Menstruasi Tidak Teratur Pasca Terjangkit COVID-19, Apakah Normal?

Meski telah sembuh dari COVID-19, tubuh terkadang tidak langsung kembali seperti kondisi semula. Sebanyak 51,3% penyintas COVID-19 masih merasa mudah lelah rata-rata 2 bulan setelah pertama kali terkena gejala (Carfi, Bernabei & Landi, 2020). Bagi sejumlah orang, siklus menstruasi juga terpengaruh walaupun badan sudah pulih. Masalah menstruasi tidak teratur ini tentunya bisa menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi perempuan. Apakah perubahan pola menstruasi pasca terjangkit COVID-19 merupakan sesuatu yang normal?

COVID-19 merupakan penyakit yang bisa mempengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk organ-organ reproduksi. Baik indung telur, rahim, maupun vagina bisa turut terkena dampak negatif dari COVID-19, khususnya melalui kehadiran enzim yang disebut dengan ACE 2. Efeknya bisa berupa ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron yang memicu gangguan kesuburan serta gangguan menstruasi (Jing, Yan, Run-Qian, et al., 2020; Sharp, Fraser, Sawyer, et al., 2021). Jadi, menstruasi tidak teratur bisa saja terjadi akibat COVID-19.

Baca Juga: Menoragia atau Menstruasi Lama, Apakah Berbahaya?

Masalah menstruasi tidak teratur yang dialami perempuan dengan COVID-19 berbeda-beda. Sebanyak 28% perempuan yang terinfeksi COVID-19 mengalami perubahan siklus menstruasi, sementara 25% mengalami perubahan volume menstruasi (Li, Chen, Hou, et al., 2021). Pada perempuan yang menderita COVID-19, mayoritas siklus menstruasinya cenderung menjadi lebih panjang, bahkan bisa lebih dari 37 hari dalam kasus-kasus COVID-19 yang tergolong parah (Li et al., 2021). Durasi menstruasi juga bisa mengalami perubahan. Sebanyak 1 dari setiap 5 perempuan yang mengalami COVID-19 merasakan durasi menstruasi seminggu lebih panjang daripada biasanya, walaupun ada juga sebagian kecil perempuan yang durasi menstruasinya justru memendek. Sementara itu, dari segi volume menstruasi, temuan penelitian bervariasi. Ada sejumlah perempuan yang volume menstruasinya jadi lebih banyak akibat COVID-19, ada juga yang malah berkurang (Li, Chen, Hou, et al., 2021; Davis et al., 2020).

Pertanyaannya, bagaimana jika menstruasi tidak teratur meskipun sudah sembuh dari COVID-19? Hal ini bisa saja terjadi dan merupakan hal yang normal. Pasalnya, siklus menstruasi juga bisa dipengaruhi oleh stres psikologis, pertambahan atau penurunan berat badan yang drastis, serta derajat keparahan dari penyakit COVID-19 yang sudah dilalui (Sharp, Fraser, Sawyer, et al., 2021). COVID-19 bisa saja memicu stres dan mengubah pola makan, sehingga hormon pun jadi kurang seimbang. Tubuh mungkin butuh waktu lebih lama untuk kembali menyesuaikan kondisi hormon.

Meskipun demikian, perempuan penyintas COVID-19 tetap disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi pasca pemulihan (Jing, Yan, Run-Qian, et al., 2020). Dengan begitu, bila memang ada masalah, dokter bisa segera membantu memberikan penanganan yang tepat. Tak hanya bagi perempuan penyintas COVID-19, pemeriksaan kesehatan reproduksi juga bisa dilakukan oleh siapapun yang mengalami masalah menstruasi tidak teratur di tengah pandemi.

Baca Juga: Bikin Enggak Nyaman, Ini Penyebab Diare Saat Menstruasi!

Demikianlah penjelasan singkat mengenai menstruasi tidak teratur pasca terjangkit COVID-19. Kesimpulannya, walaupun hal ini merupakan sesuatu yang wajar di tengah berbagai kondisi di masa pandemi yang mungkin memicu perubahan hormon, tetap tidak ada salahnya berkonsultasi dengan para pakar di bidang kesehatan reproduksi. Selain itu, kalau kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu juga bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Menstruasi Tidak Teratur, Bisakah Diatasi dengan Minum Soda?

Di Indonesia, ada kepercayaan bahwa mengkonsumsi soda bisa membantu memperlancar menstruasi. Jika si ‘tamu bulanan’ belum datang-datang juga, kabarnya minum soda dapat mempercepat kehadirannya. Minum soda juga diyakini bisa membuat durasi menstruasi semakin singkat. Pertanyaannya, betulkah soda bisa menjadi solusi saat menstruasi tidak teratur? Berikut pembahasannya dari segi sains.

Baca Juga: Tiga Penyebab Menstruasi Tidak Teratur Setelah Melahirkan

Menurut penelitian, konsumsi soda memang memiliki dampak terhadap menstruasi. Akan tetapi, dampaknya bukan mempercepat tanggal haid seperti yang banyak diyakini oleh orang-orang. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Mueller, Jacobs, et al. (2015), konsumsi soda dengan pemanis buatan bisa mempercepat menarche, yaitu kemunculan menstruasi untuk yang pertama kalinya dalam hidup anak atau remaja perempuan. Hasil penelitian yang serupa juga ditemukan pada anak perempuan yang mengonsumsi soda berkandungan gula alami (Carwile, Willet, et al., 2015). Faktor yang berperan sebetulnya adalah kandungan gula yang mempengaruhi metabolisme tubuh, bukan soda itu sendiri. Jadi, yang terpengaruh karena minum soda itu usia pertama menstruasi, sementara itu tanggal menstruasi bulanan tidak terpengaruh.

Bagaimana dengan durasi menstruasi? Alih-alih mempersingkat, sebuah penelitian yang dilakukan di Nigeria justru menemukan bahwa 51,53% perempuan yang mengonsumsi soda cenderung memiliki durasi menstruasi yang lebih panjang dan volume menstruasi yang lebih berat (Adienbo, Hart & Ajah, 2015). Akan tetapi, siklus menstruasi mereka tidak terpengaruh. Oleh karena itu, sayangnya minuman bersoda tetap tidak bisa digunakan untuk membuat menstruasi muncul bila dari awal siklus menstruasi tidak teratur. Sorry, ladies!

Nah, bertolak belakang dengan anggapan orang banyak, minum soda justru berkaitan dengan dampak negatif terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Salah satunya, perempuan yang minum soda ketika menstruasi cenderung memiliki mood yang kurang baik bila dibandingkan dengan perempuan yang tidak minum soda sama sekali (Bu, Lai, Deng, et al., 2019). Selain itu, berdasarkan hasil yang diperoleh dari sebuah penelitian jangka panjang, konsumsi minuman bersoda secara umum juga menurunkan kemungkinan untuk mencapai kehamilan dengan lebih cepat (Hatch, Wise, Mikkelsen, et al., 2012). Duh, jadi berpikir dua kali, ya, sebelum minum soda?

