Normalkah Keputihan Pada Remaja?

Ketika remaja putri memasuki masa pubertas, ada sejumlah perubahan pada tubuhnya. Termasuk mengalami keputihan. Hal ini sepenuhnya normal.

Seiring dengan perubahan fisik, misalnya postur semakin tinggi atau payudara mulai tumbuh, seorang remaja mungkin menyadari keluarnya cairan dari vagina alias keputihan. Kondisi ini terkadang membuat remaja khawatir.

Adalah normal dan sehat bagi tubuh remaja putri untuk mengeluarkan cairan bening atau putih dari vagina. Lendir diproduksi secara normal dari serviks. Jadi, tak perlu cemas lagi ya.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Keputihan yang normal

Keputihan yang sehat bervariasi sepanjang siklus menstruasi, dan mungkin sedikit berwarna coklat menjelang akhir periode haid, tetapi keputihannya tidak memiliki bau atau warna yang kuat.

Setiap perubahan dalam jumlah, warna atau bau keputihan – atau adanya gejala lain seperti gatal, nyeri atau pendarahan yang tidak terduga – dapat mengindikasikan infeksi vagina (vaginitis) dan harus segera diperiksa oleh dokter.

Vaginitis mengacu pada peradangan atau infeksi pada vagina. Ini adalah masalah umum yang dialami perempuan dari segala usia.

Penyebab keputihan yang tidak normal

Memang ada sejumlah faktor dapat menyebabkan keputihan yang tidak normal, yang tersering adalah infeksi yang mengganggu keseimbangan alami flora dan bakteri di vagina.

Selain terganggunya keseimbangan di vagina, penyebab lain termasuk:

  • Terpapar zat kimia di produk semprotan atau krim
  • Pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat
  • Kondisi kesehatan secara umum pada remaja
  • Perubahan hormonal atau kebiasaan menjaga kebersihan personal
  • Terpapar kuman atau bakteri dari pasangan seksual
  • Jenis-jenis keputihan yang tidak normal

Kita bisa mengidentifikasi penyebab keputihan yang tidak normal berdasarkan warna, konsistensi, dan bau keputihan. Namun, penting untuk tidak mendiagnosis sendiri dan mengobati sendiri.

Kamu perlu tahu bahwa ada lebih dari satu jenis infeksi yang terjadi di vagina pada satu waktu, terkadang tanpa gejala dan banyak dari kondisi tersebut memiliki gejala yang sama.

Remaja putri yang mengalami keputihan abnormal harus diperiksa dan mendapat pengobatan oleh dokter.

Berikut adalah jenis-jenis keputihan yang tak normal pada remaja:

  1. Keputihan yang encer atau cairan berwarna putih dengan rasa gatal yang hebat
    Keputihan kental, putih, seperti keju cottage yang encer, dan biasanya tidak berbau, mungkin merupakan gejala infeksi candida vagina atau dikenal sebagai infeksi jamur.
    Infeksi jamur sangat umum dan dapat menyebabkan gatal dan kemerahan pada vulva dan vagina.

    Infeksi ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan bakteri sehat dan ragi yang ada di vagina. Misalnya, kamu mengonsumsi antibiotik untuk mengobati infeksi di bagian lain tubuhnya, namun tetap dapat mempengaruhi bakteri di vagina. Ketika jamur tumbuh berlebihan, terjadilah infeksi.

  2. Keputihan berwarna abu-abu atau putih dengan bau amis
    Keputihan yang encer dan seperti susu, atau abu-abu dan berat, dan berbau amis, mungkin merupakan gejala vaginosis bakteri.

    Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, bukan jamur, dan terjadi ketika spesies tertentu dari bakteri normal vagina tumbuh di luar kendali dan memicu peradangan.

  3. Cairan keputihan berbusa, berwarna hijau atau kuning
    Cairan keputihan yang seperti berbusa, berbau apek, dan kuning kehijauan, mungkin merupakan gejala trikomoniasis. Salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang paling umum. Trikomoniasis disebabkan oleh parasit bersel satu yang disebut trichomonas vaginalis dan menyebar melalui hubungan seks tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi.
  4. Keputihan yang tidak normal dengan perdarahan atau nyeri
    Meningkatnya cairan keputihan serta nyeri panggul, nyeri saat buang air kecil atau pendarahan diantara periode haid, mungkin gejala klamidia atau gonore.

    Jika tidak diobati, gonore dan klamidia dapat menyebabkan penyakit radang panggul, infeksi serius yang dapat meningkatkan risiko susah hamil.

  5. Keputihan yang tidak normal dengan kutil atau lecet di sekitar alat kelamin
    Keputihan yang tidak normal, disertai dengan rasa sakit, lesi atau luka kecil di daerah vagina, mungkin merupakan gejala dari vaginitis virus. Dua virus penyebab yang paling umum adalah virus herpes simpleks (HSV) dan human papillomavirus (HPV). Lendir keputihan banyak dengan rasa gatal dan terbakar.

    Dalam beberapa kasus, terjadinya keputihan disertai gatal dan terbakar bisa terjadi tanpa adanya infeksi. Ini disebut vaginitis tidak menular.

    Paling sering, vaginitis tidak menular disebabkan oleh reaksi alergi, atau iritasi akibat memakai semprotan vagina, douching, atau produk spermisida.

Baca Juga: Kamu Berisiko Keputihan Jika Punya Tiga Kondisi Berikut!

Jika seorang remaja mengalami gejala-gejala keputihan tidak normal, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

Jangan dibiarkan berlarut-larut sehingga kondisinya bertambah parah. Untuk berkonsultasi dengan dokter seputar topik ini, kamu bisa menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Keputihan Setiap Hari, Normalkah?

