga tuntas ya. Dan sebaiknya hindari dulu berhubungan sampai pengobatan selesai. Tiga bulan setelah pengobatan, ada baiknya kamu dan pasangan kembali periksa, untuk memastikan bahwa trikomoniasis yang kalian alami sudah benar-benar selesai.

Cara paling ampuh untuk menghindari infeksi menular seksual trikomoniasis buat kamu yang aktif berhubungan seksual yaitu dengan menggunakan kondom saat berhubungan. Siapa bilang kondom mengurangi sensasi bercinta. Ada banyak pilihan kondom untuk mencegah infeksi menular seksual, tanpa mengurangi kenikmatan. Misalnya kondom Fiesta yang hadir dengan berbagai varian aroma afrodisiak maupun dengan fitur yang dibuat untuk meningkatkan kualitas bercinta.

Baca Juga: Bisakah Infeksi Menular Seksual Disembuhkan?

Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT seputar masalah seksual, dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Bukan Hoaks, Beberapa Infeksi Menular Seksual bisa Menular Lewat Ciuman

Beberapa infeksi menular seksual bisa menular lewat ciuman. Misalnya herpes simpleks dan sifilis.

Sesuai namanya, infeksi menular seksual ditularkan melalui hubungan seksual. Namun tahukah kamu, ternyata beberapa infeksi menular seksual bisa menular lewat ciuman. Mungkin sulit bagimu untuk menerima kenyataan tersebut. Sayangnya, hal ini benar adanya, bukan hoaks atau berita bohong.

Baca Juga: Waspada: Infeksi Menular Seksual Ini Sering Mengintai Perempuan!

Untungnya, tidak semua infeksi menular seksual bisa menular lewat ciuman. Sebagian hanya bisa menular melalui hubungan seksual. Misalnya HIV karena virus penyebabnya hanya terdapat di darah, cairan semen, cairan vagina, cairan anal, dan ASI; tidak ada di air liur. Demikian pula klamidia karena bakteri penyebabnya hanya terdapat pada cairan dari organ genital.

Jadi, apa saja infeksi menular seksual yang bisa menular lewat ciuman? Yuk simak pemaparannya di bawah ini.

Infeksi Menular Seksual bisa Menular Lewat Ciuman, Ini 4 di Antaranya

Setidaknya ada tiga infeksi menular seksual yang bisa menular lewat ciuman

  1. Herpes simpleks
    Virus Herpes simplex, baik tipe 1 (tipe oral) maupun tipe 2 (tipe genital) bisa ditularkan lewat ciuman. Seperti disebutkan dalam artikel ini, herpes genital pun bisa mengenai area mulut. Nah bila pasanganmu memiliki herpes tipe 1 ataupun tipe 2 di mulutnya, kamu bisa tertular saat berciuman. Risiko penularan lebih besar bila ada lesi aktif di area mulut.

  2. Sifilis
    Sifilis bisa menular melalui kontak langsung dengan luka sifilis. Menurut CDC, luka sifilis bisa ditemukan pada area penis, vagina, anus, bibir, atau mulut. Gawatnya, luka sifilis di tahap primer tidak menimbulkan nyeri, sehingga banyak yang tidak menyadarinya. Berciuman bisa menjadi cara penularan sifilis, meski terbilang sangat jarang.

  3. CMV
    Cytomegalovirus (CMV) sebenarnya bukan termasuk dalam daftar utama infeksi menular seksual, tapi CDC menyebut bahwa penyakit ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini bisa menular lewat cairan semen dan cairan tubuh lainnya seperti darah, ASI dan urin, dan risiko penularan yang paling besar yakni melalui air liur.
    Ibu hamil perlu lebih berhati-hati ya. Infeksi CMV yang terjadi saat hamil bisa berbahaya karena virus bisa menginfeksi janin melalui plasenta. Ini disebut CMV kongenital, di mana bayi bisa terlahir dengan cacat bawaan dan gangguan kesehatan lainnya.