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan bila siklus menstruasi tidak teratur? Solusi yang paling tepat adalah berkonsultasi dengan dokter. Ada banyak kemungkinan penyebab mengapa menstruasi tidak teratur, mulai dari perubahan hormonal, pola makan (Akhila, Shaik, & Kumar, 2020), pola olahraga (Machmudah et al., 2017), pola tidur dan stres (Lim, Kim, Lee, et al., 2018). Dengan berkonsultasi pada dokter, kamu bisa mencari tahu kira-kira apa yang menyebabkan masalah ketidakteraturan siklus menstruasi serta bagaimana cara yang terbaik untuk mengatasinya. Bila ternyata ada gangguan kesehatan reproduksi tertentu seperti Polycystic ovarian syndrome (PCOS), radang panggul, atau sejenisnya yang membuat menstruasi jadi tidak teratur, dokter bisa segera memberikan penanganan. Bila kamu merasa takut untuk memeriksakan diri ke dokter, mintalah bantuan pasangan, keluarga, atau teman untuk ikut menemani kamu ke rumah sakit.

Baca Juga: Menstruasi Tidak Teratur Pasti Menandakan Kemandulan, Betulkah?

Begitulah penjelasan singkat mengenai dampak minum soda terhadap menstruasi. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai masalah menstruasi tidak teratur, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Menstruasi Tidak Teratur Pasti Menandakan Kemandulan, Betulkah?

Sejak dulu, menstruasi kerap kali dikaitkan sebagai simbol dari kesuburan perempuan. Anggapannya, bila menstruasi tidak teratur, pasti ada masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di dalam tubuh. Bahkan, perempuan yang jarang menstruasi sering dianggap mandul. Pertanyaannya, betulkah persepsi ini?

Baca Juga: Penyebab Menstruasi Terlambat Selain Hamil

Hampir setiap bulan, tubuh perempuan mempersiapkan diri untuk menghadapi kehamilan. Sebuah sel telur dilepas, kemudian sel telur tersebut menunggu dibuahi. Dinding rahim pun menebal, mempersiapkan tempat bagi sel telur untuk menempel apabila ia jadi dibuahi oleh sperma. Nah, jika sel telur tidak dibuahi, dinding rahim yang sudah menebal akan luruh kembali dan harus dikeluarkan. Luruhan dinding rahim beserta dengan darah keluar dari rahim melalui serviks hingga ke vagina. Inilah proses yang disebut dengan menstruasi. Meski sering disebut sebagai ‘datang bulan’ di Bahasa Indonesia, siklus menstruasi perempuan sebetulnya berbeda-beda. Selama terjadinya masih teratur setiap 21-45 hari sekali, siklus menstruasi masih dianggap normal (Dweck & Westen, 2017).

Ada juga yang disebut dengan spotting. Spotting alias keluarnya bercak darah di luar jadwal menstruasi bisa saja merupakan sesuatu yang normal. Sekitar 4,8% orang mengalami spotting bercak darah sedikit ketika ovulasi, yakni saat tubuh melepas sel telur di hari paling subur (Hill, 2019). Seseorang bisa saja mengalami spotting, tetapi siklus menstruasinya tetap teratur.

Apabila menstruasi tidak teratur, belum tentu berarti seseorang mandul. Ada banyak hal-hal yang sebetulnya bukan gangguan kesuburan, tapi bisa saja menyebabkan ketidakteraturan menstruasi, misalnya:

  • Perubahan hormonal di masa remaja (Dweck & Westen, 2017)

  • Perubahan pola makan (Akhila, Shaik & Kumar, 2020)

  • Kurang tidur (Nam, Han & Lee, 2017)

  • Stres (Lim, Kim, Lee, et al., 2018)

  • Perubahan hormonal menjelang menopause (Dweck & Westen, 2017)

Di sisi lain, kadang-kadang menstruasi tidak teratur betul-betul terjadi karena masalah kesuburan. Gangguan pada rahim seperti polip, fibroid, atau tumor dapat membuat menstruasi jadi sangat berat dan panjang durasinya (Walker, Coffey & Borger, 2021). Misalnya, jika biasanya 3-5 hari selesai, tahu-tahu kali ini menstruasi terus-menerus selama 2 minggu. Gejala-gejala seperti ini tak boleh dianggap remeh. Segera konsultasikan pada dokter agar bisa dicari penyebab dan solusinya.

Terkadang masalahnya bukan pada fisik rahim itu sendiri, namun pada hormon. Gangguan hormonal seperti polycystic ovarian syndrome (PCOS) bisa memicu amenorrhea, yaitu kondisi di mana seseorang tidak mengalami menstruasi selama lebih dari 3 bulan (Dweck & Westen, 2017). PCOS bisa mempersulit kemungkinan mencapai kehamilan, namun bukan berarti tidak bisa. Dengan pengobatan dan pola hidup sehat yang tepat, orang dengan PCOS dapat meningkatkan kesuksesan program hamilnya (Artini, Obino, et al., 2017).

Salah satu yang bisa dilakukan untuk memperbaiki siklus menstruasi adalah dengan meminum Pil KB yang memiliki kandungan estrogen seperti Pil KB Andalan FE atau Pil KB Elzsa. Pil KB dapat membantu untuk memperbaiki siklus menstruasi menjadi lebih regular karena pil KB bekerja dengan meregulasi hormon di dalam tubuh. Manfaat pil KB kombinasi bagi penderita PCOS dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pun sudah didukung oleh penelitian (Podfigurna, Meczekalski,et al., 2019).

Baca Juga: Menstruasi Tidak Normal, Salah Satu Indikator Masalah Kesehatan

Kuncinya, bila menstruasi yang kamu alami berlebihan volumenya, sangat panjang durasinya, terlalu sering terjadi, atau jarang terjadi, dan gejala-gejala tadi muncul bukan karena perubahan pola hidup, langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter. Menstruasi tidak teratur belum tentu menandakan kemandulan, namun untuk berjaga-jaga lebih baik memeriksakan diri. Bila kamu masih bingung atau memiliki pertanyaan terkait topik ini, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Tiga Penyebab Menstruasi Tidak Teratur Setelah Melahirkan

Bagi perempuan, pengalaman melahirkan mengubah banyak hal. Salah satunya adalah siklus menstruasi. Sehabis persalinan, biasanya ada jeda waktu sebelum menstruasi muncul kembali. Setelah menstruasi muncul kembali pun, terkadang menstruasi tidak teratur. Yang tadinya bisa diprediksi, sekarang tak bisa ditebak kapan datangnya. Hal ini seringkali membuat banyak perempuan jadi merasa khawatir. Padahal, ini merupakan sesuatu yang normal dan bisa dipicu oleh berbagai macam faktor. Berikut beberapa di antaranya.

