Keputihan Tanda Hamil Disertai dengan Nyeri Saat Berhubungan Seks? Ini Tiga Kemungkinan Penyebabnya

Meski jarang dibahas di kalangan perempuan, keputihan tanda hamil sebetulnya merupakan sesuatu yang sering terjadi. Hal ini terjadi karena perubahan hormon di dalam tubuh. Ketika perempuan sedang hamil, kadar hormon estrogen meningkat dan memicu keluarnya cairan dari organ reproduksi (Tal & Taylor, 2021).

Ada dua jenis keputihan, yaitu keputihan normal dan keputihan patologis. Keputihan yang normal merupakan mekanisme pembersihan diri alami vagina yang tak perlu dikhawatirkan. Sementara itu, keputihan patologis adalah keputihan yang disebabkan oleh penyakit. Keputihan yang normal cenderung tidak berbau, jernih, serta tidak menyebabkan rasa gatal maupun perih (Marhaeni, 2016). Bila keputihan tanda hamil memenuhi karakteristik ini, maka ia dapat dikatakan normal. Masalahnya, ada kalanya keputihan tanda hamil juga disertai dengan sensasi nyeri saat berhubungan seks.

Baca Juga: Mengapa Keputihan Jadi Keluhan Utama Seputar Kesehatan Reproduksi

Keputihan tanda hamil yang disertai dengan nyeri saat berhubungan seks bisa mengindikasikan beberapa masalah kesehatan reproduksi, antara lain chlamydia, trichomoniasis, dan gonorrhoea. Ketiganya merupakan infeksi menular seksual yang bisa menyebar melalui hubungan seks tanpa pengaman dengan orang yang terinfeksi. Inilah alasan mengapa penggunaan kondom tetap disarankan meskipun sudah hamil.

  • Chlamydia
    Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa 15,3% perempuan tidak mendapatkan pemeriksaan infeksi menular seksual chlamydia ketika hamil (Vainder, Kives & Yudin, 2019). Padahal, Amerika Serikat merupakan negara maju yang pelayanan kesehatannya seharusnya sudah cukup baik dan chlamydia merupakan infeksi menular seksual yang bisa berdampak buruk bagi ibu dan janin. Belum ada penelitian mengenai akses pemeriksaan status chlamydia pada perempuan hamil di Indonesia. Kemungkinan, masih cukup banyak juga perempuan yang tidak mendapat akses terhadap layanan pengecekan maupun edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan ini. Oleh karena itu, tak ada salahnya untuk lebih jeli memperhatikan diri dan segala perubahan yang terjadi pada tubuh secara mandiri, khususnya bila ada keputihan yang mengganggu dan menimbulkan rasa nyeri. Keputihan tanda chlamydia biasanya berwarna kekuning-kuningan dan berbau tak sedap (Planned Parenthood, 2021).

  • Trichomoniasis
    Trikomoniasis pada perempuan bisa menyebabkan keputihan yang warnanya putih, kelabu, atau kehijauan dalam volume yang banyak dan disertai dengan rasa nyeri saat berhubungan seks (Cirino, 2020, Healthline). Bila terjadi ketika hamil, kamu bisa saja salah mengasumsikan keputihan akibat gejala trikomoniasis dengan keputihan tanda hamil. Akan tetapi, ingatlah kembali bahwa keputihan yang normal seharusnya tidak berbau, jernih, serta tidak menyebabkan rasa gatal maupun perih (Marhaeni, 2016). Oleh karena itu, segeralah memeriksakan diri ke rumah sakit jika keputihan berwarna aneh, baunya mengganggu, dan diikuti dengan rasa sakit saat berhubungan intim.

  • Gonorrhoea
    Adanya infeksi menular seksual gonore yang tidak ditangani saat hamil bisa menambah risiko kelahiran prematur, kelahiran bayi dengan berat badan rendah, keguguran, gangguan psikotik pada bayi, radang panggul, ketidaksuburan, dan HIV (Whelan, Eeuwijk, Bunge & Beck, 2021). Oleh karena itu, penting sekali bagi perempuan hamil untuk bisa mengenal gejala-gejala gonorrhoeae. Gonorrhoea tidak selalu bergejala, namun ketika gejalanya muncul, bisa timbul keputihan berwarna kekuningan, kehijauan, atau menyerupai nanah (Martin-Sanchez, Fairley, et al., 2020). Terkadang, keputihan juga disertai dengan nyeri saat berhubungan seks (Wilson & Wilson, 2021), berbeda dengan keputihan tanda hamil yang tidak mengganggu hubungan intim.

Baca Juga: Normalkah Keputihan Pada Remaja?

Selain 3 jenis infeksi tadi, masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan penyebab mengapa keputihan tanda hamil bisa disertai dengan rasa nyeri. Agar mendapat jawaban yang lebih jelas, kunjungilah dokter untuk melakukan pemeriksaan. Selain itu, kalau kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu juga bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Keputihan Tanda Hamil dan Keputihan Tanda Kencing Nanah, Begini Membedakannya

Keputihan bukan merupakan sesuatu yang asing bagi perempuan. Cukup banyak perempuan yang mengalaminya. Meskipun begitu, karena ketidaktahuan, keputihan seringkali disalah pahami. Ada kalanya keputihan yang sebetulnya baik malah dianggap sebagai keputihan bermasalah, misalnya keputihan tanda hamil. Sebaliknya, terkadang perempuan juga bisa saja tidak menyadari munculnya keputihan yang merupakan gejala infeksi menular seksual (IMS), contohnya keputihan tanda kencing nanah (gonorrhoea). Bagaimana sih, sebenarnya cara membedakan keduanya agar tidak salah mengambil langkah? Berikut sekilas penjelasannya.

Baca Juga: Mengapa Keputihan Jadi Keluhan Utama Seputar Kesehatan Reproduksi

  • Keputihan tanda hamil
    Ketika melihat hasil alat tes kehamilan yang positif, rasanya bahagia luar biasa. Akan tetapi, beberapa minggu kemudian, keputihan mulai muncul terus-terusan dan bertambah banyak. Perasaan khawatir dan pikiran-pikiran buruk pun mengusik. Normalkah keputihan yang seperti ini? Jika kamu pernah mengalami hal seperti ini, apa yang kamu alami kemungkinan besar merupakan keputihan tanda hamil. Pada trimester pertama kehamilan, keputihan yang keluar dari vagina biasanya menjadi semakin banyak (Regan, 2019). Hal ini terjadi secara alami dan bukan merupakan suatu masalah, sebab keputihan ini mengandung bakteri baik lactobacillus doderlein yang diperlukan sebagai benteng untuk melindungi vagina dari serangan jamur dan bakteri buruk. Ciri-cirinya antara lain: tidak berbau, terlihat jernih, serta tidak menyebabkan rasa gatal maupun perih (Marhaeni, 2016). Jadi, tak perlu khawatir dengan keputihan yang karakteristiknya seperti ini, sebab ini adalah perlindungan tambahan bagi ibu dan janin.

