Berhubungan Intim Bila Ada Keputihan Tanda Hamil, Bahaya Nggak Ya?

Meski merupakan kabar yang membahagiakan, kehamilan pertama seringkali diiringi dengan perasaan khawatir. Walaupun kamu dan pasanganmu telah belajar mempersiapkan diri menghadapi kehamilan, rasanya tentu berbeda ketika betul-betul sedang dijalani. Banyak pertanyaan yang muncul, mulai dari menu makanan, olahraga, hingga hubungan intim di masa kehamilan. Bolehkah tetap melakukan aktivitas seksual ketika hamil? Bagaimana bila ada keputihan tanda hamil? Adakah cara membedakan keputihan biasa dan keputihan yang berbahaya ketika sedang mengandung?

Baca Juga: Tanda Keputihan yang Tidak Normal Selama Kehamilan

Asalkan tidak ada larangan khusus dari dokter karena kondisi medis tertentu, seks di saat hamil secara umum boleh dilakukan. Tak perlu takut, sebab posisi janin di dalam rahim tak akan bisa ‘tersodok’ ketika penis masuk ke dalam vagina (Dweck & Westen, 2017). Seringkali, persoalannya bukanlah tentang boleh-tidaknya berhubungan intim, namun apakah perempuan yang sedang hamil ingin melakukannya, sebab tentunya ada momen-momen badan terasa sakit, pegal, atau lelah karena kehamilan itu sendiri. Akan tetapi, bila memang kamu dan pasanganmu sama-sama merasa nyaman dan bergairah, tak ada alasan mengapa seks harus dihindari. Yang penting, carilah posisi yang nyaman dan tidak membebani tubuh.

Perlu diketahui juga, kehamilan meningkatkan kadar hormon estrogen yang memicu keluarnya cairan dari organ reproduksi perempuan (Tal & Taylor, 2021). Fungsinya adalah untuk melindungi janin dari infeksi dengan memblokir jalur masuk dari vagina ke rahim. Cairan ini dikenal dengan sebutan keputihan tanda hamil.

Bagaimana kalau keputihan tanda hamil keluar dari vagina saat akan berhubungan intim? Apakah seks tetap boleh dilanjutkan? Bila keputihan tanda hamil punya ciri-ciri keputihan yang normal, boleh-boleh saja. Kalau disertai dengan keluhan atau gejala-gejala penyakit, sebaiknya rencana berhubungan intim ditunda dulu.

Keputihan yang normal biasanya bening keputih-putihan, tidak berbau, dan tidak menyebabkan rasa gatal maupun sakit. Sebaliknya, keputihan tanda penyakit cenderung memiliki warna kekuningan / kehijauan / keabuan, berbau amis, dan muncul secara berlebihan (Trilisnawati, Purwoko, Devi, et al., 2021). Tak hanya itu, kemunculannya pun seringkali disertai dengan gatal-gatal, ruam-ruam merah, atau rasa nyeri, baik ketika buang air kecil maupun berhubungan seks. Bila kamu mencurigai adanya keputihan yang merupakan gejala penyakit, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Soalnya, bisa jadi ada gangguan kesehatan reproduksi atau infeksi menular seksual (IMS) yang bisa mengancam kesehatan diri dan kesehatan janin. Semakin cepat kamu melakukan konsultasi, semakin cepat dokter bisa memberikan penanganan yang dibutuhkan.

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Munculnya Keputihan Tanda Hamil

Jadi, selama keputihan tanda hamil yang kamu lihat memiliki ciri-ciri yang normal, tak perlu takut untuk menjalin romansa, ya! Untuk mengurangi risiko penyebaran IMS, ada baiknya menggunakan kondom secara tepat dan konsisten setiap kali berhubungan intim di saat hamil. Pasalnya, bila ibu sampai terkena IMS, bayi juga bisa terinfeksi. Beberapa jenis IMS dapat menyebar dari ibu ke bayinya melalui plasenta, sisanya berisiko menyebar dari ibu ke bayi saat proses persalinan. Memakai kondom adalah cara sederhana untuk melindungi ibu sekaligus melindungi bayi. Punya pertanyaan lebih lanjut soal kesehatan reproduksi atau aktivitas seksual yang aman ketika sedang hamil? Kamu bisa menghubungi Halo DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau via Whatsapp ke 0811-1-326459 dengan mengklik tautan ini pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Keputihan pada Remaja, Apakah Normal?‎

Saat memasuki masa puber, remaja tidak hanya mulai menstruasi, namun juga bisa ‎mengalami keputihan. Keputihan pada remaja umumnya normal, ditandai dengan cairan ‎atau lendir vagina yang teksturnya lengket dan elastis, berwarna putih atau bening, dan ‎tidak berbau.‎

Pada beberapa anak perempuan yang memasuki masa puber, cairan keputihan terkadang ‎keluar dalam jumlah banyak. Orang tua tidak perlu khawatir, selama ciri-cirinya masih ‎kategori normal, tidak perlu diberikan intervensi apapun.‎

Baca Juga: Keputihan Dapat Mengganggu Kesuburan Wanita

Hanya saja, perlu mengajarkan remaja yang sudah mendapatkan menstruasi untuk ‎merawat kebersihan organ intim dengan lebih cermat. Jangan biasakan membersihkan ‎organ intim dengan sabun yang keras. Gunakan cairan pembersih kewanitaan, seperti ‎Andalan Feminine Care yang terbuat dari bahan alami, terutama saat menstruasi. ‎