Baca Juga: Penyebab Menstruasi Terlambat Selain Hamil

  • Kondisi hormonal
    Pasca melahirkan, salah satu hormon yang banyak berperan dalam tubuh perempuan adalah hormon prolaktin. Kadar hormon prolaktin yang tinggi dibutuhkan untuk produksi ASI. Jadi, ibu bisa menyusui anaknya dengan lancar. Akan tetapi, tingginya kadar hormon prolaktin juga bisa mempengaruhi siklus menstruasi dan membuat menstruasi jadi jarang terjadi atau bahkan tidak terjadi sama sekali (Al-Chalabi, Bass, & Alsalman, 2018). Hal ini merupakan sesuatu yang lumrah dan tak perlu dikhawatirkan. Seiring dengan berjalannya waktu dan frekuensi menyusui anak pelan-pelan berkurang, siklus menstruasi biasanya akan membaik dengan sendirinya. Pada akhirnya, ingatlah bahwa tubuh butuh waktu untuk beradaptasi.

  • Pola tidur yang kurang ideal
    Menjadi orangtua baru memang penuh tantangan. Jika tadinya kamu bisa tidur 8 jam sehari, begitu bayi lahir, rasanya tidur 4-5 jam saja sulit sekali dicapai. Apalagi, bila si Kecil menangis sambil menjerit-jerit sekuat tenaga di pukul 3 pagi. Kurang tidur bisa membuat menstruasi tidak teratur (Lim, Kim, Lee, et al., 2018). Tubuh juga lebih rentan terhadap penyakit ketika kurang beristirahat. Akan tetapi, bukan berarti orangtua harus pasrah menerima nasib tanpa ada yang bisa dilakukan. Dibutuhkan strategi pembagian tanggung jawab yang baik di rumah terkait pengurusan anak dan manajemen rumah tangga, agar ibu tidak kewalahan dan bisa beristirahat. Idealnya, suami dan anggota keluarga lainnya turut berperan dan saling membantu. Bila hal ini tidak memungkinkan, kamu dan pasanganmu juga bisa mempertimbangkan menggunakan jasa babysitter.

  • Tingkat stres yang tinggi
    Perempuan yang baru memiliki anak seringkali harus memegang beberapa peran sekaligus. Selain menjadi seorang ibu, ia juga merupakan seorang istri yang punya berbagai tanggung jawab lain. Belum lagi jika ia juga sedang bekerja atau sedang menempuh pendidikan tinggi. Siapapun bisa menjadi lebih rentan terhadap stres ketika menghadapi situasi seperti ini. Faktanya, stres bisa membuat siklus menstruasi tidak teratur (Huhmann, 2020). Menjadwalkan waktu untuk diri sendiri alias ‘me-time’, mempraktekkan strategi relaksasi, dan menceritakan masalah yang dialami dengan pasangan atau orang-orang terdekat yang bisa dipercaya dapat membantu meringankan tekanan yang dialami para ibu. Bila beban yang dipikul sudah terlalu berat, kamu mungkin membutuhkan dukungan dari psikolog.

Baca Juga: Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Di luar dari 3 penyebab di atas, ada banyak lagi hal yang bisa membuat menstruasi tidak teratur pasca melahirkan. Ada kalanya juga ketidakteraturan menstruasi dapat menandakan masalah kesehatan reproduksi. Kalau kamu khawatir, nggak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter atau bidan. Ajaklah pasangan untuk ikut menemani. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Cara Menghitung Masa Subur untuk Kamu yang Nggak Suka Hitung-hitungan

Meskipun sudah bertahun-tahun hidup dengan siklus menstruasi, masih banyak perempuan yang belum memahami masa subur masing-masing. Padahal, mengetahui cara menghitung masa subur penting sekali untuk mendapatkan informasi yang tepat ketika sedang merencanakan kehamilan, baik ketika ingin segera melanjutkan keturunan maupun ketika ingin menundanya. Soalnya, dengan informasi ini kamu bisa menentukan masa terbaik untuk berhubungan seks.

Baca Juga: Proses Terjadinya Menstruasi Melewati 4 Tahapan Berikut Lho!

Salah satu cara menghitung masa subur yang banyak dibahas adalah metode kalender kesuburan. Metode kalender merupakan metode yang efektif untuk memprediksi masa subur (Scherwitzl, Hirschberg, dan Scherwitzl, 2015). Akan tetapi, tekniknya lumayan membutuhkan ketelatenan. Soalnya, untuk memakai cara ini, kamu harus mencatat pengalaman menstruasi selama beberapa bulan: tanggal berapa mulai menstruasi, tanggal berapa selesainya, serta berapa hari jarak sejak mulai menstruasi hingga mengalami menstruasi lagi di siklus berikutnya. Dari data ini, nantinya kamu akan menemukan pola panjangnya durasi siklus menstruasi, sehingga kamu bisa memprediksi kapan akan menstruasi lagi. Berdasarkan tanggal prediksi hari pertama menstruasi yang akan datang, kamu harus menghitung mundur 14 hari untuk menemukan tanggal ovulasi, yaitu tanggal ketika sel telur dilepas dari indungnya dan tubuh sedang dalam puncak kesuburan. Nah, masa subur perempuan dimulai sejak 5 hari sebelum ovulasi hingga 1 hari setelahnya (Jensen & Stewart, 2015).

Ribet? Lumayan! Apalagi, kalau kamu termasuk perempuan yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Melahirkan, menyusui, atau konsumsi obat-obatan tertentu yang mempengaruhi hormon bisa mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi (Hill, 2019). Begitu juga dengan stress, pola tidur, pola makan, dan pola olahraga (Lim, Kim, et al., 2018). Di tengah situasi pandemi seperti sekarang ini, pola aktivitas dalam kehidupan kita banyak sekali yang mengalami perubahan. Tak mengherankan jika siklus menstruasi juga ikut terpengaruh. Lah, kalau angka-angkanya sudah amburadul begini, gimana menghitungnya? Pusing, kan?

Lantas bagaimana solusinya biar nggak perlu ribet hitung-hitungan? Alternatif yang lebih mudah dan praktis adalah dengan menggunakan alat tes ovulasi. Alat tes ovulasi bekerja dengan mendeteksi kadar hormon LH (Luteinizing Hormone) di dalam urin perempuan. Nah, kadar LH biasanya meningkat menjelang ovulasi (Dweck & Westen, 2017). Bila ingin menggunakan alat tes ovulasi, kamu bisa menggunakan Andalan Ovulation Kit dengan tingkat keakuratan hingga 99,9%.

Pemakaiannya pun mudah sekali, nggak perlu hitung-hitungan! Berikut langkah-langkahnya.