  4. Gonorrhea
    Dulu, gonore dianggap hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual, dan tidak menular melalui air liur saat berciuman. Sebuah studi yang melibatkan 3.677 orang di Australia yang dipublikasi pada 2019 menemukan bahwa gonore oral (di mulut) ditemukan pada mereka yang hanya berciuman, atau berciuman dan berhubungan seks dengan pasangan mereka dalam 3 bulan terakhir.

    Para ahli belum terlalu yakin bagaimana berciuman bisa menularkan gonore. Salah satu dugaan, kuman penyebab gonore (Neisseria gonorrhoeae juga ada dalam saliva. Namun berapa banyak pertukaran saliva yang dibutuhkan untuk bisa menularkan penyakit ini, masih belum diketahui.

Jadi fix ya, beberapa infeksi menular seksual bisa menular lewat ciuman. Risiko penularan lewat ciuman memang sulit dihindari, karena hampir tidak ada alat yang bisa digunakan sebagai ‘pengaman’. Namun paling tidak, kamu bisa melindungi diri dan pasangan melalui hubungan seks oral maupun genital dengan memakai kondom.

Baca Juga: Cegah Infeksi Menular Seksual dengan Kondom

Ada banyak pilihan kondom untuk mencegah infeksi menular seksual, tanpa mengurangi kenikmatan. Misalnya Sutra, Fiesta, atau Supreme dari Andalan. Kamu juga bisa lho berkonsultasi seputar kesehatan organ genital ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Awas, Infeksi Menular Seksual Sifilis si Raja Singa Masih Mengintai

Jangan kira infeksi menular seksual sifilis sudah punah. Penyakit ini mulai bangkit lagi. Kenali gejalanya, jangan sampai terlambat diobati.

Sudah nonton Capone? Pasti paham betul bagaimana infeksi menular seksual sifilis yang diderita Al Capone menggerogoti otak dan tubuh gangster Amerika paling terkenal dalam sejarah itu. Pada masa itu memang penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum ini menjadi salah satu pembunuh utama di Amerika Serikat.

Baca Juga: Penyakit Infeksi Menular Seksual yang Disebabkan Seks Anal

Jangan salah. Penyakit ‘raja singa’ belum punah lho. Sejak ditemukannya antibiotik penisilin pada 1943, angka sifilis memang menurun drastis, bahkan di akhir 1990 dianggap hampir punah. Namun belakangan ini terjadi peningkatan lagi. Tidak cuma di Indonesia, tapi juga di banyak negara.

Empat Stadium Sifilis, Yuk Kenali Gejalanya

Infeksi menular seksual sifilis disebut juga sebagai the great imitator. Sebabnya, pada stadium sekunder, sifilis menimbulkan gejala yang berbeda-beda.

  1. Stadium primer
    Pada stadium 1 (primer) yaitu ketika kuman pertama kali masuk, tidak nampak gejala sama. Hanya ada luka pada tempat si kuman masuk. Bisa di penis, vagina, anus, atau mulut, organ yang dipakai beraktivitas seksual. Uniknya luka ini tidak sakit, dan tidak bernanah. Akibatnya penderita jarang menyadarinya, sehingga tetap beraktivitas seksual seperti biasa. Inilah yang gawat karena pada stadium ini penyakit sangat menular, bahkan bisa menular hanya dengan satu kali hubungan seksual.

    Luka pada sifilis primer akan hilang sendiri, meski tidak diobati. Selanjutnya masuklah ke stadium sekunder.

  2. Stadium sekunder
    Pada stadium ini mulai muncul kelainan pada kulit. Bentuknya bermacam-macam, dan bisa mirip dengan penyakit kulit lain. Ada yang seperti psoriasis, ada yang seperti kutil, sariawan, kebotakan, atau bercak merah bulat yang biasanya muncul pada telapak tangan dan kaki.