  • Keputihan tanda kencing nanah
    Berbeda dengan keputihan tanda hamil yang ramah bagi tubuh dan tidak mengganggu, keputihan yang disebabkan oleh infeksi cenderung mengganggu. Misalnya, keputihan tanda gonore alias kencing nanah. Ciri-cirinya antara lain bertekstur tebal, berwarna kehijauan atau kekuningan, kemunculannya disertai dengan rasa nyeri saat buang air kecil, dan dibarengi dengan keluarnya darah di luar jadwal menstruasi (NHS UK).

    Kalau kamu mengalami gejala-gejala tadi, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Sampel keputihan tersebut bisa diperiksa untuk memastikan ada-tidaknya infeksi gonore. Bila terbukti ada infeksi, gonorrhea dapat ditangani secara efektif dengan antibiotik. Hindari berhubungan seks dengan orang lain hingga kamu sudah betul-betul pulih. Upayakan untuk tidak mengabaikan gejala-gejala gonore, karena bila tidak segera ditangani infeksi ini bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang lebih serius. Pada perempuan, gonore bisa menyebar ke rahim dan tuba falopi dan memicu munculnya radang panggul (CDC). Radang panggul dapat mempengaruhi kesuburan dan menurunkan kemungkinan untuk mencapai kehamilan dengan sukses.

Baca Juga: Kenali Keputihan yang Normal Saat Hamil

Itulah perbedaan keputihan tanda hamil dan keputihan tanda kencing nanah. Agar organ reproduksi tetap sehat dan untuk mencegah keputihan yang jahat, selalu jaga kebersihan vulva, terutama bila menggunakan toilet umum. Di samping itu, gunakanlah kondom secara tepat dan konsisten setiap kali berhubungan seks, sebab bisa saja pasanganmu memiliki infeksi kencing nanah tanpa gejala dan kalian sama-sama tidak mengetahuinya. Kondom bisa dibeli dengan bebas tanpa resep dokter di apotek, minimarket, dan secara online melalui link ini. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Keputihan Tanda Hamil vs Keputihan Tanda Infeksi Jamur, Seperti Apa Perbedaannya?

Perempuan yang sedang hamil banyak mengalami perubahan secara fisik. Kondisi ini membuat vagina perempuan yang sedang hamil lebih rentan terhadap infeksi jamur, khususnya jamur candida (Chatzivasileiou & Vyzantiadis, 2019). Nah, salah satu dari sejumlah tanda-tanda serangan jamur candida adalah keluarnya keputihan. Pertanyaannya, bagaimana membedakan keputihan tanda infeksi jamur candida dengan keputihan tanda hamil yang muncul secara alami?

Baca Juga: Seberapa Banyak Keputihan yang Dianggap Normal?

Jamur selalu ada di dalam vagina. Akan tetapi, pada perempuan sehat populasi jamur hanya sedikit. Bila keasaman vagina terganggu dan populasi jamur jadi berlebihan, terjadilah infeksi (Dweck & Westen, 2017). Masalahnya, ketika hamil derajat keasaman vagina berkurang dan vagina menjadi lebih basa (Hill, 2019). Kalau sudah begini, bisa muncul keputihan tanda infeksi jamur.

Berikut beberapa ciri-ciri keputihan tanda infeksi jamur candida (Westheimer & Lehu, 2019; Hill, 2019).

  • Tebal, berwarna putih, dan terlihat menggumpal seperti keju
  • Tidak selalu berbau, namun bila ada aromanya cenderung asam, bukan amis
  • Disertai dengan gatal, iritasi, dan/atau nyeri pada vulva
  • Disertai dengan rasa nyeri saat berhubungan seks dan/atau buang air kecil
  • Terkadang menimbulkan rasa kembung dan/atau perubahan pola buang air kecil

Gejala-gejala tadi tentunya bisa membuat siapapun jadi nggak nyaman, apalagi bila terjadi di tengah kehamilan. Untuk mengatasinya, bisa dengan salep antijamur atau dengan obat antijamur yang diminum (Hill, 2019), namun sebaiknya tetap konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter, ya. Selama pengobatan, disarankan juga untuk menghindari makanan-makanan manis, karena jamur candida sangat menyukai gula dalam segala bentuknya, termasuk buah-buahan manis.

Berbeda dengan keputihan tanda infeksi jamur candida tadi, keputihan tanda hamil yang normal cenderung tidak berbau, jernih, serta tidak menyebabkan rasa gatal maupun perih (Marhaeni, 2016). Keputihan ini bukan merupakan gejala dari penyakit apapun. Justru, fungsi keputihan ini adalah sebagai bentuk benteng pertahanan untuk mencegah masuknya bakteri ke leher rahim (Hill, 2019). Jadi, ibu yang sedang mengandung maupun bayinya mendapatkan lapisan perlindungan ekstra.

Untuk mencegah keputihan tanda hamil yang sehat berubah menjadi keputihan akibat infeksi jamur candida, disarankan untuk melakukan sejumlah langkah pencegahan.

  • Hindari menggunakan pakaian dalam yang lembab dan pantyliner, sebab kelembaban sangat disukai oleh jamur candida (Westheimer & Lehu, 2019; Dweck & Westen, 2017). Usahakan agar pakaian dalam selalu kering. Gunakan pakaian dalam berbahan katun dengan sirkulasi udara yang baik.

  • Perbanyak mengkonsumsi makanan-makanan yang difermentasi dan minuman probiotik seperti yogurt yang baik bagi kesehatan vagina (Hill, 2019).

  • Upayakan untuk tetap menggunakan kondom secara tepat dan konsisten bila berhubungan seks, meskipun kamu sedang hamil. Pasalnya, infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur candida juga (Westheimer & Lehu, 2019). Jadi, cegahlah keduanya sekaligus.

  • Jaga kebersihan vulva, yaitu bagian luar dari organ seksual dan reproduksi perempuan. Bersihkan area vulva secara teratur dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Bila merasa perlu menggunakan sabun atau tisu pembersih, gunakanlah produk yang ramah dengan vulva dan memiliki derajat keasaman yang sesuai. Kamu dapat menggunakan Andalan Feminine Care dan Andalan Intimate Wipes.

Baca Juga: Waspada, Keputihan Bisa Disebabkan karena Pakai Celana Ketat

Itulah perbedaan antara keputihan tanda hamil dengan keputihan akibat infeksi jamur. Mudah-mudahan kamu jadi lebih jeli dalam membedakan keduanya, ya! Selain itu, bila kamu masih bingung atau memiliki pertanyaan, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Panduan Memahami Warna Keputihan dan Maknanya

Wajar bila kita bertanya-tanya apakah warna atau konsistensi keputihan itu normal atau perlu diperiksakan ke dokter.

Sebenarnya keputihan tidak benar-benar “putih” dan bisa banyak warna. Beberapa warna cairan keputihan juga menunjukkan tubuh yang sehat.

Baca Juga: Gatal-gatal Ketika Keluar Keputihan Tanda Hamil, Apakah Normal?

Nah, sebelum kita membahas soal warnanya, pahami dulu apa yang dimaksud dengan keputihan.