  1. Teteskan urin ke dalam lubang sampel dengan pipet yang disediakan.
  2. Tunggu 3-10 menit hingga hasilnya muncul.
  3. Baca hasil. Jika ada dua garis merah muda yang mirip atau salah satunya lebih gelap, maka kemungkinan besar kamu akan ovulasi 24-48 jam lagi. Lakukan hubungan intim setelah 24 jam namun sebelum 48 jam. Bila ternyata hasilnya hanya satu garis pink saja, berarti tubuh sedang tidak di masa subur.

Baca Juga: Menstruasi Normal Berapa Hari?

Dengan cara menghitung masa subur yang satu ini, kamu nggak perlu lagi pusing memikirkan pola angka-angka dan mencatat segala macam penanggalan, namun kamu tetap bisa mengetahui masa suburmu. Simple banget, kan? Mudah-mudahan informasi ini berguna dan bisa membantumu merencanakan kehamilan dengan mudah, ya! Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Penyebab Menstruasi Terlambat Selain Hamil

Menstruasi terlambat, kerap menjadi sumber kegalauan wanita. Hal ini terutama dirasakan wanita yang takut hamil atau sedang tidak merencanakan kehamilan. Ya, salah satu tanda utama kehamilan adalah menstruasi terlambat. Padahal, selain kehamilan, ada alasan lain di balik terlambatnya menstruasi.

Baca Juga: Lima Problem Menstruasi yang Lazim Terjadi

Menstruasi terlambat normal dialami oleh remaja yang belum lama mendapatkan menstruasi pertama, atau wanita menjelang menstruasi. Di dua periode kehidupan ini, pengaruh hormone yang tidak seimbang menjadi penyebab menstruasi tidak teratur. Saat sudah melewati masa transisi, siklus menstruasi umumnya akan normal dan teratur, atau kemudian berhenti sama sekali pada wanita menopause.

Beberapa Kemungkinan Penyebab Menstruasi Terlambat

Siklus menstruasi yang normal adalah setiap 28 hari. Namun, siklus menstruasi 21-35 hari masih dianggap menstruasi yang sehat. Ketika menstruasi menjadi jarang dan sering terlambat, ada beberapa kemungkinan penyebabnya. Berikut 8 di antaranya:

  1. Stres
    Stres dapat mempengaruhi produksi hormon bahkan mempengaruhi bagian otak yang bertanggung jawab mengatur siklus menstruasi, yakni area hipotalamus. Stres yang sampai memengaruhi siklus menstruasi biasanya stres berat dengan jangka waktu lama.

    Jika menurutmu penyebab menstruasi terlambat adalah stress yang kamu rasakan akhir-akhir ini, cobalah berlatih teknik relaksasi dan lakukan perubahan gaya hidup. Lebih banyak olahraga juga dapat membantu memperbaiki stres dan mengembalikan siklus menstruasi yang normal.

  2. Berat badan turun
    Penurunan berat badan yang drastis, misalnya akibat diet ekstrem, atau gangguan makan, seperti anoreksia nervosa atau bulimia, mungkin dapat menjadi penyebab menstruasi terlambat.

    Menurut teori, berat badan turun 10 persen di bawah kisaran normal sudah dapat mengubah beberapa fungsi tubuh termasuk menghentikan ovulasi. Gangguan makan harus diterapi karena termasuk gangguan mental. Jika kamu ingin diet, sebaiknya dipandu ahli gizi sehingga penurunan berat badan tetap terkendali dan tidak memengaruhi siklus menstruasi.

  3. Obesitas
    Sama seperti turun berat badan, obesitas juga dapat menyebabkan perubahan hormonal dan menjadi salah satu faktor menstruasi kamu menjadi tidak teratur atau sering terlambat.
  4. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
    Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah suatu kondisi yang menyebabkan tubuh seorang wanita memproduksi lebih banyak hormon androgen pria. Kista terbentuk di ovarium sebagai akibat dari ketidakseimbangan hormon ini. Hal ini membuat ovulasi tidak teratur atau menghentikannya sama sekali.

    PCOS juga membuat insulin menjadi tidak seimbang dan memicu resistensi insulin, penyebab diabetes. Segera hubungi dokter jika kamu mengalami semua gejala ini.

  5. Penggunaan kontrasepsi
    Setelah menggunakan metode kontrasepsi hormonal, kamu mungkin mengalami perubahan siklus menstruasi. Pil KB misalnya, mengandung hormon estrogen dan progestin, yang mencegah ovarium melepaskan sel telur. Diperlukan waktu hingga enam bulan agar siklus kembali normal setelah menghentikan pil KB. Jenis kontrasepsi lain yang seperti implan dan suntik juga dapat menyebabkan keterlambatan menstruasi.
  6. Penyakit kronis
    Penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit celiac juga dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Diabetes berkaitan dengan perubahan hormonal, sedangkan penyakit celiac menyebabkan peradangan yang dapat menyebabkan kerusakan pada usus kecil yang dapat mencegah tubuh menyerap nutrisi penting. Ini dapat menyebabkan menstruasi terlambat.
  7. Perimenopause dini
    Kebanyakan wanita mulai menopause antara usia 45 hingga 55 tahun. Wanita yang mengalami gejala menstruasi sering terlambat di usia 40 tahun atau lebih awal dianggap mengalami peri-menopause dini. Ini berarti persediaan sel telur semakin menipis, dan akibatnya akan terjadi haid yang terlambat dan akhirnya berakhirnya haid.
  8. Masalah tiroid
    Kelenjar tiroid yang terlalu aktif atau kurang aktif juga bisa menjadi penyebab menstruasi terlambat bahkan tidaknya menstruasi sama sekali. Tiroid mengatur metabolisme tubuh sehingga kadar hormon juga dapat terpengaruh. Masalah tiroid biasanya dapat diobati dengan obat-obatan. Setelah perawatan, menstruasi kemungkinan akan kembali normal.

Baca Juga: Payudara Sakit saat Menstruasi, Apa yang Mesti Dilakukan?

Jika Kamu mengalami menstruasi terlambat coba sek kedelapan kemungkinan tadi. Jika kamu pengguna kontrasepsi, bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp. DKT memiliki Andalan, metode kontrasepsi wanita yang disesuaikan dengan kebutuhanmu, sehingga tidak mempengaruhi siklus menstruasi.

Tidak Benar Minum Minyak Kelapa Bisa Mempersingkat Menstruasi

Beberapa waktu lalu sempat beredar rumor di internet bahwa makan minyak kelapa dapat mempersingkat menstruasi dan mengurangi pendarahan. Sayangnya, ini hanya sebatas rumor dan bukan fakta sebenarnya.

Minyak kelapa sempat naik daun dan menjadi idola produsen pengobatan alternatif hingga kecantikan. Sejak tahun 1950-an lemak jenuh dianggap sebagai sumber masalah kesehatan dan kegemukan. Muncullah alternatif lemak yang lebih sehat yaitu lemak kelapa murni atau kemudian dikenal dengan virgin coconut oil.