Sebagai perempuan, kita semua tahu bahwa keputihan adalah bagian dari keluhan seputar area organ intim. Walau sebenarnya keputihan hal yang normal, tetapi bagaimana jika mengalaminya setiap hari?

Untuk lebih memahami keputihan, sebelumnya ketahui dulu dari mana cairan vagina ini berasal.

Baca Juga: Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Keputihan berasal dari kelenjar di dalam vagina dan leher rahim. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil cairan yang disebut juga dengan sekresi vagina.

Cairan akan mengalir keluar dari vagina setiap hari, membersihkan sel-sel tua yang melapisi vagina. Ini adalah proses yang benar-benar alami—sebagai cara tubuh untuk menjaga vagina tetap sehat dan bersih.

Jumlah cairannya bervariasi pada tiap perempuan. Beberapa mengalami keputihan setiap hari, sementara yang lain lebih jarang mengalaminya.

Dengan kata lain, keputihan setiap hari sebenarnya hal yang normal.

Bedakan yang normal dan tidak normal

Keputihan normal biasanya jernih atau seperti susu dan mungkin memiliki aroma halus yang tidak menyenangkan atau berbau busuk. Penting juga untuk mengetahui bahwa keputihan berubah selama siklus menstruasi.

Perubahan warna dan ketebalan cairan vagina berhubungan dengan ovulasi dan merupakan hal yang alami. Tetapi di luar perubahan normal yang terkait dengan siklus haid, perubahan lain mungkin tidak normal.

Keputihan yang kamu alami mungkin menunjukkan ketidakseimbangan bakteri sehat di vagina, yang bisa menjadi tanda bahwa semuanya tidak baik-baik saja.

Karena setiap perempuan berbeda, ada baiknya untuk memperhatikan keputihan yang kamu alami.

Lama kelamaan kamu akan belajar mengenali apa yang normal dan apa yang mungkin menandakan masalah—terutama jika mengalami gejala lain pada saat yang bersamaan, seperti nyeri saat buang air kecil, gatal-gatal, dan iritasi.

Hanya kamu yang tahu tubuhmu. Jika kamu mengalami keputihan yang tampaknya tidak normal untuk (dengan atau tanpa gejala lain), bicarakan dengan dokter atau bidan.

Baca Juga: Lima Rutinitas di Kamar Mandi untuk Mencegah Keputihan

Kalau kamu ingin tahu lebih detail lagi tentang keputihan dan kesehatan reproduksi, yuk konsultasi langsung di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Tenang segala informasi pribadi akan dijaga dengan baik, jadi jangan ragu untuk berkonsultasi ya.

Adakah Makanan yang Bisa Pengaruhi Keputihan dan Aroma Miss V?

Kamu mungkin pernah mendengar mitos yang menyebut apa yang kita makan bisa berpengaruh pada aroma vagina, bahkan memicu keputihan. Di antaranya adalah buah nanas dan mentimun yang bisa membuat vagina “lebih becek”.

Walau mitos itu dipercaya banyak orang, namun belum ada penelitian yang menyimpulkan kebenarannya.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Namun, sebagian orang mengaku aroma vaginanya berubah ketika mereka banyak mengonsumsi buah, sayuran, atau rempah. Selain itu, konsumsi makanan tinggi gula juga diketahui bisa membuat keputihan lebih sering.

Selama ini para dokter telah memperingatkan pengaruh konsumsi antibiotik pada terganggunya flora vagina sehingga dapat memicu rasa gatal dan juga bau tidak sedap.

Biasanya gangguan itu bersifat sementara dan akan kembali normal ketika kita sudah tidak mengkonsumsi obat. Kita juga bisa menjaga keseimbangan flora vagina dengan mengonsumsi sumber probiotik dan menghindari melakukan douching.

Walau begitu, tidak perlu terlalu khawatir dengan aroma vagina karena pada dasarnya sangat normal jika vagina memiliki bau yang khas.

Keputihan sendiri tidak terkait dengan asupan makanan tetapi disebabkan karena infeksi jamur dan bakteri di vagina. Kondisi ini dapat dialami semua perempuan pada usia berapa pun.

Untuk mencegah keputihan, yang utama adalah menjaga kebersihan organ genital. Saat mandi bersihkan area ini dengan air tanpa sabun untuk sehari-hari.

Namun, pada saat tertentu, misalnya saat menstruasi, kita bisa membersihkannya dengan sabun khusus kewanitaan yang bisa menjaga pH vagina, misalnya Andalan Fresh Intimate Wash.

Hindari menggunakan douching atau semprotan pembersih vagina atau menggunakan sabun yang mengandung pewangi.

Terakhir, gunakan pakaian dalam yang bisa menyerap keringat seperti bahan katun saat kita beraktivitas.

Keputihan pada dasarnya adalah hal yang normal, tetapi ada kondisi yang harus diwaspadai, misalnya jika timbul rasa gatal mengganggu, cairan berwarna kekuningan atau hijau, berbau tidak sedap, dan ada sensasi terbakar saat buang air kecil. Jika menemukan gejala ini coba periksakan ke dokter.

Baca Juga: Salah Perlakukan Celana Dalam Bisa Bikin Keputihan

Informasi seputar keputihan dan cara mengatasinya bisa juga kamu dapatkan dengan berkonsultasi ‎ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Sejauh Mana Stres Menyebabkan Keputihan?

Stres adalah teman sehari-hari masyarakat modern. Hanya saja masing-masing orang memiliki kemampuan berbeda dalam mengelola stres. Dampak stres berkepanjangan mungkin kamu sudah tahu, akan menyebabkan masalah pada kesehatan fisik mulai dari masalah di lambung, darah tinggi, hingga kelelahan akibat sulit tidur. Tapi apakah kamu sudah tahu bahwa stres menyebabkan keputihan?