Keputihan adalah cairan yang dikeluarkan dari kelenjar kecil di vagina dan leher rahim. Cairan ini keluar dari vagina setiap hari untuk menghilangkan sel-sel tua dan juga kotoran, menjaga vagina dan saluran reproduksi tetap bersih dan sehat.

Jumlah keputihan tiap orang dapat bervariasi. Warna, konsistensi, dan jumlah juga dapat berubah dari hari ke hari, tergantung di tahap mana siklus menstruasinya.

Hari 1-5. Pada awal siklus haid, keluarnya cairan biasanya berwarna merah atau berdarah, karena tubuh melepaskan lapisan rahim.

Hari 6–14. Setelah haid, mungkin akan ada sedikit keputihan dari biasanya. Saat sel telur mulai berkembang dan matang, lendir serviks akan menjadi keruh dan berwarna putih atau kuning. Mungkin terasa lengket.

Hari 14-25. Beberapa hari sebelum ovulasi, lendir akan menjadi encer dan licin, mirip dengan konsistensi putih telur.

Setelah ovulasi, lendir akan kembali menjadi keruh, putih atau kuning, dan mungkin lengket atau lengket.

Hari 25-28. Lendir serviks makin ringan dan makin sedikit, sebelum mendapatkan periode lain.

Warna cairan vagina dan artinya

Merah
Warna merah dapat bervariasi dari merah terang hingga warna karat gelap. Cairan merah paling sering merupakan akibat dari pendarahan selama menstruasi.

Pendarahan menstruasi terjadi, rata-rata, sekitar setiap 28 hari, meskipun kisaran normal antara 21 dan 35 hari. Suatu periode biasanya berlangsung selama 3-5 hari.

Jika terjadi pendarahan diantara periode menstruasi segeralah kunjungi dokter. Terkadang ini menandakan kondisi serius.

Selain itu, wanita yang sudah menopause dan tidak mengalami menstruasi setidaknya selama 1 tahun, namun mengalami perdarahan vagina, juga harus memeriksakan diri. Kadang-kadang bisa menjadi tanda kanker endometrium.

Putih
Range warna putih keputihan cukup luas sehingga mencakup krem atau kuning muda. Jika tidak disertai gejala lain, keputihan kemungkinan besar merupakan tanda pelumasan yang sehat.

Namun, jika keputihan memiliki konsistensi seperti keju cottage yang menggumpal atau disertai dengan bau yang menyengat, itu bisa mengindikasikan infeksi.

Keputihan berwarna putih, kental, dan berbau tajam biasanya adalah infeksi jamur. Infeksi ini juga dapat menyebabkan gatal atau iritasi.

Kuning-hijau
Tak perlu khawatir jika cairan vagina memiliki rona kekuningan. Biasanya ini berkaitan perubahan diet atau suplemen makanan.

Keputihan yang berwarna kuning gelap, hijau kekuningan, atau hijau biasanya menandakan infeksi bakteri atau infeksi menular seksual. Sebaiknya periksakan ke dokter untuk memastikan dan mendapat pengobatan.

Pink
Keputihan juga bisa berwarna merah muda terang. Biasanya mengandung sedikit darah.

Keputihan merah muda paling sering terjadi dengan bercak sebelum haid. Namun, keputihan ini juga bisa menjadi tanda pendarahan implantasi di awal kehamilan.

Sebagian wanita mengalami sedikit bercak setelah ovulasi, yang juga dapat menyebabkan keluarnya cairan berwarna merah muda.

Keputihan bisa berwarna merah muda setelah berhubungan seksual jika penetrasi menyebabkan robekan kecil atau iritasi pada vagina atau leher rahim.

Warna bening
Keputihan yang normal biasanya berwarna bening atau keputihan. Cairan licin atau tidak menggumpal.

Seorang wanita cenderung mengalami keputihan yang jernih dan licin saat masa subur, selama bergairah, dan selama kehamilan.

Baca Juga: Penyebab Keputihan Coklat Setelah Haid

Abu-abu
Keputihan berwarna abu-abu tidak sehat, dan bisa menjadi gejala infeksi bakteri yang disebut vaginosis bakteri.

Gejala lain yang menyertai termasuk rasa gatal, iritasi, bau menyengat, dan vulva tampak kemerahan.

Apabila kamu ingin berkonsultasi dengan dokter atau bidan mengenai permasalahan kesehatan reproduksi, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB.

Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Terganggu Keputihan? Lakukan Ini Agar Vagina Bersih dan Sehat

Dibandingkan area tubuh lainnya, terutama wajah, kita sering lupa untuk memperhatikan kebersihan area organ intim alias vagina. Cari tahu, bagaimana cara membuat vagina selalu bersih dan sehat.

Vagina sebenarnya dirancang untuk menjaga dirinya tetap bersih dengan bantuan sekresi alami, alias cairan vagina.

Untuk menambah pengetahuan, ketahui dulu bagian tubuh yang termasuk dalam organ reproduksi perempuan.

Baca Juga: Perbedaan Keputihan Normal dan Tidak Normal

Vagina adalah tabung otot di dalam tubuh wanita yang membentang dari leher rahim (serviks atau pembukaan rahim) ke lubang vagina. Organ seks eksternal, yang disebut vulva, mengelilingi lubang vagina.

Kesehatan vagina yang baik dimulai dengan memastikan kesehatan umum yang baik. Dengan kata lain, jika tubuh kita sehat, maka organ reproduksi juga akan sehat.

Cara menjaga kesehatan termasuk memperhatikan pola makan dan olahraga.

Seperti diketahui gerakan-gerakan dalam olahraga membantu menjaga fungsi vagina yang baik. Contohnya berjalan dan berlari yang dapat membantu menguatkan dasar panggul, selain tentu berdampak bagi kebugaran dan kesehatan jantung juga.

Kebersihan vagina ketika haid dan keputihan

Selain haid sebagai bagian dari siklus menstruasi alami, pada dasarnya normal jika tubuh kita menghasilkan cairan bening atau putih (discharge) dari vagina yang disebut dengan keputihan.

Lendir ini diproduksi secara alami dari leher rahim, yang dikenal sebagai leher rahim.

Keputihan tidak ‘selalu pertanda buruk’. Keputihan yang banyak atau jernih pada umumnya tidak terkait dengan infeksi menular seksual.

Perubahan jumlah keputihan bisa 100 persen terkait dengan faktor hormonal – dengan kata lain, terkait dengan siklus menstruasi, kehamilan atau menopause.

Karakter dan jumlah keputihan bervariasi sepanjang siklus menstruasi

Ketika masa subur atau ovarium melepaskan sel telur (ovulasi), cairan keputihan biasanya menjadi lebih tebal dan melar, seperti putih telur mentah.

Keputihan yang sehat tidak memiliki bau atau warna yang kuat. Kamu mungkin merasakan basah yang tidak nyaman, tetapi tidak ada gatal atau nyeri di sekitar vagina.

Jika ada perubahan pada keputihan yang terlihat tidak seperti biasanya, seperti perubahan warna atau mulai berbau atau gatal, temui dokter karena mungkin kamu mengalami infeksi.