    Stadium sekunder juga sangat menular. Terutama yang bercak merah di telapak tangan; kontak langsung bisa menjadi cara penularan. Untungnya bakteri T. pallidum tidak bertahan lama di permukaan benda, sehingga tidak terjadi penularan lewat benda-benda yang disentuh penderita.

  3. Stadium laten
    Masuk ke stadium laten dini, sifilis tidak menimbulkan gejala apapun. Gejala-gejala pada stadium sekunder bisa hilang sendiri tanpa diobati. Setelah dua tahun, penyakit disebut laten lanjut, yang muncul pada stadium tersier.

  4. Stadium tersier
    Stadium tersier adalah stadium akhir, dan yang paling berat. Pada stadium ini, infeksi dan peradangan telah menyerang saraf pusat dan sistem jantung pembuluh darah. Bisa pula mengenai mata hingga menyebabkan kebutaan. Bila mengenai saraf (neurosifilis), penyakit bisa muncul sebagai meningitis, stroke, pikun, atau gangguan mental, seperti yang dialami Al Capone. Ketika meninggal di usia 48 tahun, kondisi mental Al Capone setara dengan anak 12 tahun.

Pengobatan Infeksi Menular Seksual Sifilis

Sifilis bisa diobati dengan suntikan penisilin. Angka kesembuhannya 100% lho, asal penyakit cepat diobati. Suntikan dilakukan di bokong. Bila masih stadium awal, cukup sekali suntik penyakit sudah sembuh. Namun bila sudah lanjut, perlu dilakukan 3x, dengan jarak antar suntikan tepat 7 hari. Kalau sampai terlewat, pengobatan diulang dari awal.

Sayangnya, bila penyakit sudah sangat lanjut, tidak bisa lagi disembuhkan. Bila kerusakan organ sudah berat, kemungkinan tidak bisa pulih seperti semula.

Tentu yang terbaik adalah mencegahnya dari awal. Seperti infeksi menular seksual lainnya, risiko penularan sifilis bisa diminimalkan dengan kondom. Namun pada penderita sifilis, disarankan tidak berhubungan seksual dulu selama 2 tahun pertama, sekalipun pengobatan sudah selesai, dan gejala tidak ada lagi.

Baca Juga: Waspada Infeksi Menular Seksual di Era Aplikasi Kencan Online

Ada banyak pilihan kondom untuk mencegah infeksi menular seksual, tanpa mengurangi kenikmatan. Misalnya Sutra, Fiesta, atau Supreme dari Andalan. Kamu juga bisa lho berkonsultasi seputar kesehatan organ genital ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Waspadai Infeksi Menular Seksual Herpes Genital, Sekali Kena Mendekam Seumur Hidup di Tubuh

Jangan lengah, infeksi menular seksual herpes genital bisa tetap menular meski tidak ada gejala apapun.

Infeksi menular seksual herpes genital adalah momok yang sangat menakutkan. Bagaimana tidak. Sekali kita kena, virus penyebabnya tidak akan pernah hilang dari tubuh. dia bersembunyi di saraf, dan bisa bangkit sewaktu-waktu. Belum lagi stigma yang ditimbulkan penyakit ini.

Baca Juga: Penting Diketahui, Ini Cara Terbaik Mencegah Infeksi Menular Seksual

Herpes genital atau herpes kelamin disebabkan oleh virus Herpes simplex (HSV). Ada dua tipe HSV: tipe 1 yang biasa mengenai area bibir dan menimbulkan lenting-lenting seperti sariawan yang hilang timbul, dan tipe 2 yang umumnya menyerang daerah pinggang ke bawah, termasuk area genital. Meski sekarang, HSV tipe 1 juga kerap ditemui di area genital dan sebaliknya HSV tipe 2 di area mulut, karena makin umumnya praktik seks oral.