Baca Juga: Obat-obatan Yang Bisa Menyebabkan Keputihan

Ya, memang benar. Ternyata, hampir tidak ada organ tubuh yang aman dari stres, atau lebih spesifik aman dari hormon kortisol (hormon stres). Menghadapi stres agar cepat mereda seakan belum cukup, wanita yang mengalami stres juga harus menghadapi efeknya pada organ intim.

Mengapa Stres Menyebabkan Keputihan?

Organ intim wanita memang sangat rentan, dan kondisi kesehatannya akan dipengaruhi banyak hal, misalnya penyakit kronis seperti diabetes, kebersihan yang kurang, kehamilan, dan kadar hormon tubuh.

Para wanita mungkin sudah paham, bahwa stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi atau menyebabkan gejala PMS yang berat. Ternyata, stres juga berdampak kondisi vagina wanita. Berikut ini penjelasannya kaitan antara stres dan kondisi organ intim, termasuk keputihan:

  1. Volume cairan cairan lebih banyak
    Keputihan normal adalah sebagai mekanisme tubuh membersihkan dan melindungi vagina. Proses pembersihan vagina ditandai dengan keluarnya cairan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi warna, bau, atau jumlah cairan vagina. Ovulasi, kehamilan, hingga infeksi semuanya mempengaruhi tampilan cairan vagina. Begitu juga stres. Jadi, jika Kamu mengalami keputihan yang lebih berat dari biasanya, kemungkinan karena stres.
  2. Stres menyebabkan kekeringan dan/atau ketidaknyamanan saat berhubungan seks.
    Saat kamu stres, hal yang ingin kamu hindari mungkin hubungan intim. Jadi, masuk akal jika tubuh pun akan mengikutinya. Kondisi stres di pikiran kamu membuat kadar hormon akan mulai bergeser di mana hormon kortisol meningkat dan testosteron turun. Testosteron adalah hormon untuk mendatangkan libido.

    Selain itu, tubuh juga tidak akan mengirimkan cukup darah ke area vagina yang berguna untuk meningkatkan kelembaban, sehingga vagina cenderung keringan dan/atau membuat ketidaknyamanan saat berhubungan seks.

  3. Stres memicu ketidakseimbangan pH.
    Ada beberapa hal yang mengganggu keseimbangan pH di vagina. Untuk menjaga tingkat pH yang sehat, sistem kekebalan tubuh membantu mengatur beberapa jenis bakteri sehat yang berbeda yang hidup berdampingan di vagina dengan harmonis. Stres akan merusak keseimbangan ini.

    Stres sangat berkaitan dengan penurunan kekebalan tubuh, dan juga mempengaruhi tingkat pH vagina. Kondisi ini membuat kamu mengalami peningkatan risiko infeksi jamur dan/atau vaginosis bakterial.

    Penting sekali untuk mengetahui bahwa stres bisa mempengaruhi kondisi organ intim dan menyebabkan keputihan, baik yang disebabkan infeksi jamur maupun bakteri.

Stres mempengaruhi kesehatan kamu mulai ujung kepala hingga ujung kaki. Jika kamu mengalami keputihan yang tidak bisa dijelaskan sebabnya, coba pikirkan jangan-jangan kamu tengah stres berat.

Baca Juga: Ini Bedanya Keputihan Karena Jamur dengan Bakteri

Kalau kamu memiliki masalah seputar keputihan dan kesehatan organ intim, Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Pria Juga Perlu Tahu Apa Itu Keputihan

Keputihan memang masalah umum pada perempuan. Namun, bukan berarti para pria tutup mata dengan masalah perempuan ini. Apalagi saat sudah menikah, pria suatu saat akan berhadapan dengan pasangannya yang mengeluhkan keputihan. Jadi pria pun perlu tahu apa itu keputihan dan bagaimana jika pasangan seksualnya mengalami hal ini.

Baca Juga: Diabetes Menyebabkan Keputihan, Waspada Keputihan Terus Menerus

Apa itu Keputihan dan Mengapa Pria Harus Tahu?

Keputihan adalah adalah lendir atau cairan yang keluar dari vagina. Keputihan ini normal karena cairan vagina merupakan cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembaban organ kewanitaan.

Keputihan menjadi tidak normal jika cairan yang keluar sangat banyak, berbau, berwarna kekuningan atau kehijauan dan disertai gejala kemerahan, gatal, dan nyeri di sekitar vagina. Penyebab keputihan tidak normal yang paling sering adalah infeksi jamur candida, atau kandidiasis.

Ketika wanita mengalami keputihan akibat infeksi jamur atau dalam kasus yang lebih jarang disebabkan infeksi bakteri (vaginosis bakterial), tentunya aktivitas seksual menjadi terhambat. Jika keputihan tidak segera diobati, maka akan berlarut-larut dan menimbulkan ketegangan dengan pasangan pria.

Wanita perlu membicarakan hal ini dengan pasangannya, bahwa ia merasa tidak nyaman berhubungan seksual karena gejala keputihan yang mengganggu. Untuk mempermudah menemukan jalan tengah, bisa dimulai dengan pria maupun wanita mendapatkan edukasi tentang pengobatan, gejala, dan penyebab infeksi jamur.

Semakin banyak kamu dan pasangan tahu tentang jenis infeksi ini, semakin baik pula pasangan suami istri untuk dapat mengatasinya. Satu hal yang perlu pria ketahui adalah, keputihan akibat jamur ini sangat sering terjadi pada wanita. Faktanya, dua dari tiga wanita akan mengalami infeksi jamur selama hidup mereka. Infeksi jamur bukanlah hal yang memalukan.