Bakteri di vagina, perlu dikhawatirkan?

Ada banyak bakteri di dalam vagina, dan keberadaan mereka di sana untuk melindungi organ intim kita.

Dalam tubuh manusia, usus merupakan bagian yang paling banyak mengandung bakteri, kemudian vagina.

Bakteri baik di dalam vagina bermanfaat untuk:

  • Memberikan “dominasi numerik” atau melebihi jumlah bakteri berbahaya lainnya yang mungkin masuk ke vagina
  • Membantu menjaga keseimbangan pH vagina (seberapa asam vagina) pada tingkat yang seimbang, yang membantu menjaga keseimbangan bakteri tetap sehat.
  • Bisa menghasilkan bakteriosin (antibiotik alami) untuk mengurangi atau membunuh bakteri lain yang masuk ke dalam vagina.
  • Menghasilkan zat-zat untuk mencegah menempel pada dinding vagina, sehingga tidak sampai menyerang jaringan.
  • Jika keseimbangan bakteri terganggu, maka akan terjadi infeksi dan peradangan. Bakteri yang disebut lactobacilli membantu menjaga keseimbangan pH vagina pada tingkat normal yang rendah (kurang dari pH 4,5), yang juga mencegah pertumbuhan organisme lain.

    Jika pH vagina meningkat (kurang asam), kualitas atau jumlah lactobacilli bisa turun dan bakteri lain bisa berkembang biak. Hal ini dapat mengakibatkan infeksi seperti bakterial vaginosis atau lesi, yang menyebabkan gejala seperti gatal, iritasi dan keputihan yang tidak normal.

Baca Juga: Sejauh Mana Stres Menyebabkan Keputihan?

Cara mencuci vagina

Sebaiknya hindari sabun dengan pewangi, gel, dan antiseptik karena dapat memengaruhi keseimbangan bakteri dan tingkat pH yang sehat di vagina dan menyebabkan iritasi.

Gunakan sabun biasa tanpa pewangi untuk mencuci area sekitar vagina (vulva) dengan lembut setiap hari.

Vagina akan membersihkan dirinya di dalam tubuh dengan cairan vagina alami (keputihan).

Selama menstruasi, kita harus membersihkan vagina dengan lebih teliti. Mulai dengan mengganti pembalut setiap 3 jam sekali, hingga menggunakan cairan pembersih vagina dengan tingkat pH yang seimbang.

Hindari pula douching alias menyiram cairan khusus ke dalam vagina untuk membersihkan sekresi vagina. Beberapa wanita menggunakan douche untuk “membersihkan” vagina.

Tetapi para dokter tidak menganjurkan karena douche dapat mengganggu bakteri normal vagina.

Jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Mengapa Keputihan Jadi Keluhan Utama Seputar Kesehatan Reproduksi

Keputihan menjadi keluhan seputar kesehatan reproduksi yang paling umum, terutama pada perempuan di Asia. Meski kebanyakan perempuan menduga keputihannya terjadi karena infeksi, nyatanya sebagian besar adalah jenis keputihan yang normal.

Untuk lebih memahami keputihan, sebaiknya kita ketahui dulu dari mana cairan di vagina ini berasal.

Keputihan berasal dari kelenjar di dalam vagina dan leher rahim. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil cairan yang disebut juga dengan sekresi vagina.

Baca Juga: Waspada, Keputihan Bisa Disebabkan karena Pakai Celana Ketat

Cairan akan mengalir keluar dari vagina setiap hari, membersihkan sel-sel tua yang melapisi vagina. Ini adalah proses yang benar-benar alami—sebagai cara tubuh untuk menjaga vagina tetap sehat dan bersih.

Jumlah cairannya bervariasi pada tiap perempuan. Beberapa mengalami keputihan setiap hari, sementara yang lain lebih jarang mengalaminya. Dengan kata lain, keputihan setiap hari sebenarnya hal yang normal.

Keputihan yang normal biasanya tampak bening cenderung keputih-putihan, tanpa aroma, dan volumenya pun tidak terlalu banyak.

Sejak menstruasi pertama perempuan sampai menopause, hormon menstruasi mendorong terjadinya keputihan. Rata-rata, akan dihasilkan satu sampai empat mililiter cairan vagina sehari. Jumlahnya akan meningkat seiring dengan peningkatan kadar estrogen dalam tubuh, seperti selama hamil dan ovulasi.

Meski demikian, bagi sebagian besar perempuan, keputihan yang berlebihan sehingga celana dalam terasa basah bisa menyebabkan rasa tidak nyaman. Selain itu, tak sedikit yang khawatir dengan kesehatannya jika keputihan selalu terjadi.

Kapan keputihan bisa dianggap gangguan

  • Sebagian perempuan memang memiliki “ektopi serviks” yang dapat meningkatkan keputihan. Ektopi serviks merupakan kondisi ketika zona sel penghasil lendir serviks menghadap ke luar ke bagian atas vagina, bukannya di dalam saluran serviks. Kondisi ini memang bisa membuat tidak nyaman. Konsultasikan ke dokter atau bidan untuk mencari cara mengatasinya.

  • Berubahnya pH vagina juga dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari organisme seperti candida, ragi, yang biasa disebut trush alias kandidiasis. Keputihan ini sangat khas yang disebabkan oleh candida berwarna putih, seperti keju cottage dan disertai dengan rasa gatal dan terkadang kemerahan, bengkak dan nyeri saat buang air kecil.

  • Bacterial vaginosis (BV) adalah kondisi pertumbuhan berlebih bakteri di vagina. BV mungkin tidak menyebabkan keluarnya cairan keputihan ekstra, tetapi jika terjadi, seringkali berbau amis dan berbusa.

  • Infeksi menular seksual (IMS) terkadang menjadi penyebab keputihan. Yang paling sering adalah klamidia, gonore, atau trikomonas. Ketiga IMS ini dapat diderita tanpa gejala (asimtomatik), terutama klamidia. Tetapi jika sampai keluar cairan, cenderung disertai dengan nanah.

    Pada infeksi klamidia dan gonore, cairan keputihan berwarna kuning, berbusa dan bau tidak sedap pada infeksi trikomonas.

  • Kondisi kulit vulva dan vagina juga dapat mempengaruhi keputihan. Iritasi dari parfum, deodoran, sabun, dan pembersihan berlebihan dapat menyebabkan dermatitis kronis, sementara douching dan spermisida dapat mengiritasi lapisan vagina atau mengubah keseimbangan mikroba.

  • Beberapa wanita juga memiliki alergi terhadap lateks atau produk lain yang mungkin masuk ke dalam vagina. Keputihan belum tentu jadi gejala utama, namun yang lebih sering adalah ada rasa gatal, nyeri, kemerahan, dan bengkak.

Jika kamu khawatir dengan keputihan yang dialami, kunjungi dokter atau tenaga kesehatan di klinik kesehatan wanita atau klinik keluarga berencana.

Dokter atau perawat mungkin menanyakan tentang riwayat menstruasi dan kehamilan, penggunaan kontrasepsi dan hormon, riwayat seksual, riwayat kesehatan termasuk kondisi kulit dan penggunaan produk topikal pada kulit genital, ada tidaknya gejala lain, dan penggunaan tampon atau benda lain dimasukkan ke dalam vagina.