Hubungan seks memang merupakan faktor risiko utama penularan herpes simpleks, baik HSV 1 maupun 2. Seperti halnya gonore, penularan herpes genital harus dengan kontak langsung selaput lendir ke selaput lendir. Jadi jangan khawatir, kamu tidak akan terkena infeksi menular seksual herpes genital melalui toilet, atau memakai pakaian penderita herpes genital.

Infeksi Menular Seksual Herpes Genital Belum Ada Obatnya

Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa mematikan virus HSV. Obat-obat yang ada ‘hanya’ berfungsi untuk mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan, dan menjarangkan kekambuhan. Sekali kita terkena herpes genital, virus akan mendekam seumur hidup di tubuh, tidak pernah hilang.

Ketika pertama kali masuk ke tubuh, HSV akan beredar dalam sirkulasi darah. Saat inilah biasanya muncul gejala. Bisa timbul lenting-lenting di area genital yang sangat nyeri, hingga berjalan pun susah. Kadang, lesi herpes genital tidak tipikal. Bisa hanya tampak seperti bercak merah, atau luka memanjang yang berulang. Pada fase awal ini, dokter akan memberi obat untuk mengurangi jumlah virus, sehingga bisa mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.

Setelah itu, virus akan bersembunyi di saraf, dan tidak menimbulkan gejala apa-apa (asimtomatik). Namun jangan salah. Meski tidak bergejala, virus tetap dilepaskan di area genital. Ini yang sering disalahpahami. Karena tidak sakit, orang merasa aman dan menganggap tidak akan menulari pasangan dengan penyakitnya. Padahal justru penularan paling sering terjadi saat tidak ada gejala. Ya, karena orang lengah sehingga tidak melakukan hubungan seks dengan aman.

Herpes simpleks sering kambuh dalam 1-2 tahun pertama, terutama yang tipe 2 (herpes genital). Pemicu kekambuhan antara lain stres, kecapekan, daya tahan tubuh menurun, dan menstruasi pada perempuan.

Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati

Infeksi menular seksual herpes genital tak hanya menimbulkan nyeri dan stigma, tapi juga membutuhkan biaya besar. Itu pun tetap tidak bisa sembuh. Untuk terapi supresi misalnya, obat harus diminum setiap hari selama 1 tahun penuh. Belum lagi pemeriksaan lab yang biayanya cukup besar.

Melakukan hubungan seks yang aman adalah salah satu cara mencegah penularan HSV. Sangat disarankan memakai kondom, sekalipun kamu berhubungan dengan pasangan yang sah, dan masing-masing setia dengan pasangannya. Apalagi pada hubungan seksual yang berisiko. Condom is a must! Meski tetap ada risiko penularan, karena ada bagian yang tidak tertutup kondom. Ada baiknya juga memakai kondom saat melakukan seks oral.

Baca Juga: Kok Perempuan Lebih Rentan Alami Infeksi Menular Seksual? Ini Alasannya

Berbagai pilihan kondom dari Andalan bisa membantu mencegah penularan infeksi menular seksual herpes genital. Kamu bisa memilih Sutra, Fiesta, atau Supreme sesuai selera dan kenyamanan. Kamu juga bisa lho berkonsultasi seputar kesehatan organ genital ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Yuk, Pahami Cara Penularan Infeksi Menular Seksual Gonore

Infeksi menular seksual gonore ditularkan melalui kontak seksual langsung. Baik melalui penetrasi penis ke vagina, oral seks, dan anal seks.

Buat kalian pecinta Ikatan Cinta, pasti masih ingat ketika Elsa tertular gonore dari Ricky. Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Tahukah kamu, penyakit ini termasuk salah satu masalah kesehatan utama di dunia, karena menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Duh, seram ya. Penting nih mengetahui bagaimana penularan infeksi menular seksual gonore. Apalagi, gonore tidak selalu menimbulkan gejala. Bisa saja seseorang gonore tanpa menyadarinya.