Bicarakan juga dengan pasangan bahwa infeksi jamur vagina bukanlah penyakit menular seksual. Jamur yang menyebabkan infeksi jamur vagina adalah sejenis jamur yang disebut Candida albicans. Jamur ini biasanya tidak berasal dari kontak seksual, karena secara alami ia hidup di area vagina, hanya pertumbuhannya terkendali.

Pria bisa mempelajari bahwa penyebab paling umum dari infeksi jamur adalah lingkungan vagina yang terlalu lempap, kadar gula yang tinggi, menjelang haid, atau salah satu efek samping minum antibiotik, pil KB dan kehamilan.

Meskipun infeksi jamur biasanya tidak disebabkan atau ditularkan melalui hubungan seks, sebagian kecil pria (kurang dari 15 persen) bisa juga mengalami gatal, terbakar, atau ruam merah di ujung penis akibat hubungan seks tanpa kondom dengan wanita yang memiliki infeksi jamur. Pria yang tidak disunat mungkin memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi.

Bagaimana berhubungan seksual saat pasangan mengalami keputihan?

Biasanya perempuan yang mengalami infeksi jamur akan menghindari hubungan seksual sementara. Hal ini karena gejala infeksi jamur dapat membuat seks vaginal tidak nyaman, dan iritasi akibat hubungan intim dapat memperburuk infeksi di vagina.

Agar tidak salah paham, penting memberitahu pasangan tentang hal ini. Yakinlah bahwa hal ini tidak berlangsung selamanya. Dengan pengobatan yang benar, keputihan akibat jamur mudah disembuhkan.

Ladies, akan sangat membantu jika pasanganmu diajak saat konsultasi dan berobat ke tenaga medis atau dokter. Dengan begitu, pria akan lebih paham apa itu keputihan dan bagaimana pengobatannya.

Baca Juga: Resah Gelisah karena Keputihan Berulah

Pria juga bisa lho bertanya seputar keputihan, yakni dengan berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Kenali Keputihan yang Normal Saat Hamil

Keputihan adalah hal yang normal saat hamil, tetapi ada juga warna keputihan yang menunjukkan adanya infeksi genital.

Setiap perempuan akan selalu mengalami keputihan mulai satu atau 2 tahun sebelum pubertas dan berakhir setelah menopause.

Baca Juga: Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Berapa banyak cairan yang keluar berubah dari waktu ke waktu. Biasanya menjadi lebih berat sebelum menstruasi. Saat hamil, normal untuk mengeluarkan lebih banyak dari sebelumnya.

Keputihan yang sehat biasanya encer, bening atau putih susu, dan tidak berbau tidak sedap.

Peningkatan lendir atau keputihan ini membantu mencegah infeksi apa pun yang naik dari vagina ke rahim.

Menjelang akhir kehamilan, jumlah keputihan semakin meningkat. Pada minggu terakhir kehamilan, mungkin mengandung garis-garis lendir merah muda yang lengket seperti jeli.

Ini disebut “pertunjukan”, dan terjadi ketika lendir yang ada di leher rahim selama kehamilan hilang. Itu tandanya tubuh mulai bersiap untuk melahirkan.

Yang perlu diwaspadai

Waspadai jika keputihan yang kamu alami berupa:

  • Berbau amis atau menyengat
  • Cairan berwarna kuning atau kehijauan
  • Terasa gatal dan ada luka kecil di sekitar organ genital
  • Mengalami rasa sakit saat buang air kecil

Gejala-gejala tersebut merupakan tanda infeksi vagina atau infeksi menular seksual. Periksakan ke dokter atau bidan untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Untuk menjaga kesehatan vagina selama kehamilan, lakukan beberapa tips berikut:

  • Hindari menggunakan tampon
  • Hindari melakukan douching atau mencuci vagina dengan cairan pembersih
  • Gunakan produk kebersihan organ intim yang tidak mengandung parfum
  • Gunakan pakaian dalam yang bisa menyerap keringat
  • Setelah buang air besar atau kecil, basuh area genital dari arah depan ke belakang
  • Keringkan area genital dengan baik setelah mandi atau buang air
  • Hindari pakaian dalam yang terlalu ketat atau berbahan nilon
  • Konsumsi makanan bergizi seimbang dan batasi konsumsi gula karena bisa memicu pertumbuhan jamur
  • Konsumsi makanan atau minuman mengandung probiotik

Baca Juga: Begadang dan Makanan Manis, Dua Kebiasaan yang Menyebabkan Keputihan

Nah, buat kamu yang punya pertanyaan seputar kehamilan dan kesehatan reproduksi, kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Keputihan Berwarna Coklat dan Kemungkinan Penyebabnya

Keputihan berwarna coklat biasanya normal jika terjadi menjelang atau sesudah menstruasi. Mengapa? Darah membutuhkan waktu untuk keluar rahim dan terjadi oksidasi. Inilah yang menyebabkannya cairan vagina tampak berwarna coklat muda atau gelap.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Penyebab Keputihan Berwarna Coklat

Selain karena menstruasi, berikut ini beberapa kemungkinan penyebab keputihan berwarna coklat:

  1. Ketidakseimbangan hormon dalam siklus menstruasi
    Keputihan berwarna coklat mungkin menandakan ketidakseimbangan hormon. Estrogen membantu menstabilkan lapisan endometrium di dalam rahim. Jika kadar estrogen rendah, lapisan tersebut dapat lepas di luar siklus menstruasi. Akibatnya, ada bercak coklat atau pendarahan abnormal dari cairan vagina.
  2. Kontrasepsi hormonal
    Kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, dapat menyebabkan bercak pada bulan-bulan pertama penggunaan. Bercak kecoklatan akan lebih sering terjadi jika kontrasepsi yang kamu gunakan mengandung kurang dari 35 mikrogram estrogen.