Baca Juga: Dorongan Makan Kompulsif Saat Menstruasi, Ini Penyebabnya

Minyak kelapa ini diklaim dapat menurunkan berat badan hingga meningkatkan fungsi otak dan kesehatan jantung. Minyak nabati ini dianggap sebagai makanan super yang sesungguhnya. Faktanya, beberapa khasiatnya yang diklaim hanya sebatas hype daripada berbasis bukti ilmiah.

Minyak Kelapa Bisa Memperpendek Menstruasi?

Salah satu manfaat kesehatan yang beredar di media sosial adalah minyak kelapa dapat membantu wanita memperpendek menstruasi, atau agar menstruasi cepat selesai.

Dikatakan bahwa asam lemak esensial dan antioksidan yang terkandung dalam minyak kelapa dapat mengatur siklus menstruasi termasuk cepat menghentikan pendarahan.

Apakah siklus menstruasi dapat dipersingkat? Siklus menstruasi wanita merupakan sebuah proses interaksi kompleks antara berbagai hormon yang diproduksi oleh ovarium dan otak. Banyak faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi, mulai dari perubahan hormon, diet, atau kondisi medis dan pengobatan tertentu.

Tidak pernah disebutkan bahwa makan minyak kelapa dapat mengurangi atau memperpendek perdarahan menstruasi. Satu-satunya klaim yang sudah dibuktikan melalui penelitian adalah, lemak nabati dan kacang-kacangan atau disebut asam lemak tak jenuh ganda memang dapat meredakan gejala sindrom pramenstruasi (PMS) seperti depresi dan kelelahan.

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Siklus menstruasi

Aliran darah menstruasi yang lebih deras dapat terjadi karena sejumlah alasan, termasuk penggunaan kontrasepsi hormonal, kadar hormon, dan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti masalah tiroid, endometriosis, sindrom ovarium polikistik, fibroid rahim, dan bahkan kanker ginekologi tertentu.

Aliran darah yang lebih berat juga terjadi karena usia. Anak perempuan yang baru saja mulai menstruasi umumnya belum berovulasi secara teratur, sehingga darah menstruasi cenderung sedikit dan masa menstruasi lebih singkat.

Sedangkan wanita yang mendekati akhir masa reproduksi mereka dianggap lebih mungkin mengalami lebih banyak pendarahan.

Siklus menstruasi yang tidak teratur adalah salah satu masalah ginekologi yang paling umum. Ada banyak kemungkinan penyebab siklus menstruasi yang terganggu, berikut di antaranya:

Stres

Ketika kamu stres, siklus menstruasi dapat terganggu. Stres menyebabkan pelepasan kortisol (hormon stres) yang dapat memicu perubahan hormon secara keseluruhan yang mengganggu menstruasi.

Obat-obatan atau kontrasepsi

Meskipun tidak berhubungan langsung dengan sistem reproduksi, obat-obatan dan metode kontrasepsi dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur. Obat antidepresan, pengencer darah, dan steroid adalah contoh obat yang dapat mempengaruhi hormon dan mengganggu siklus menstruasi.

Alat kontrasepsi seperti IUD juga dapat menyebabkan ketidakteraturan siklus atau membuat darah menstruasi lebih banyak.

Gangguan ovulasi

Gangguan ovulasi atau pola ovulasi yang tidak teratur akan mengganggu siklus menstruasi. Ovulasi adalah faktor kunci dan salah satu fase dalam siklus menstruasi, sehingga jika tidak terjadi ovulasi, otomatis siklus menstruasi pun terganggu.

Polip atau fibroid rahim

Polip adalah pertumbuhan di rahim yang biasanya jinak, artinya bukan kanker. Polip di rahim dapat menyebabkan menstruasi yang lama atau bercak diantara siklus menstruasi.

Fibroid juga biasanya merupakan pertumbuhan jinak di rahim yang dapat menyebabkan pendarahan menstruasi yang berat dan lebih lama dari biasanya.

Baca Juga: Lima Problem Menstruasi yang Lazim Terjadi

Jika Kamu mengalami gangguan menstruasi, jangan mengobati sendiri, apalagi hanya berbekal informasi di internet. Lebih baik Kamu berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Kapan Kembali Menstruasi Setelah Melahirkan?

Menstruasi berhubungan dengan kesuburan, kehamilan, dan bahkan menyusui. Tidak menstruasi adalah salah satu tanda awal kehamilan. Saat kamu hamil, hormon dalam tubuh akan mencegah terjadinya menstruasi.

Kemudian, jika kamu memutuskan untuk menyusui, menstruasi Mungkin akan berhenti selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih lama lagi. Jadi, kapan kamu harus bersiap menstruasi kembali lagi dan apakah menstruasi akan mempengaruhi pemberian ASI?

Baca Juga: Lima Problem Menstruasi yang Lazim Terjadi

Kapan Menstruasi Lagi Setelah Melahirkan?

Pendarahan yang akan kamu alami segera setelah bayi lahir mungkin tampak seperti menstruasi, tetapi sebenarnya tidak demikian. Itu adalah darah nifas atau disebut lochia. Darah nifas terdiri dari campuran darah, lendir, dan jaringan dari lapisan rahim.

Darah di awal nifas biasanya berwarna merah terang, volumenya banyak, dan mungkin bergumpal. Secara bertahap, volume perdarahan nifas mulai berkurang, sampai berhenti sama sekali, setelah kurang lebih enam minggu.

Umumnya, menstruasi pertama datang setelah enam minggu pasca melahirkan dan kamu menyusui eksklusif. Namun jika menyusui, kemungkinan menstruasi sudah kembali di bulan ketiga setelah melahirkan. Namun, pengalaman setiap perempuan berbeda. Ada yang mengalami menstruasi lebih cepat, ada yang lebih lama hingga 9 bulan bahkan 1 tahun.

Menyusui Menunda Menstruasi

Menyusui dapat menunda kembalinya siklus menstruasi selama berbulan-bulan, setahun, atau bahkan lebih lama. Tergantung pada kondisi tubuh dan seberapa sering kamu menyusui.

Perempuan usai melahirkan umumnya tidak akan mengalami menstruasi beberapa bulan jika:

  • Menyusui secara eksklusif
  • Menyusui bayi sangat intens siang dan malam
  • Merawat sendiri bayinya sehingga tetap dekat karena selalu menggendong bayi dan tidur bersama
  • Menunda makanan padat pertama bayi sampai si kecil berusia empat hingga enam bulan

Setelah bayi berusia enam bulan, dan pemberian ASI sudah ditambah makanan padat, bayi juga sudah mulai jarang terbangun di tengah malam, maka kemungkinan menstruasi akan mulai kembali. Meskipun begitu, beberapa ibu masih belum mendapatkan menstruasi selama beberapa bulan setelah ibu tidak lagi menyusui.

Ketika menstruasi sudah kembali, bukan berarti bayi langsung disapih. Kualitas ASI tetap baik selama ibu juga mengkonsumsi makanan bergizi. Namun, perubahan hormon pada hari-hari menjelang menstruasi memang dapat mempengaruhi ASI dan pola menyusui bayi selama beberapa hari.