Baca Juga: Adakah Makanan yang Bisa Pengaruhi Keputihan dan Aroma Miss V?

Jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Seberapa Banyak Keputihan yang Dianggap Normal?

Jangan ragu untuk memeriksa keputihan yang dialami. Sebab, keputihan seperti petunjuk yang diberikan tubuh.

Keputihan terkadang dapat memberi tahu apa yang terjadi di bawah sana, termasuk jika kamu memiliki potensi masalah kesehatan yang harus diperiksa dokter.

Tapi berapa banyak cairan keputihan yang normal? Tidak ada jawaban yang mudah di sini, meski volume keputihan tetap dapat mengisyaratkan beberapa hal tentang kesehatan kamu.

Keputihan mungkin tampak misterius dari mana datangnya, tetapi sebenarnya lendir itu hanya campuran sel dan cairan dari vagina dan lendir dari leher rahim.

Baca Juga: Waspada, Keputihan Bisa Disebabkan karena Pakai Celana Ketat

Menurut Mayo Clinic, keluarnya cairan ini punya tujuan yang baik, yakni sebagai cara vagina membersihkan dirinya sendiri, membuatnya tetap lembab, dan melindungi dirinya dari infeksi dan iritasi.

Tidak ada jumlah debit yang dianggap “normal” untuk semua orang. Intinya adalah mempelajari seberapa normal bagi masing-masing individu.

Jangan khawatir jika sepertinya kamu memiliki keputihan yang jauh lebih banyak atau lebih sedikit daripada orang lain.

Sama seperti keringat, ada orang yang keringatnya banyak, ada yang biasa-biasa saja, bahkan susah berkeringat. Jadi, tiap orang berbeda.

Dokter pun tidak bisa menentukan keputihan yang dianggap banyak atau sedikit. Kita sendirilah yang harus memantau biasanya seberapa banyak.

Siklus menstruasi

Pahami pula bahwa definisi keputihan normal berubah-ubah sepanjang bulan, dipengaruhi oleh siklus haid.

Setelah menstruasi selesai, tak berarti tubuh tidak mengeluarkan cairan apapun sebab ada cairan yang berasal dari jaringan vagina sendiri. Namun lebih sedikit daripada yang di waktu lain.

Menjelang siklus haid, tubuh pun mulai bersiap untuk ovulasi, kadar estrogen meningkat, dan cairan keputihan lebih banyak. Keputihan itu bisa berwarna putih, kuning, atau tampak keruh, dan mungkin terasa lengket.

Tingkat estrogen terus meningkat saat mendekati ovulasi, dan keputihan mungkin menjadi sangat tipis dan licin karena tubuh mengeluarkan lebih banyak lendir serviks.

Lendir ini ada untuk membantu sperma melakukan perjalanan ke leher rahim sehingga lebih mudah terjadi pembuahan.

Jika tidak hamil setelah melepaskan sel telur selama ovulasi, kadar estrogen akan berkurang, sehingga jumlah lendir serviks pun sedikit.

Keputihan kamu mungkin menjadi lebih tebal dan lebih keruh lagi, kemudian ada beberapa hari yang “bersih”. Setelah menstruasi tiba, siklus pun dimulai lagi.

Penggunaan kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi juga berpengaruh pada keputihan. Jika kamu menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, kamu mungkin tak terlalu melihat perbedaan cairan keputihan sepanjang bulan.

Bahkan jika kontrasepsi hormonal kamu tidak mengandung estrogen, hormon progesteron di dalamnya tetap mempengaruhi keputihan.

Progestin yang ditemukan dalam metode kontrasepsi pil KB kombinasi, pil mini, IUD hormonal, dan suntikan, membuat lendir serviks lebih kental untuk memperlambat pergerakan sperma. Dengan begitu keputihan kamu tidak terlalu licin.

Ketika kita hamil, kadar estrogen terus meningkat sehingga keputihan terasa lebih basah dan licin selama kehamilan.

Kehamilan juga akan meningkatkan volume darah dan itu bisa menyebabkan tubuh mengeluarkan lebih banyak cairan dari biasanya.

Kondisi keputihan yang wajib diwaspadai

Intinya, jumlah cairan keputihan akan bervariasi tergantung pada banyak hal. Namun, jika kamu merasa cairan keputihan lebih banyak dari biasanya tanpa alasan yang jelas, mungkin perlu diperiksakan ke dokter.

Kondisi keputihan yang wajib diwaspadai adalah keputihan yang disertai dengan beberapa gejala lain seperti ada rasa terbakar saat buang air kecil, atau terasa nyeri ketika berhubungan seksual.

Berhati-hati juga jika ada darah pada cairan keputihan padahal tidak sedang menstruasi. Gejala ini bisa juga disebabkan karena ada polip di rahim, kanker serviks, atau flek karena menggunakan kontrasepsi. Untuk memastikannya tetap harus diperiksa oleh dokter.

Baca Juga: Sejauh Mana Stres Menyebabkan Keputihan?

Jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Gatal-gatal Ketika Keluar Keputihan Tanda Hamil, Apakah Normal?

Sering dianggap sebagai sesuatu yang tabu untuk dibahas, banyak perempuan menjadi ragu untuk bercerita mengenai keputihan. Tak jarang, perempuan yang mengalami keputihan merasa malu, sebab ada stigma bahwa keputihan hanya terjadi ketika seseorang kurang mempedulikan kebersihan. Padahal, kenyataannya keputihan bisa terjadi pada siapapun karena berbagai faktor, termasuk perubahan hormon yang bisa terjadi di masa kehamilan. Keputihan tanda hamil mulai menjadi semakin banyak pada trimester pertama, seiring dengan perubahan warna kulit di sekitar vulva yang menjadi tambah gelap (Regan, 2019). Pertanyaannya, bagaimana bila keputihan yang muncul disertai dengan rasa gatal? Apakah normal? Berikut sekilas penjelasannya dari segi kesehatan reproduksi.

Baca Juga: Keputihan Setiap Hari, Normalkah?

Keputihan pada dasarnya adalah cairan yang menjadi benteng pertahanan untuk mencegah masuknya bakteri di leher rahim (Hill, 2019). Kamu mungkin pernah mendengar bahwa vagina membersihkan dirinya sendiri. Nah, salah satu caranya adalah dengan mengeluarkan cairan keputihan. Saat hamil, tubuh menyiapkan ‘perlindungan ekstra’ agar janin tetap aman dan terlindungi. Inilah alasan mengapa ada keputihan tanda hamil.

Keputihan yang normal biasanya tampak bening cenderung keputih-putihan, tanpa aroma, dan volumenya pun tidak terlalu banyak. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa ketika kamu sedang mengandung, volume keputihan bisa saja terus bertambah, khususnya di penghujung kehamilan. Pada minggu terakhir kehamilan, keputihan dapat mengandung lendir yang lengket berwarna pink yang menyerupai jelly (NHS UK). Keputihan yang seperti ini pada umumnya tidak mengganggu serta tak menyebabkan rasa gatal sama sekali.