    Jika bercak coklat ini berlanjut selama lebih dari tiga bulan, pertimbangkan untuk berbicara dengan dokter untuk mengganti metode kontrasepsi.

  3. Ovulasi
    Sekitar 3 persen perempuan mengalami bercak ovulasi di tengah-tengah tengah siklus menstruasi mereka. Ini adalah waktu saat sel telur dilepaskan dari ovarium. Warna bercak dapat merah ke merah muda hingga coklat dan mungkin juga bercampur dengan cairan bening.
  4. Kista ovarium
    Kista ovarium adalah kantong atau kantung berisi cairan yang terbentuk pada satu atau kedua ovarium. Kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun dan akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Terkadang, kista tidak sembuh dan bisa tumbuh lebih besar. Jika ini terjadi, maka dapat menyebabkan gejala apa saja mulai dari bercak coklat hingga rasa nyeri di panggul.
  5. Infeksi rongga panggul dan penyakit menular seksual (IMS)
    Infeksi menular seksual (IMS) dapat menyebabkan keputihan berwarna coklat atau pendarahan dari vagina. Beberapa infeksi, seperti gonore atau klamidia, juga menimbulkan gejala nyeri saat buang air kecil, dan rasa tertekan di panggul.
  6. Vaginosis bacterial
    Ini adalah keputihan yang disebabkan infeksi bakteri di vagina. Infeksi ini tidak selalu ditularkan melalui kontak seksual. Bisa disebabkan oleh pertumbuhan bakteri yang berlebihan yang dapat menyebabkan perubahan tekstur, warna, atau bau keputihan.
  7. Endometriosis
    Endometriosis adalah suatu kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di tempat-tempat di luar rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan banyak gejala, biasanya nyeri menstruasi hingga bercak coklat. Kamu harus curiga jika keputihan berwarna coklat juga disertai kembung, mual, atau rasa sakit saat berhubungan seks.
  8. Implantasi sel telur
    Implantasi terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim. Ini terjadi 10 hingga 14 hari setelah pembuahan dan dapat menyebabkan pendarahan ringan dari vagina, biasanya berwarna merah atau coklat.
  9. Kehamilan ektopik
    Terkadang sel telur yang telah dibuahi menempel di dalam saluran tuba atau di ovarium, perut, atau leher rahim. Ini disebut kehamilan ektopik, atau hamil di luar rahim. Salah satu tandanya adalah keputihan berwarna coklat, namun disertai nyeri hebat di perut atau panggul. Segera temui dokter.
  10. Keguguran
    Sekitar 10 hingga 20 persen kehamilan berakhir dengan keguguran, biasanya sebelum janin mencapai usia kehamilan 10 minggu. Gejalanya bisa datang tiba-tiba dan termasuk keluarnya cairan berwarna cokelat dalam jumlah banyak atau pendarahan dari vagina. Keguguran biasanya akan disertai kram atau nyeri di perut bagian bawah. Kamu harus segera ke dokter.
  11. Perimenopause
    Menjelang menopause disebut masa perimenopause. Kebanyakan orang mulai perimenopause sekitar usia 40-an. Perimenopause ditandai dengan fluktuasi kadar estrogen. Ini dapat menyebabkan pendarahan atau bercak keputihan yang tidak teratur, yang mungkin berwarna coklat, merah muda, atau merah.

Baca Juga: Kenali Infeksi Bakteri Penyebab Keputihan

Kapan harus ke dokter?

Dalam banyak kasus, keputihan berwarna coklat adalah darah lama yang membutuhkan waktu ekstra untuk meninggalkan rahim. Kondisi ini terjadi di awal atau akhir periode menstruasi. Jika kamu keputihan berwarna coklat disertai gejala lain, atau kamu tengah hamil, jangan tunda pergi ke dokter. Atau Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Mengobati Keputihan Saat Hamil

Kehamilan membawa banyak perubahan fisik pada perempuan. Pengaruh hormon yang banyak mengalami perubahan ikut berpengaruh pada beberapa keluhan selama hamil. Salah satunya keputihan. Keputihan saat hamil mungkin merupakan hal yang normal. Selama hamil, keputihan yang menjadi lebih sering dan banyak, masih dianggap wajar selama tidak disertai gejala lainnya seperti bau, gatal, dan kemerahan di vagina.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Penyebab Keputihan Saat Hamil

Keputihan saat hamil disebabkan perubahan hormonal sehingga ikut mempengaruhi kondisi di serviks. Gejala keputihan saat hamil umumnya encer, bening, atau putih yang tidak berbau atau berbau ringan.

Namun, keputihan saat hamil juga bisa menjadi tanda infeksi jamur di vagina. Kehamilan adalah salah satu faktor risiko infeksi jamur akibat daya tahan menurun. Penyebab umum infeksi jamur vagina pada wanita adalah jamur Candida albicans. Selama kehamilan. Jamur Candida menyukai lingkungan vagina selama hamil karena ada peningkatan kadar estrogen.

Tanda Keputihan Saat Hamil yang Tidak Normal

Tanda atau gejala keputihan saat hamil yang tidak normal yang disebabkan infeksi jamur:

  • Keputihan berwarna kuning kehijauan atau putih, kental, dan seperti dadih.
  • Bibir vagina gatal atau terbakar.

Jika jika keputihan berbau amis bisa jadi karena kondisi yang disebut bacterial vaginosis, yaitu keputihan akibat infeksi bakteri.

Jika seorang wanita hamil mengalami keputihan yang tidak normal selama hamil, dia harus menemui dokternya untuk menyingkirkan kemungkinan bakterial vaginosis atau penyakit menular seksual (PMS) daripada hanya menganggap itu adalah infeksi jamur.

Efek vaginosis bacterial dan PMS, termasuk klamidia, gonore, dan trikomoniasis, akan lebih berat pada ibu hamil. Karena, umumnya lebih sulit diobati dan dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan.