Ada kemungkinan juga bahwa kembalinya menstruasi dapat menyebabkan nyeri pada puting, penurunan suplai ASI, dan rasa ASI berubah. Penelitian menunjukkan bahwa komposisi ASI berubah di sekitar masa ovulasi (pertengahan siklus menstruasi). Sementara itu, tingkat natrium dan klorida dalam ASI naik, laktosa (gula susu) dan kalium turun. Jadi, ASI menjadi lebih asin dan kurang manis.

Di sekitar waktu ovulasi dan sebelum menstruasi, kadar estrogen dan progesteron berubah yang dapat mempengaruhi payudara dan ASI. Ketika kadar estrogen dan progesteron naik, itu bisa membuat payudara terasa penuh dan lembut.

Kadar estrogen yang lebih tinggi juga dapat mengganggu produksi ASI. Studi juga menunjukkan bahwa kadar kalsium dalam darah turun setelah ovulasi. Tingkat kalsium yang lebih rendah juga dapat menyebabkan puting sakit dan penurunan suplai ASI.

Menstruasi dan Kembalinya Kesuburan

Menstruasi kembali setelah melahirkan tidak berpengaruh pada kualitas ASI, namun berdampak pada kesuburan. Ketika menstruasi sudah kembali lagi, artinya kamu bisa hamil kapan saja jika sudah aktif melakukan hubungan seks dengan pasangan tanpa kontrasepsi.

Baca Juga: Menstruasi Normal Berapa Hari?

Kamu dan pasangan disarankan segera menggunakan kontrasepsi yang sesuai. Kontrasepsi bisa digunakan sekitar empat sampai enam minggu setelah bayi lahir. Pastikan untuk memberi tahu dokter bahwa kamu sedang menyusui sehingga akan diberikan metode kontrasepsi yang aman dan tidak memengaruhi produksi dan suplai AS.

Bahkan, kehamilan masih bisa terjadi meskipun kamu belum mendapatkan menstruasi setelah melahirkan, Sel telur tetap dapat dilepaskan sebelum menstruasi kembali rutin. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan kondom saat berhubungan seksual setelah melahirkan.

Periode menyusui, memberikan ASI, dan mencegah kehamilan memang sedikit kompleks. Jangan khawatir, kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Menstruasi Tidak Normal, Salah Satu Indikator Masalah Kesehatan

Sebagai seorang perempuan, apakah kamu pernah mendengar bahwa menstruasi adalah adalah “tanda vital” atau indikator kesehatan kelima? Artinya, menstruasi tidak normal, menunjukkan ada gangguan kesehatan di salah satu organ tubuhmu.

Menurut Johns Hopkins Medicine, yang dimaksud tanda vital adalah fungsi paling dasar tubuh yang sangat menentukan. Awalnya ada empat tanda vital utama yang rutin dipantau secara rutin oleh dokter atau penyedia layanan kesehatan kalau kita sakit yaitu: suhu tubuh, denyut nadi, laju pernapasan, dan tekanan darah.

Baca Juga: Proses Terjadinya Menstruasi Melewati 4 Tahapan Berikut Lho!

Pada 1990-an, ada tambahan satu lagi tanda vital tubuh yaitu “nyeri” sebagai tanda vital kelima yang harus dipantau selain empat tanda vital di atas. Tetapi karena rasa sakit tidak dapat diukur secara obyektif, sulit untuk memasukkannya bersama dengan empat tanda vital lain yang dapat diukur secara obyektif.

Dalam beberapa tahun terakhir, pendukung kesehatan perempuan mengusulkan “tanda vital kelima,” yang merujuk pada siklus menstruasi. Siklus menstruasi ini berarti bahwa ini adalah salah satu “fungsi paling dasar” tubuh perempuan.

Menstruasi Tidak Normal, Tanda Gangguan Kesehatan?

Menstruasi yang normal ditandai dengan volume, durasi, dan siklus yang teratur. Ketika ada gangguan dalam salah satunya, misalnya volume menstruasi terlalu banyak, durasi terlalu panjang, dan siklus tidak beraturan, bisa jadi menandakan ada masalah.

Dengan kata lain, menstruasi tidak normal menunjukkan ada yang salah dengan kesehatan seorang wanita secara keseluruhan. Sama seperti tekanan darah tinggi atau denyut nadi yang cepat memberikan petunjuk tentang kesehatan jantung dan keadaan emosional seseorang.

Gangguan siklus menstruasi bisa memberikan petunjuk tentang fungsi fisik, dan bahkan mental dan emosional perempuan. Dari riwayat menstruasi yang tidak teratur, muncul petunjuk bahwa ovulasi juga tidak teratur.

Gangguan ovulasi ini biasanya akan disertai gejala lain seperti nyeri saat menstruasi, pendarahan hebat, jerawat yang berat, perubahan suasana hati, dan banyak lainnya. Gejala-gejala ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Penyebab gangguan ovulasi bisa karena ketidakseimbangan hormon estrogen, progesteron, dan bahkan testosteron. Kadang-kadang ketidakseimbangan itu dapat diperbaiki dengan perubahan pola makan atau gaya hidup. Namun, jika masalahnya lebih berat, maka membutuhkan perhatian medis.

Menstruasi yang tidak teratur dan atau menyakitkan juga bisa menjadi petunjuk yang paling jelas bahwa ada sesuatu yang salah dalam tubuhnya yang memiliki implikasi pada kesuburan perempuan.

Kapan Disebut Menstruasi Tidak Normal?

Berikut ini tanda-tanda menstruasi tidak normal yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut ke tenaga medis:

  • Siklus menstruasi lebih pendek dari 21 hari atau lebih lama dari 36 hari.
  • Mengalami bercak atau pendarahan di tengah siklus
  • Perdarahan yang sangat berat dan/atau berkepanjangan selama periode menstruasi
  • Nyeri hebat atau kram saat menstruasi dan/atau pertengahan siklus, dengan atau tanpa mual atau muntah
  • Kembung hebat menjelang dan/atau selama menstruasi.
  • Mentruasi yang disertai perubahan emosional, cemas, atau marah yang intens
  • Jerawat kistik dan/atau hirsutisme (pola pertumbuhan rambut berlebihan)

Jika mengalami salah satu atau lebih tanda menstruasi tidak normal tersebut, jangan menebak-nebak bahkan mengatasi sendiri. Masalah yang berkaitan dengan menstruasi adalah salah satu cara tubuh memberitahu bahwa ada sesuatu yang salah.

Daripada selalu minum pereda nyeri selama menstruasi, akan lebih baik kamu memastikan ke dokter dan tenaga medis. Dokter akan menganggap serius gejala menstruasi yang persisten, tidak teratur dan/atau menyakitkan, dan kemudian mencari akar penyebabnya dan membantu mengobatinya. Bahkan jika masalah menstruasi kamu berdampak pada kesuburan, akan ada konsultasi lebih jauh dan penanganan yang lebih seksama.