Baca Juga: Infeksi Menular Seksual Bikin Sulit Hamil

Biasanya, gonore hanya menimbulkan gejala pada laki-laki, berupa nanah yang keluar dari penis. Penyebabnya, gonore menyerang selaput lendir saluran kemih (uretra). Nah pada laki-laki, uretra cukup panjang, merentang dari kandung kemih hingga ujung penis. Nanah yang dihasilkan infeksi pun banyak, hingga keluar dari penis. Saat buang air kecil terasa sakit karena uretra mampet akibat nanah. Selain itu, ujung penis tampak merah dan bengkak.

Pada perempuan, seringnya tidak bergejala. Uretra pada perempuan pendek, sehingga nanah yang dihasilkan sangat sedikit atau hampir tidak ada. Ini yang membuat infeksi menular seksual gonore pada perempuan sering tidak terdeteksi. Diam-diam penyakit meluas hingga menjalar ke bagian lain dari organ genital. Yang dikhawatirkan bila infeksi mengenai saluran telur dan organ-organ panggul, hingga mengganggu kesuburan.

Cara Penularan Infeksi Menular Seksual Gonore

Infeksi menular seksual gonore sangat mudah menular. Yaitu melalui kontak seksual langsung, baik secara genital-genital, oro-genital, maupun ano-genital. Dengan kata lain, gonore menular tidak hanya melalui hubungan seksual yang melibatkan penetrasi penis ke vagina, tapi juga seks oral, dan seks anal. Masa inkubasi hingga akhirnya timbul gejala berkisar antara 2-5 hari.

Mengapa penyakit ini bisa mengenai organ genital, mulut, dan anus? Jawabannya sederhana: karena bakteri Neisseria gonorrhoeae menyerang selaput lendir (mukosa). Kebetulan, ketiga organ tadi memiliki lapisan mukosa.

Di sisi lain, kamu tak perlu takut tertular infeksi menular seksual gonore bila kulit tangan, kaki, dan bagian tubuh lain terkena nanah penderita gonore, karena bakteri penyebab gonore tidak bisa menempel pada kulit yang dilapisi keratin (zat tanduk).

Gonore juga tidak akan menular melalui handuk, sprei, dan lain-lain. Kuman ini tidak tahan lama di udara bebas, udara kering, dan suhu >39oC. Jadi jangan khawatir seandainya nanah penderita gonore mengenai benda-benda milikmu. Kumannya akan segera mati sendiri. Bila kamu masih khawatir, cuci saja sprei/handuk tersebut dengan air panas.

Bila kamu atau pasanganmu kena infeksi menular gonore, bicarakanlah secara terbuka. Pasti menyakitkan, tapi ini penting dilakukan karena kalian berdua harus segera berobat ke dokter. Perlu berobat sama-sama ya, agar penyakitnya sama-sama tuntas, dan tidak ada infeksi berulang.

Jangan melakukan pengobatan sendiri ya. Memang kamu bisa membeli sendiri obat gonore di toko obat (bukan apotek) tanpa resep. Namun kamu perlu tahu, obat gonore adalah antibiotik. Pemakaian antibiotik yang tidak sesuai dosis dan aturan akan menimbulkan resistansi. Artinya, kuman tidak lagi mempan terhadap antibiotik tersebut. Pastinya kamu tidak mau kan gonore jadi berlarut-larut hanya karena minum obat tanpa aturan. Padahal bila diobati dengan benar, gonore bisa sembuh total dan tuntas, dan tidak muncul lagi.

Selama pengobatan, pakailah kondom untuk mencegah terjadinya infeksi ulang. pakailah kondom bahkan saat melakukan seks oral. Sekarang sudah banyak sekali pilihan kondom yang bisa kamu sesuaikan dengan seleramu. Ada Sutra, Fiesta, hingga kondom premium Supreme dari Andalan.

Baca Juga: Cegah Infeksi Menular Seksual dengan Kondom

Malu berkonsultasi ke dokter soal infeksi menular gonore? Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.