Bagaimana Mengobati Keputihan Saat Hamil?

Perawatan paling aman untuk infeksi jamur selama kehamilan adalah pemberian antijamur dalam bentuk krim atau obat supositoria. Wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui tidak boleh minum obat resep oral untuk infeksi jamur, karena belum terbukti aman.

Meskipun infeksi jamur umumnya tidak membahayakan kehamilan, gejalanya bisa sangat membuat tidak nyaman. Setelah diterapi, umumnya keputihan saat hamil akibat infeksi jamur bisa sembuh sampai tuntas.

Pengobatan memakan waktu antara tujuh dan 10 hari untuk membersihkan infeksi sampai sisa-sisanya. Namun, pada sebagian wanita hamil, keputihan bisa kembali datang atau kambuh. Penyebabnya bisa karena pengobatan yang tidak tuntas, atau tidak melakukan pencegahan.

Melakukan pencegahan agar keputihan tidak kambuh sangat penting. Berikut ini tips mencegah keputihan saat hamil:

  • Jaga agar area di sekitar vagina sekering dan sebersih mungkin. Jamur menyukai lingkungan yang hangat, lembab, tanpa udara.
  • Kenakan pakaian dalam berbahan katun daripada spandeks atau nilon karena katun menyerap kelembapan lebih baik.
  • Jangan memakai stoking ketat, terutama saat panas.
  • Selalu usap dari depan ke belakang setelah buang air kecil atau buang air besar.

Baca Juga: Keputihan di Masa Kehamilan, Kapan Perlu Waspada?

Ingat ya, ketika mengalami keputihan, jangan langsung panik dan mendiagnosis dan mengobati sendiri. Tidak selalu keputihan saat hamil adalah suatu kondisi klinis yang dapat membahayakan janin.

Jika kamu ingin mendapatkan informasi lengkap seputar keputihan saat hamil dan pencegahannya, kamu bisa Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp. Jangan tunda sampai kondisi keputihan menjadi tidak terkendali.

Diabetes Menyebabkan Keputihan, Waspada Keputihan Terus Menerus

Infeksi jamur, juga dikenal sebagai kandidiasis, adalah jenis infeksi jamur yang disebabkan jamur kandida. Gejalanya berupa iritasi, gatal, dan keluarnya cairan yang berlebihan, kental, berwarna dan disertai bau tidak sedap dari vagina. Keputihan terus menerus bisa menjadi salah satu tanda diabetes, lho.

Infeksi jamur vagina adalah kondisi yang paling umum dialami wanita. 3 dari 4 wanita akan mengalami setidaknya satu kali infeksi jamur vagina dalam hidup mereka. Sekitar setengah dari semua wanita akan mengalaminya dua kali atau berkali-kali.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Diabetes Menyebabkan Keputihan

Sejumlah hal dapat meningkatkan risiko infeksi jamur, termasuk kondisi seperti diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi jamur.

Pada wanita dengan diabetes tidak terkontrol, leukosit, yang merupakan sel kekebalan yang terlibat dalam perlindungan terhadap infeksi, tidak seaktif seperti pada orang dengan diabetes terkontrol atau pada orang tanpa diabetes.

Para peneliti dalam sebuah studi tahun 2013 menemukan hubungan yang signifikan antara gula darah tinggi dan infeksi jamur vagina. Penelitian ini dilakukan pada wanita dan anak-anak dengan diabetes tipe 1.

Penelitian lain di tahun 2014, wanita dengan diabetes tipe 2 mungkin memiliki risiko infeksi jamur vagina yang lebih tinggi. Tidak jelas apakah ini karena kadar gula darah keseluruhan yang lebih tinggi atau faktor lain.

Ragi atau jamur sangat menyukai gula. Dengan kata lain, gula adalah makanan jamur. Jika diabetes tidak terkontrol dengan baik, kadar gula darah dapat melonjak ke tingkat yang tidak masuk akal. Peningkatan gula ini dapat menyebabkan jamur tumbuh berlebihan, terutama di area vagina.

Untuk menghindari keputihan dan infeksi vagina, maka wanita dengan diabetes disarankan menjaga gula darah di bawah control. Infeksi jamur di vagina paling sering menyerang mereka yang kontrol gula darahnya buruk.

Pengobatan dan pencegahan keputihan pada wanita dengan diabetes

Para peneliti dalam sebuah studi tahun 2007 menemukan bahwa lebih dari separuh wanita dengan diabetes yang mengalami infeksi jamur memiliki spesies jamur tertentu, yakni Candida glabrata. Mereka juga menemukan bahwa jamur ini merespon lebih baik terhadap pengobatan antijamur yang diberikan supositoria (lewat lubang dubur).

Tetapi, semua jenis pengobatan harus didiskusikan dengan dokter. Dokter dan tenaga medis dapat membantu kamu menentukan perawatan terbaik.

Selain mengendalikan gula darah, ada beberapa metode pencegahan keputihan pada wanita dengan diabetes. Secara umum pencegahannya sama seperti pada wanita tanpa diabetes, yaitu:

  • menghindari pakaian dalam ketat, yang dapat membuat area vagina lebih lembab
  • mengenakan pakaian dalam katun, yang dapat membantu menjaga tingkat kelembaban tetap terkendali
  • mengganti pakaian renang dan pakaian olahraga segera setelah kamu selesai menggunakannya
  • menghindari mandi air panas atau duduk di bak air panas
  • menghindari douche atau semprotan vagina
  • sering mengganti pembalut menstruasi
  • menghindari pembalut atau tampon beraroma
  • bersihkan area kewanitaan dengan menggunakan Andalan Feminine Care.