Sebaliknya, keputihan abnormal disebabkan oleh bakteri, jamur, dan parasit serta memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Marhaeni, 2016):

  • Volumenya banyak
  • Berwarna putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan
  • Disertai bau amis atau busuk
  • Menyebabkan rasa gatal dan/atau perih

Jadi, bila keputihan tanda hamil disertai dengan rasa gatal yang membuatmu ingin menggaruk-garuk area selangkangan terus-terusan, ini adalah salah satu gejala yang perlu diwaspadai. Bisa jadi, ada infeksi menular seksual atau gangguan kesehatan reproduksi lainnya yang menyerangmu. Untuk memastikannya, sebaiknya segeralah menjadwalkan pemeriksaan ke dokter. Dengan demikian, penyebabnya bisa diketahui. Hindari berusaha melakukan pengobatan sendiri dengan bedak, lulur, rempah, krim gatal, atau sembarang sabun yang tingkat pHnya tidak diketahui. Soalnya, ini bisa membuat masalah keputihan yang abnormal jadi semakin buruk. Daripada mengambil risiko, lebih baik kamu mengandalkan resep dokter.

Untuk mencegah munculnya keputihan yang berbahaya di tengah masa kehamilanmu, bersihkanlah vulva secara rutin dengan air bersih di bagian luar saja. Tak perlu membersihkan hingga ke bagian dalam liang vagina. Bila kurang puas hanya dengan air, gunakanlah sabun pembersih yang memang dibuat untuk kesehatan organ seksual perempuan. Andalan Feminine Care Fresh Intimate Wash merupakan sabun pembersih khusus dengan tingkat pH 3.5-4.9 yang aman bagi vulva. Dengan kandungan sirih, chamomile, dan aloe vera, Andalan Feminine Care Fresh Intimate Wash bisa membantu membersihkan dan menyegarkan vulva. Tak hanya itu, kandungan probiotiknya juga tinggi, sehingga bisa menambah populasi bakteri baik yang dibutuhkan oleh organ seksual dan reproduksimu. Kamu pun bisa merasa lebih nyaman dalam beraktivitas sepanjang hari.

Baca Juga: Kenali Keputihan yang Normal Saat Hamil

Begitulah penjelasan soal keputihan tanda hamil dan langkah-langkah yang perlu dilakukan bila keputihan menimbulkan rasa gatal. Selain itu, jika kamu masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai topik ini, kamu pun bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan inip pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Waspada, Keputihan Bisa Disebabkan karena Pakai Celana Ketat

Memilih pakaian dalam sebaiknya jangan hanya karena alasan fungsi dan modelnya yang menarik, tapi juga pengaruhnya bagi kesehatan. Celana dalam yang ketat, misalnya, berpengaruh pada kesehatan vagina.

Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pakaian dalam dapat berdampak serius pada kesehatan vagina, termasuk memicu keputihan.

Keputusan yang kamu buat tentang apa pakaian dalam yang dipakai dapat berimplikasi pada sirkulasi, kesehatan kulit, dan mikrobioma vagina.

Baca Juga: Normalkah Keputihan Pada Remaja?

Tidak ada dua orang yang sama, sehingga satu bahan dapat menimbulkan gangguan pada seseorang, tetapi mungkin sangat nyaman bagi orang lain.

Walau tidak ada satu patokan standar untuk semua dalam hal pakaian dalam, namun penelitian menemukan bahwa jika kamu mengenakan pakaian dalam terlalu lama, basah, atau terlalu ketat, berpengaruh pada kesehatan yang serius.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Obstetrics and Gynecology and Reproductive Biology, pemilihan bahan pakaian dalam sangat penting.
Mengenakan pakaian dalam yang bisa bernapas yang terbuat dari serat kain alami dapat mengurangi risiko terkena infeksi bakteri atau jamur yang memicu keputihan.

Ini bukan berarti kamu harus menghindari renda dan bahan sintetis sama sekali, tetapi sebaiknya untuk sehari-hari kamu memakai pakaian dalam dari bahan katun 100 persen.

“Vulva adalah area yang sangat sensitif dan halus, mirip dengan bibir di wajah. Kamu ingin memperlakukannya dengan lembut,” kata dokter obgyn Alyse Kelly-Jones seperti dikutip dari Healthline.

Keputihan yang normal sebenarnya adalah hal yang wajar, bahkan menandakan vagina yang sehat — mirip dengan kelembaban yang selalu ada di mulut— tentu kita perlu memakai celana dalam yang menyerap kelembaban ekstra dengan lembut. Itu sebabnya serat alami yang bernapas lebih disukai.

Terlalu ketat

Bukan hanya jenis bahan yang dapat mengganggu kulit sensitif. Hal penting lain yang perlu dipertimbangkan saat kamu memilih pakaian dalam adalah seberapa ketatnya.

Jika pakaian dalam sangat ketat, hal itu dapat menyebabkan gesekan yang akan mengiritasi dan dapat menyebabkan rambut tumbuh ke dalam.

Demikian pula, penumpukan panas dan kelembaban dapat membuat kita beresiko besar mengalami infeksi jamur.

Hal ini harus diperhatikan jika kamu termasuk sering berolahraga. Beberapa ahli merekomendasikan berolahraga tanpa celana. Namun, jika kamu tidak nyaman dengan itu, pastikan memakai pakaian dalam yang menyerap keringat dan longgar.

Celana dalam model thong

Secara historis celana dalam model thong dianggap buruk bagi kesehatan vagina.

Studi berpendapat bahwa karena potongannya dan ketat, memakai celana dalam model ini dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, vaginosis bakteri, dan infeksi jamur.

Namun, penelitian yang lebih baru menemukan ini tidak terjadi. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Obstetrics and Gynecology menemukan bahwa mengenakan thong tidak terkait dengan infeksi. Disebutkan bahwa kebersihan organ intim secara keseluruhan lebih berpengaruh.

Namun, bahan dan kekencangan thong tetap dapat mempengaruhi kesehatan vagina. Jadi, jika ingin tetap memakainya, pakailah sebentar saja dan pilih yang bahannya bisa menyerap dengan baik.

Selain itu untuk penggunaan shapewear seperti korset, sebaiknya jangan terlalu sering menggunakan yang terlalu ketat.

Walau shapewear sangat efektif untuk membentuk siluet tubuh, namun jika digunakan untuk waktu yang lama dapat mengganggu pencernaan yang menyebabkan mulas dan refluks asam.

Ini juga membuat proses pergi ke toilet tidak praktis sehingga kita cenderung menahan buang air kecil yang beresiko menyebabkan infeksi saluran kemih.

Baca Juga: Keputihan Tanda Hamil, Kenali Lebih Jauh Ciri-cirinya!

Jika kamu memiliki masalah seputar keputihan dan kesehatan reproduksi, kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Perbedaan Keputihan Normal dan Tidak Normal

Tahukah kamu perbedaan keputihan normal dan keputihan tidak normal?