Baca Juga: Tiga Penyebab Menstruasi Tidak Teratur Setelah Melahirkan

Kamu punya masalah dengan siklus menstruasi? Coba hubungi Halo DKT di nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp, sebagai pendahuluan sebelum menemui dokter.

Proses Terjadinya Menstruasi Melewati 4 Tahapan Berikut Lho!

Menstruasi adalah kejadian alamiah pada perempuan, yang siklusnya biasanya sebulan sekali. Selama menstruasi, kebanyakan perempuan tidak memahami, apa yang sedang terjadi di tubuh mereka. Menstruasi adalah sebuah siklus yang unik dan teratur, di mana proses terjadinya menstruasi itu dibagi menjadi empat fase atau tahapan.

Durasi atau satu siklus menstruasi biasanya membutuhkan waktu 28 hari, tetapi bervariasi untuk masing-masing perempuan. Ketika seorang perempuan tidak hamil, makai a akan melalui empat fase atau tahapan utama.

Baca Juga: Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Proses Terjadinya Menstruasi

Berikut ini adalah proses terjadinya menstruasi yang dibagi menjadi empat tahap:

  1. Fase menstruasi
    Fase menstruasi adalah fase pertama dari siklus menstruasi dan berlangsung sekitar tujuh hari. Kamu mengenalnya dengan mens atau haid. Saat ini vagina kamu mengeluarkan darah dari dalam rahim.

    Selama fase menstruasi, terjadi perubahan hormon, yakni estrogen dan progesteron turun dan tubuh melepaskan hormon prostaglandin. Estrogen dan progesteron menyebabkan lapisan rahim luruh dan lapisan inilah yang dikeluarkan saat seorang perempuan mengalami menstruasi.

    Rahim melepaskan lapisannya karena tidak diperlukan ketika tidak ada embrio yang akan tertanam. Lamanya menstruasi sangat bervariasi, antara tiga hingga tujuh hari. Selain perdarahan, perempuan di fase menstruasi dapat mengalami gejala seperti kram atau nyeri perut, kembung, payudara menjadi lembut, munculnya jerawat, dan perubahan suasana hati.

  2. Fase folikuler
    Fase folikuler sering tumpang tindih dengan menstruasi, karena dimulai pada hari pertama menstruasi, dan berlangsung antara 10 hingga 16 hari.

    Selama fase ini, tubuh melepaskan Follicle-Stimulating Hormone (FSH) yang akan memicu ovarium membuat folikel, yang merupakan kantung berisi telur yang belum matang. Selama satu fase ini, sekitar 10 folikel akan tumbuh dan bersaing untuk “menang”. Folikel yang paling kuat akan tumbuh dan akhirnya terbentuk sel telur matang yang siap dibuahi. Folikel lain yang tidak berkembang akan diserap kembali oleh tubuh.

    Karena fase folikel tumpang tindih dengan menstruasi, gejala yang kamu alami adalah kram dan kembung, namun disebabkan menstruasi, bukan karena pertumbuhan folikel.

  3. Ovulasi
    Ovulasi terjadi sekitar hari ke-14 dari siklus menstruasi, atau sekitar seminggu setelah hari terakhir menstruasi. Folikel yang tumbuh menjadi telur matang akan dilepaskan selama ovulasi. Telur kemudian melakukan perjalanan dari ovarium ke tuba falopi, di mana ia berpotensi dibuahi oleh sperma.

    Ovulasi berlangsung selama sel telur yang dilepaskan masih hidup biasanya 12-24 jam. Namun, penting untuk dicatat bahwa ada jendela waktu 3 hingga 5 hari di sekitar waktu ovulasi di mana kamu kemungkinan besar akan hamil jika melakukan hubungan seks tanpa pengaman. Hal ini karena sperma dapat hidup di dalam perempuan hingga lima hari, menunggu sel telur matang yang lewat.

    Selama ovulasi, kamu mungkin melihat cairan vagina menjadi bening dan licin mirip putih telur mentah. Sebagian perempuan merasakan nyeri di satu sisi tergantung ovarium mana yang melepaskan sel telur. Selain itu, libido meningkat di fase ovulasi ini.

  4. Fase luteal
    Fase luteal adalah fase terakhir dari siklus menstruasi, dan biasanya berlangsung selama 14 hari. Selama fase ini, sisa folikel berubah menjadi korpus luteum, yang pada dasarnya adalah kumpulan sel yang membuat hormon progesteron. Lapisan rahim pun menebal untuk mempersiapkan kehamilan jika sel telur dibuahi.

    Fase ini adalah fase pra menstruasi sehingga kerap muncul gejala sindrom pramenstruasi (PMS, umumnya terjadi pada hari ke-12 fase luteal. Gejala PMS antara lain kram, kelelahan, perubahan suasana hati, sakit kepala, kembung, perubahan gerakan usus, hingga susah tidur.

Baca Juga: Menstruasi Tidak Teratur Saat Sedang WFH? Ini Beberapa Kemungkinan Penyebabnya

Kamu memiliki masalah seputar menstruasi? Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Lima Drama Saat Menstruasi Tiba

Siklus menstruasi yang terjadi pada wanita memang dianggap hal biasa. Sebiasa problem ikutan yang ada di dalamnya jelang menstruasi datang.

Baca Juga: Atasi Gangguan Mood saat Menstruasi‎

Pada sebagian wanita, drama bulanan ini memang tak bisa dihindari. Berikut lima drama yang biasa terjadi kala menstruasi :

  • Keluarnya darah beku
    Tiap orang memiliki karakter menstruasinya tersendiri. Yang pasti polanya hampir sama, yaitu dimulai dengan keluarnya darah dalam jumlah sedikit di fase awal, lalu fase deras, dan terakhir kembali berkurang seperti semula. Di fase deras, darah yang keluar bisa dalam bentuk encer maupun gumpalan kecil darah beku.

    Rata-rata seorang wanita kehilangan 2-4 sendok makan volume darah selama siklus menstruasi. Indikator lainnya bisa dari pergantian pembalut yang dilakukan tiap dua jam atau lebih. Jika kamu harus mengganti pembalut kurang dari dua jam, karena volume darah menstruasi yang berlebihan atau keluar gumpalan darah beku lebih besar dari batas normal, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter ahli.

  • Kram perut
    Proses pengeluaran darah dari rahim memicu kontraksi otot di sekitar rahim, akibatnya muncullah rasa sakit atau kram yang menjalar dari perut ke punggung bagian bawah. Inilah yang sumber nyeri perut saat menstruasi.

    Sensasi kram ini bisa terjadi jelang menstruasi yang disebut gejala premenstrual syndrome (PMS) lalu hilang perlahan setelah menstruasi datang. Atau ada juga yang merasakan kram sepanjang menstruasi berlangsung. Jika nyeri terasa hebat tak tertahankan, lakukan pemeriksaan ke dokter. Untuk mencari tahu sumber nyeri tersebut.