Baca Juga: Begadang dan Makanan Manis, Dua Kebiasaan yang Menyebabkan Keputihan

Jika ingin tahu lebih jauh tentang Andalan Feminine Care, Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Obat-obatan Yang Bisa Menyebabkan Keputihan

Banyak obat memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Ada beberapa jenis obat-obatan yang bisa menyebabkan keputihan. Biasanya keputihan akibat infeksi jamur.

Keputihan akibat infeksi jamur ditandai dengan gatal di area vagina yang berlangsung lebih dari 24 jam, cairan vagina kental berwarna putih hingga kuning yang menyerupai keju cottage, dan berbau.

Baca Juga: Ternyata Keputihan Sering Terjadi di Masa Pandemi

Penyebab keputihan akibat infeksi jamur ini bermacam-macam, mulai dari kebersihan area organ intim yang tidak terjaga (terlalu lembab), diet tinggi gula bahkan diabetes, hingga pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi rutin.

Obat-obatan Yang Bisa Menyebabkan Keputihan

Inilah obat-obatan yang bisa menyebabkan keputihan sebagai efek sampingnya:

  1. Kontrasepsi Oral
    Pil KB kombinasi dapat menyebabkan seorang wanita berisiko mengalami infeksi jamur karena pil KB meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh wanita. Peningkatan kadar estrogen dapat menyebabkan pertumbuhan jamur di vagina meningkat dan menyebabkan infeksi dan keputihan.

    Tetapi tidak semua pil KB meningkatkan risiko keputihan. Kontrasepsi oral yang menyebabkan keputihan adalah pil KB generasi lama dengan dosis estrogen yang lebih tinggi.

    Pil KB modern dibuat lebih nyaman sehingga program keluarga berencana dan pengendalian kelahiran menjadi lebih aman dan nyaman. Misalnya pil kontrasepsi Andalan.

    Jika kamu menggunakan pil KB dan mengalami keputihan, sebaiknya segera menghubungi dokter atau dokter kebidanan dan kandungan. Selain untuk memastikan penyebab keputihan, dokter akan mengganti jenis kontrasepsi oral lain yang tidak akan menyebabkan infeksi jamur lebih lanjut.

    Tetapi jangan menghentikan penggunaan pil KB tanpa berkonsultasi dengan dokter karena risiko kegagalan KB akan sangat tinggi. Bahkan meskipun mengalami infeksi jamur, disarankan tetap melanjutkan minum pil KB sampai menemui dokter.

  2. Antibiotik
    Antibiotik adalah salah satu golongan obat-obatan yang bisa menyebabkan keputihan. Antibiotik umumnya diresepkan untuk mengobati infeksi yang disebabkan bakteri, mulai dari infeksi sinus, radang tenggorokan, atau infeksi bakteri lainnya.

    Namun, dalam upaya membasmi bakteri di seluruh tubuh yang menyebabkan infeksi, antibiotik dapat ikut membunuh bakteri yang sebenarnya menguntungkan atau dikenal dengan bakteri baik. Banyak bakteri baik yang hidup di vagina. Mereka berfungsi menjaga keseimbangan lingkungan di sana sehingga bakteri jahat dan jamur tidak tumbuh berlebihan.

    Ketika bakteri baik ini ikut mati karena antibiotic, maka pertumbuhan jamur bisa menjadi tidak terkendali, dan menyebabkan infeksi jamur di vagina.

    Setiap jenis antibiotik dapat menyebabkan infeksi jamur di vagina karena antibiotik mengurangi flora bakteri alami tubuh seorang wanita yang memiliki sifat antijamur. Jamur yang menyebabkan keputihan umumnya jamur Candida.

    Oleh karena itu minumlah antibiotik sesuai petunjuk dokter, jangan mengonsumsi berlebihan, apalagi dengan dosis yang tidak terukur. Umumnya antibiotik tidak disarankan diminum lebih dari 5-7 hari, tergantung jenis infeksinya. Antibiotik juga harus dihabiskan untuk mencegah bakteri menjadi resisten.

  3. Steroid
    Steroid adalah obat untuk mengatasi radang. Steroid juga termasuk obat-obatan yang bisa menyebabkan keputihan akibat infeksi jamur. Steroid bekerja menekan pertahanan atau kekebalan alami tubuh sehingga bakteri dan jamur akhirnya dapat bekembang biak dengan sagat cepat. Termasuk jamur di vagina yang menyebabkan keputihan.
  4. Kemoterapi
    Kemoterapi adalah obat sistemik untuk membunuh sel-sel kanker. Obat ini juga akan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga mempersulit tubuh wanita untuk mengontrol pertumbuhan jamur.

Sebelum memulai perawatan apa pun, kamu sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui potensi efek samping dari semua jenis obat. Jika perlu, mintalah obat yang efek sampingnya paling minimal.

Baca Juga: Kenali Infeksi Bakteri Penyebab Keputihan

Kalau kamu pengguna pil KB dan ingin tahu risiko efek sampingnya, Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Meskipun tiga dari empat wanita akan mengalami keputihan akibat jamur setidaknya sekali seumur hidup mereka, masih banyak mitos keputihan dan kesalahpahaman tentang apa itu keputihan akibat jamur dan penyebabnya. Yuk, cari tahu fakta sebenarnya agar tidak tersesat dengan mitos!

Baca Juga: Keputihan Kerap Kambuh, Ini Sebabnya!‎

Mitos Keputihan Akibat Jamur

Inilah beberapa mitos keputihan akibat jamur yang kerap disalahpahami:

  1. Hubungan seksual menjadi satu-satunya penyebab infeksi jamur
    Ketika seorang wanita mengalami keputihan akibat jamur, memang benar ia harus menahan diri untuk tidak berhubungan seks sementara. Hal ini karena infeksi dapat menular melalui hubungan seks. Hubungan seks menjadi salah satu cara infeksi jamur. Pada wanita infeksi jamur ditandai dengan keputihan yang tidak normal disertai gatal dan rasa tidak nyaman di area vagina dan vulva.