Keputihan adalah bagian alami dari vagina, tetapi terkadang perubahan di dalamnya bisa menandakan masalah. Mari kita lihat berbagai jenis keputihan agar kamu tahu kapan keputihan yang dialami tergolong tidak normal.

Baca Juga: Keputihan Tanda Hamil, Kenali Lebih Jauh Ciri-cirinya!

Lingkungan alami vagina

Fungsi dasar organ vagina adalah untuk menyediakan rute dari luar vagina ke rahim dan seluruh sistem reproduksi internal. Tingkat keasaman (pH) alami vagina berfungsi untuk mencegah infeksi dan keasaman itu disebabkan oleh bakteri baik yang secara alami ada di vagina.

Dalam kondisi “normal”vagina akan membersihkan dirinya sendiri dengan memproduksi cairan lendir yang bening. Jadi, keputihan seperti ini sebenarnya menandakan vagina yang sehat.

Keputihan normal

Pertama, penting untuk memahami bahwa semua perempuan mengalami keputihan. Kelenjar di vagina dan leher rahim menghasilkan sejumlah kecil cairan yang mengalir keluar dari setiap hari, membawa serta sel-sel tua.

Keputihan normal tersebut membantu membersihkan vagina, serta menjaganya tetap terlumasi, bebas dari infeksi dan kuman lainnya. Cairan keputihan ini tidak memiliki bau busuk, bahkan biasanya tidak berbau sama sekali.

Keputihan yang normal seringkali tampak bening atau seperti susu saat mengering di celana dalam. Kadang-kadang, kamu mungkin melihat cairan yang terlihat tipis dan berserabut.

Keseimbangan alami di vagina bisa terganggu oleh apapun yang merusak lingkungan alami vagina, misalnya douching, mengonsumsi antibiotik, sedang hamil, atau menderita penyakit diabetes.

Tanda keputihan abnormal

Penting untuk mengenali tanda-tanda keputihan yang tidak normal karena bisa jadi merupakan tanda infeksi atau kondisi kesehatan lainnya.

Jika kamu mengalami keputihan yang tiba-tiba dan terus meningkat, ini mungkin merupakan tanda adanya masalah.

Perubahan lain yang mungkin mengindikasikan masalah adalah keluarnya cairan berwarna kuning cerah atau kehijauan. Keputihan yang menggumpal atau kental atau cairan yang sangat encer juga bisa menunjukkan ada sesuatu yang salah di vagina.

Tanda-tanda adanya infeksi antara lain:

  • Perubahan pada warna, konsistensi lendir, atau pun jumlahnya.
  • Ada rasa gatal, tidak nyaman, atau ruam.
  • Ada sensasi rasa terbakar saat buang air kecil.
  • Ada darah walau tidak sedang haid.
  • Bau busuk, selain cairan yang berwarna kekuningan, hijau, atau agak abu-abu.

Arti warna keputihan

  • Jika lendir yang keluar berwarna keputihan hingga kuning pucat dan kental dan menggumpal dan ada rasa gatal atau terbakar pada vagina, kemungkinan kamu mengalami infeksi jamur vagina.
  • Jika kamu mengalami keputihan yang lebih berat dari biasanya, yaitu encer dan berwarna keabu-abuan dengan bau amis yang tidak sedap, kemungkinan kamu menderita vaginosis bacterial.
  • Jika kamu mengalami keputihan yang tiba-tiba bertambah banyak, berwarna hijau atau kekuning-kuningan yang berbau tidak sedap, atau menimbulkan gejala vagina, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan pengobatan.

Pengobatan

Pengobatan untuk keputihan akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Untuk infeksi jamur, kamu bisa mendapatkan clotrimazole atau antijamur yang dijual bebas. Tetapi sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan seperti Halo DKT sebelum mengobati sendiri.

Untuk vaginosis bakterial, diperlukan resep dokter.

Mengetahui apa itu keputihan normal dan apa yang mengindikasikan adanya masalah di vagina sangat penting pada usia berapa pun.

Saat kamu terbiasa dengan apa yang normal bagi kamu, pastikan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan jika kamu melihat ada perubahan yang tidak biasa.

Baca Juga: Berhubungan Intim Bila Ada Keputihan Tanda Hamil, Bahaya Nggak Ya?

Kalau kamu ingin tahu lebih detail lagi tentang keputihan dan kesehatan reproduksi, langsung saja konsultasi ke HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Jangan kuatir, semua informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Penyebab Keputihan Coklat Setelah Haid

Ketika kita mengira menstruasi sudah selesai, tiba-tiba ketika akan buang air kecil menyadari ada noda flek seperti keputihan yang berwarna coklat di pakaian dalam.

Keluarnya cairan coklat tersebut memang bisa menyebalkan, walau sebenarnya adalah hal yang normal.

Pada dasarnya “keputihan” coklat itu merupakan darah. Ketika darah berubah warna menjadi coklat setelah didiamkan beberapa saat. Keputihan berwarna coklat setelah haid biasanya adalah darah yang sudah tua atau kering yang lambat keluar dari rahim.

Baca Juga: Pria Juga Perlu Tahu Apa Itu Keputihan

Terkadang, keluarnya cairan berwarna coklat dan berdarah bisa menjadi tanda adanya masalah, terutama saat disertai dengan gejala lain.

Ketahui apa saja penyebab cairan coklat yang keluar setelah haid:

Darah haid yang kering

Darah yang membutuhkan waktu lebih lama untuk keluar dari tubuh kamu menjadi lebih gelap, seringkali berwarna coklat. Mungkin juga tampak lebih tebal, lebih kering, dan lebih kental daripada darah biasa.

Warna coklat adalah hasil oksidasi, yang merupakan proses normal. Itu terjadi ketika darah bersentuhan dengan udara.

Kamu juga mungkin melihat darah menstruasi menjadi lebih gelap atau coklat di dekat akhir periode.

Beberapa wanita mengalami keputihan selama satu atau dua hari setelah menstruasi berakhir. Yang lain mengalami keputihan coklat yang datang dan pergi selama satu atau dua minggu.

Itu benar-benar hanya tergantung pada seberapa baik rahim melepaskan lapisannya dan kecepatannya keluar dari tubuh kamu. Setiap orang berbeda.

Polycystic ovary syndrome (PCOS)

Polycystic ovary syndrome adalah kondisi yang berpengaruh pada hormon seorang wanita. Ketika kadar hormon pria dalam tubuh terlalu tinggi, maka seorang wanita akan mengalami haid yang tidak teratur atau tidak haid sama sekali.

PCOS dialami sekitar 6 sampai 10 persen wanita usia subur.

Pada wanita dengan PCOS, terkadang keputihan coklat terjadi pada saat menstruasi, terkadang juga cairan coklat itu merupakan darah dari siklus haid sebelumnya.

Gejala PCOS lainnya termasuk: Tumbuh rambut di bagian wajah, kegemukan, sulit punya anak, bercak gelap di kulit, hingga gampang jerawatan.

Premenopause

Premenopause merupakan kondisi ketika tubuh secara alami memasuki masa peralihan ke menopause. Biasanya dimulai 10 tahun sebelum menopause, yakni sekitar usia 30-40 tahun.