  • Bad mood
    Senggol bacok, begitulah anekdot ketika seseorang menjadi sangat sensitif karena PMS. Ya, saking familiarnya PMS kini jadi bahan olok-olok ketika seseorang mudah marah tanpa sebab yang jelas.

    Naik turunnya emosi dan perubahan mood, jelang dan saat menstruasi ini tak lepas dari ketidakseimbangan hormon yang terjadi dalam tubuh dalam mendukung proses menstruasi yang sedang berlangsung. Kondisi biologis ini memang tak bisa dihindari, namun kamu bisa meminimalisir dampaknya dengan berbagai cara. Misalnya, tidur yang cukup agar kualitas tidur terjaga sehingga siang harinya tidak mengantuk dan mencegah kelelahan yang berujung mudah emosional.

    Olahraga rutin, tekuni hobi, agar energi dan emosi tersalurkan secara positif. Hindari makanan yang memicu perut kembung, seperti kafein. Pilih makanan sehat agar sistem pencernaan tidak terganggu.

  • Siklus yang tak mulus
    Tidak selamanya siklus menstruasi berjalan mulus seperti kondisi ideal yang ada di jurnal-jurnal kesehatan. Ada kalanya siklus menstruasi yang normal berubah menjadi kacau balau lantaran berbagai sebab. Seperti kelelahan, stress, penyakit tertentu, berat badan, termasuk pola makan yang keliru.

    Siklus menstruasi ideal terjadi selama 28 hari. Standarnya antara 21-35 hari. Di luar batas tersebut, bisa dibilang siklus menstruasi yang kamu alami tidaklah normal. Nah, untuk melacaknya kamu bisa memulai dengan mencatat tanggal menstruasi pertama setiap bulannya. Sehingga bila terjadi kemunduran atau majunya menstruasinya, bisa segera terdeteksi. Selain dari segi tanggal, indikasi menstruasi yang tidak normal juga bisa dilihat dari volume dan aliran darah yang keluar, apakah masih dalam batas wajar atau tidak.

  • Terlambat datang bulan
    Tidak selamanya telat datang bulan itu tanda kehamilan. Keterlambatan bila terjadi sesekali wajar kok. Bisa jadi disebabkan beberapa hal seperti penyakit tertentu, stress yang berat ataupun olahraga terlalu ekstrim.

    Jika kamu mengalami keterlambatan lebih dari satu kali, dan tidak sedang hamil, kamu wajib berkonsultasi ke dokter untuk memastikan apa yang terjadi sehingga siklus menstruasi terlambat beberapa kali.

  • Mual
    Kondisi PMS tak lepas dari kerja hormon prostaglandin yang diproduksi saat menstruasi yang memicu terjadinya mual, muntah, diare, hingga sakit kepala.

    Untuk mengatasinya, konsumsi obat nyeri yang dijual bebas. Pastikan obat tersebut mengandung ibuprofen dan naproxen yang membantu mengurangi produksi hormon prostaglandin dan mengatasi rasa mual, muntah, diare dan sakit kepala yang timbul akibat PMS.

Baca Juga: 9 Hal Ini bisa Mengurangi Mood Swing Menjelang Menstruasi

Nah, jangan biarkan drama-drama tersebut merenggut keceriaan kamu ya. Lakukanlah antisipasi sebelumnya sehingga dampak buruknya bisa dikurangi. Jika kamu mengalami keluhan menstruasi yang tak biasa, kamu bisa berkonsultasi secara online dengan menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Beruntunglah kamu yang mengalami menstruasi tepat pada waktunya. Sebab, tidak semua wanita bisa merasakan menstruasi. Apa saja kondisi yang menghalangi terjadinya menstruasi? Simak penjelasannya berikut ini.

Menstruasi adalah proses alami yang terjadi pada fase akhir pubertas bagi seorang wanita di usia remajanya. Rentang waktu pubertas dimulai usia 8-16 tahun. Namun apa jadinya jika hingga usia 16 tahun tidak mengalami menstruasi? Normalkah ini?

Baca Juga: Delapan Kondisi yang Memicu Gangguan Siklus Menstruasi‎

Dalam dunia medis dikenal istilah amenorrhea atau amenore yang artinya tidak terjadi menstruasi atau absence of menstruation. Istilah ini berlaku untuk wanita yang belum mengalami menstruasi hingga usia 16 tahun dikenal dengan istilah amenore primer.

Sementara amenore sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah mengalami menstruasi selama minimal 3 siklus atau 3 bulan, lalu menstruasinya berhenti.

Pemicu terjadinya amenore bisa karena faktor alami dalam tubuh, bisa pula karena berbagai kondisi medis yang perlu diobati.

Berikut tiga kondisi yang membuat menstruasi tak kunjung terjadi :

  • Beberapa kondisi alami yang membuat menstruasi tidak terjadi seperti kehamilan, menyusui dan menopause.
  • Gaya hidup tidak sehat bisa memicu terjadinya amenore seperti olahraga berlebihan, stress yang tak kunjung terkelola dengan baik. Kondisi lemak tubuh yang terlalu banyak atau terlalu sedikit juga memicu tertundanya menstruasi atau menghentikan menstruasi.
  • Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Biasanya dipicu oleh tumor di kelenjar tiroid. Selain itu kadar estrogen yang rendah atau kadar tingginya kadar hormon progesterone juga memicu amenore.
  • Kelainan genetik atau kromosom seperti sindrom Turner dan sindrome Sawyer juga memicu amenore.
  • Obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, seperti obat darah tinggi, obat antipsikotik dan antidepresan, termasuk obat kemoterapi juga menyebabkan amenore.
  • Tiba-tiba menghentikan konsumsi pil KB juga bisa menghentikan menstruasi pada beberapa waktu sebelum kondisi siklus menstruasi kembali normal.
  • Problem fisik pada sistem reproduksi wanita juga bisa memicu tidak terjadinya menstruasi atau pun tertundanya menstruasi.
  • Problem-problem kesehatan yang disebabkan cacat lahir, tumor, infeksi yang terjadi selama kehamilan atau saat proses persalinan.

Nah, buat kamu yang mengalami salah satu dari kondisi tersebut, segera konsultasi ke dokter. Terutama buat gadis remaja yang memasuki usia 14 tahun namun belum ada tanda-tanda pubertas seperti berkembangnya payudara, tumbuhnya rambut di kemaluan, dan belum mengalami menstruasi, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.

Baca Juga: Siklus Normal Menstruasi Lancar‎

Jangan pernah menunda konsultasi ke dokter bila kamu mengalami problem serius seputar menstruasi ini. Sebab menstruasi menjadi pintu masuk proses reproduksi bagi seorang wanita. Karena itu, sebagai langkah awal, kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.