    Namun, infeksi jamur bukanlah Penyakit Menular Seksual (PMS), tetapi infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida. Selain melalui hubungan seksual, infeksi jamur juga mungkin terjadi karena penggunaan tampon terlalu lama, minum antibiotik jenis tertentu yang tidak sesuai petunjuk dokter, atau mengenakan pakaian dalam berbahan non-katun yang terlalu ketat.

    Keputihan akibat jamur juga bisa disebabkan diabetes atau gula darah tinggi. Wanita dengan diabetes tidak terkontrol memiliki risiko keputihan akibat jamur yang lebih tinggi.

  2. Hanya wanita yang bisa terkena infeksi jamur.
    Memang keputihan akibat jamur ini lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. Infeksi jamur penyebab keputihan hanya terjadi di vagina. Tetapi pria juga bisa terkena infeksi jamur. Pada pria, infeksi jamur dapat terjadi di kaki, mulut, atau di area kulit lainnya, terutama pada penis, terutama bagi pria yang tidak disunat.

    Pada wanita, infeksi jamur juga bisa terjadi di bawah payudara atau di payudara, terutama untuk wanita yang sedang menyusui, atau di pantat ketika vagina sudah terinfeksi.

  3. Memiliki infeksi jamur berarti jorok
    Infeksi jamur dan keputihan akibat jamur dapat terjadi karena berbagai alasan dan bukan merupakan indikator seberapa bersih seseorang. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi jamur yang tidak berhubungan dengan kebersihan seseorang.
  4. Diet dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang terkena infeksi jamur
    Tidak ada penelitian ilmiah yang signifikan yang menunjukkan makanan tertentu dapat menyebabkan atau mencegah keputihan akibat jamur.
    Namun, diet yang sehat dan olahraga dapat membantu melawan infeksi secara umum, termasuk infeksi jamur. Makanan juga tidak dapat menyembuhkan keputihan akibat jamur.

Cara terbaik untuk menyembuhkan keputihan akibat jamur adalah mengunjungi dokter dan menggunakan obat-obatan yang diresepkan dokter dan tidak membeli obat yang dijual bebas, apalagi membiarkannya sembuh sendiri.

Untuk mencegah keputihan dan infeksi jamur, selalu jaga kebersihan organ intim dengan benar. Jangan menggunakan pantyliners atau douching, dan membersihkan area vagina dengan sabun yang keras. Kamu bisa menggunakan Andalan Feminine Care yang lembut dan aman karena terbuat dari bahan alami.

Baca Juga: Tiga Penyakit yang Ditandai dengan Keputihan‎

Selain itu kenakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan konsumsi makanan yang sehat. Mulai sekarang tidak perlu percaya mitos keputihan. Penjelasan yang lebih lengkap seputar pencegahan keputihan akibat jamur bisa menghubungi Halo DKT di nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Warna dan tekstur cairan yang keluar dari vagina bisa menjadi petunjuk dan tanda keputihan tidak normal. Keputihan yang normal umumnya berwarna putih susu atau putih dan tidak berbau.

Namun terkadang, ketidakseimbangan bakteri di vagina dapat menyebabkan keputihan berubah warna. Pernahkah kamu mengalami keputihan berwarna coklat atau kekuningan? Atau mungkin keputihan kamu berwarna hijau, putih, berdarah atau gelap.

Baca Juga: Tiga Pemicu Keputihan yang Mengganggu

Tanda Keputihan Tidak Normal

Perubahan warna cairan atau lendir vagina bisa menjadi pembeda antara keputihan normal dan tidak normal. Apa maksud dari perubahan warna sebagai tanda keputihan tidak normal?

Perubahan volume cairan juga menjadi tanda keputihan tidak normal termasuk bau atau tekstur cairan vagina yang berubah. Selain itu, keputihan tidak normal juga ditandai dengan iritasi, gatal atau rasa terbakar di dalam atau di sekitar vagina.

Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat membantu mengungkapkan apa yang mungkin terjadi dalam tubuh kamu. Mari kita lihat perbedaan warna keputihan, apa yang mungkin menandakannya, gejala terkait lainnya, dan apa yang dapat kamu lakukan:

Jenis Cairan Vagina Pertanda Gejala Lainnya Apa yang Harus Dilakukan
Putih atau seperti susu Normal Tidak ada Tidak perlu melakukan apapun
Tebal dan putih Infeksi jamur Vagina terasa gatal, panas seperti terbakar, kemerahan, dan nyeri. Beberapa wanita juga mengalami nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seks dengan sedikit bengkak di vulva Konsultasikan dengan dokter atau bisa berkonsultasi ke Halo DKT
Putih kekuningan atau abu-abu Infeksi bakteri (vaginosis bacterial) Berbau amis, gatal, dan bengkak di vagina Segera berobat ke dokter atau berkonsultasi ke Halo DKT
Kuning kehijauan Trikomoniasis Berbau busuk, dan tekstur cairan tebal Segera berobat ke dokter atau berkonsultasi ke Halo DKT
Kecoklatan bersampur darah Menstruasi atau jika belum masuk siklus, ada masalah di organ reproduksi Nyeri rongga panggul atau perdarahan vagina Segera ke dokter atau berkonsultasi ke Halo DKT
Kekuningan dan tebal Gonorrhea Nyeri panggul Segera ke dokter atau berkonsultasi ke Halo DKT

Baca Juga: Pertanyaan Wajib Soal Keputihan Saat Konsultasi ke Dokter

*Konsultasi melalui Halo DKT bisa menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.