Pada periode ini, kadar estrogen naik dan turun, menyebabkan perubahan pada siklus haid. Periode premenopause bisa panjang atau singkat.

Terkadang seorang wanita yang akan menopause akan mengalami haid tanpa ovulasi. Perubahan ini menyebabkan munculnya cairan coklat setelah haid dan terkadang selama haid.

Gejala premenopause lainnya antara lain: semburan panas di wajah, susah tidur, vagina kering, menurunnya gairah seks, mood swing.

Kontrasepsi implan

Kontrasepsi implan adalah jenis kontrasepsi hormonal yang diimplan ke bawah kulit lengan atas. Kontrasepsi ini akan melepaskan hormon progestin ke dalam tubuh untuk mencegah kehamilan.

Perdarahan haid yang tidak teratur dan keputihan coklat adalah efek samping yang umum ketika tubuh sedang menyesuaikan dengan kadar hormonal.

Infeksi menular seksual

Beberapa jenis infeksi menular seksual bisa menyebabkan keputihan atau flek diluar menstruasi. Misalnya saja klamidia, gonorea, dan bacterial vaginosis.

Selain flek, gejala lain adalah gatal di vagina, nyeri saat berkemih, nyeri saat berhubungan seksual, nyeri pada panggul, dan keputihan lain.

Penyebab keputihan coklat setelah tidak haid

Jika kamu bulan ini tidak menstruasi, kamu mungkin mengalami keluarnya cairan berwarna kecoklatan sebagai pengganti periode reguler atau beberapa saat setelah periode haid kamu akan berakhir. PCOS dan perimenopause adalah penyebab umum.

Kamu juga mungkin mengalami menstruasi yang terlewat diikuti dengan keluarnya cairan coklat jika kamu baru saja mulai menggunakan kontrasepsi hormonal baru. Terkadang bercak kecoklatan itu juga bisa menjadi tanda kehamilan.

Baca Juga: Keputihan Berwarna Coklat dan Kemungkinan Penyebabnya

Keluhan seputar keputihan, menstruasi dan bagaimana menjaga organ kewanitaan selama menstruasi juga bisa kamu konsultasikan ke Halo DKT. Kamu cukup menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Tips Bagi Orangtua Membahas Topik Keputihan pada Remaja Putri

Perubahan fisik dan emosi yang dialami remaja di usia pubertas, termasuk terjadinya keputihan dan menstruasi bisa sangat membingungkan. Orangtua bisa membantu remaja putri melalui momen tersebut.

Orangtua seharusnya menjadi tempat yang tepat bagi anak remaja untuk mencurahkan kecemasan, kebingungan, dan juga mendapatkan dukungan.

Baca Juga: Kenali Infeksi Bakteri Penyebab Keputihan

Keputihan adalah topik yang dapat Anda bahas bersama “si abege” untuk membantunya memahami apa yang sedang terjadi.

Sebelum remaja putri mendapatkan menstruasi pertamanya, dia mungkin akan melihat noda kuning atau putih di celana dalamnya. Ini adalah cairan – cairan yang membasahi dan membersihkan vagina dan pertanda baik bahwa dia akan segera mendapatkan menstruasi pertamanya.

Anak perempuan biasanya mulai menstruasi antara usia 10 dan 16 tahun. Kebanyakan anak perempuan mulai ketika mereka berusia sekitar 12 tahun. Karena setiap orang berkembang pada tingkat yang berbeda, tidak ada patokan usia yang benar atau dimulainya menstruasi.

Jika Anda belum memulai menstruasi pada saat Anda berusia 16 tahun, kunjungi dokter Anda untuk pemeriksaan.

Keputihan adalah bagian dari persiapan tubuh

Terkadang remaja dan ibunya menganggap keluarnya cairan itu adalah infeksi jamur dan mengobatinya dengan obat yang dijual bebas. Tindakan itu dapat menyebabkan lebih banyak iritasi.

Jika seorang remaja putri mulai mengalami keputihan, ajarkan untuk lebih menjaga kebersihan organ intim dengan selalu membilas dengan air untuk menjaga area sebersih mungkin.

Meskipun mungkin memalukan baginya untuk membicarakannya, yakinkan dia bahwa keputihan merupakan proses normal dan sebenarnya pertanda tubuhnya bekerja dengan baik.

Keputihan membuat vagina tidak mengering dan juga dapat membantu melindungi dari hal-hal seperti infeksi jamur.

Anda juga dapat menjelaskan bahwa keputihan adalah cara alami tubuh menjaga kebersihan organ kewanitaan dan tidak perlu dikhawatirkan, kecuali baunya tidak sedap atau warna atau konsistensinya berubah drastis (jika demikian, jangan ragu untuk pergi ke dokter).

Jumlah dan konsistensi keputihan yang sehat akan bervariasi sepanjang siklus menstruasinya dan terkadang dapat membuatnya merasa kurang nyaman dari biasanya karena terasa basah.

Memakai produk seperti pembalut tipis atau sering mengganti pakaian dalam bisa dipertimbangkan untuk membantunya merasa bersih dan segar.

Memahami jenis keputihan yang tidak normal

Ajarkan juga ke anak tentang jenis keputihan yang tidak normal dan perlu diwaspadai:

  • Keputihan karena infeksi jamur
    Ini akan terlihat tebal, putih, dan menggumpal. Vulva mungkin terlihat sangat merah dan kasar.
  • Keputihan karena bacterial vaginosis (BV)
    BV terjadi ketika salah satu bakteri mendominasi. Bacterial vaginosis bukan infeksi menular seksual. Keputihan akan berwarna keabu-abuan, terasa perih, dan berbau agak amis.
  • Gonorea
    Infeksi menular seksual gonore tidak selalu menghasilkan cairan, tetapi ketika itu terjadi, bentuknya akan menjadi berat dan berwarna abu-abu, kuning, atau hijau.
  • Trikomoniasis
    Ini akan muncul sebagai lendir yang berat, abu-abu, terkadang berbusa, dan menjengkelkan

Jangan ditunda membicarakannya

Sayangnya kebanyakan orang tua menunda membicarakan topik ini dan menunggu anaknya pubertas.

Banyak orang tua menunda membahas soal pubertas karena merasa tidak nyaman. Padahal, menunggu sampai nyaman dengan topik tersebut bisa menjadi kesalahan yang fatal, sebab kebanyakan orang tua mungkin tidak akan pernah merasa benar-benar nyaman membicarakannya.

Topik ini memang rumit untuk dihadapi semua orang. Tapi, cobalah untuk menyampaikannya dengan tenang dan percaya diri, meskipun di dalam hati Anda mungkin merasa gugup menyampaikannya.

Baca Juga: Keputihan dan Siklus Menstruasi Bulanan

Idealnya diskusi tentang topik ini dilakukan lebih awal untuk mempersiapkan mereka. Cara penyampaiannya bisa disesuaikan dengan usia anak. Misalnya pada anak usia 7 tahun tentu bahasanya berbeda dengan anak usia 5 tahun.

Kamu juga bisa berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.