Selain itu, jangan gunakan pantyliners dan celana dalam terlalu ketat. Sebaiknya gunakan ‎celana dalam terbuat dari bahan yang lembut sehingga bisa menyerap keringat yang ‎cenderung berlebihan di masa puber.‎

Seperti halnya orang dewasa, anak remaja pun mempunyai kemungkinan mengalami ‎keputihan yang tidak normal, akibat infeksi jamur atau bakteri di vagina. Beberapa ciri dan ‎tanda keputihan yang tidak normal pada remaja, di antaranya:‎

  • Keputihan disertai rasa gatal hingga kemerahan.‎
  • Disertai bau tidak sedap.‎
  • Warna cairan vagina kuning kehijauan.‎
  • Tekstur cairan seperti keju cottage atau berbusa.‎
  • Bisa disertai demam ringan.‎‎

Apabila anak mengalami satu atau lebih gejala keputihan tidak normal tersebut, tidak ada ‎salahnya berkonsultasi ke dokter. Sebagian besar penyebab keputihan tidak normal baik ‎pada remaja adalah karena infeksi jamur atau bakteri. Kandidiasis vulvovaginal atau infeksi ‎jamur menjadi penyebab 75% keputihan pada remaja.‎

Baca Juga: Tiga Pemicu Keputihan yang Mengganggu

Jangan ragu untuk mengkonsultasikan semua gejala yang tidak biasa pada remaja, menyangkut ‎kebersihan organ intimnya. Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor ‎Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Keputihan Kerap Kambuh, Ini Sebabnya!‎

Keputihan bisa dipicu oleh infeksi jamur atau bakteri di vagina. Meskipun dapat menimpa ‎siapa saja dan pada usia berapa pun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ‎keputihan. Bahkan kondisi tertentu bisa menyebabkan keputihan kerap kambuh atau ‎berulang.‎

Keputihan akibat infeksi jamur disebut sering kambuh jika berulang setidaknya empat kali ‎dalam setahun. Kekambuhan ini disebabkan banyak hal, akan dapat terjadi selama kondisi ‎normal vagina tidak terjaga, di mana pertumbuhan jamur menjadi dominan.‎

Baca Juga: Ada Kebaikan di Balik Keputihan

Selain itu, dipicu oleh ketidakseimbangan antara jumlah jamur dengan bakteri di vagina. ‎Bakteri alami di vagina biasanya membantu menjaga agar pertumbuhan jamur Candida ‎‎(penyebab tersering keputihan) tidak berlebihan.

Penggunaan douching atau mengkonsumsi antibiotik berlebihan akan membuat jumlah ‎bakteri alami di vagina berkurang, sehingga komposisi jamur menjadi dominan. Jadi, sangat ‎penting untuk memiliki keseimbangan mikroorganisme yang sehat di dalam tubuh, ‎termasuk di vagina.‎

Jamur Candida juga cenderung berkembang dalam kondisi lembab, seperti keringat yang ‎terperangkap di organ intim akibat penggunaan pakaian dalam yang tidak menyerap ‎keringat.

Kamu juga berisiko mengalami infeksi jamur berulang jika memiliki sistem kekebalan tubuh ‎yang lemah. Misalnya karena usia, tengah mengkonsumsi steroid, atau HIV.

Berikut adalah beberapa kemungkinan lain penyebab keputihan akibat infeksi jamur menjadi kronis dan sering kambuh:

  • Pengobatan tidak tuntas. Jika infeksi jamur tidak merespon pengobatan pertama, dokter akan meresepkan antijamur jangka panjang, termasuk obat oral selama beberapa minggu bahkan hingga enam bulan. Pastikan kamu menggunakan obat dengan benar sesuai petunjuk dokter.
  • Penularan infeksi bolak-balik. Infeksi candida dapat terjadi di area kulit manapun dan juga di mulut. Infeksi dapat menyebar melalui kontak kulit-ke-kulit, misalnya antara ibu menyusui dan bayinya.
  • Aktivitas seksual. Meskipun tidak diklasifikasikan sebagai infeksi menular seksual (IMS), infeksi jamur dapat menular antara pasangan seksual. Menggunakan dapat membantu, penularan.

Baca Juga: Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Jika memiliki pertanyaan seputar keputihan dan pencegahannya, Kamu bisa berkonsultasi ke Halo ‎DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link ‎https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Keputihan Dapat Mengganggu Kesuburan Wanita

Vaginosis bakterial atau infeksi vagina yang ditandai keputihan, penyakit radang panggul, ‎dan endometritis adalah infeksi pada saluran genital yang dapat menyebabkan masalah ‎kesehatan wanita, termasuk infertilitas.

Di dalam organ intim wanita, terutama liang vagina, ada jutaan bakteri baik yang ‎melindungi vagina dari infeksi oleh patogen penyebab penyakit. Salah satunya bakteri ‎laktobasilus. Pada kondisi infeksi bakteri, jumlah bakteri baik ini lebih sedikit dibandingkan ‎bakteri anaerob yang menyebabkan penyakit, seperti Gardnerella vaginalis, Megasphaera ‎spp., dan Atopobium vaginae.

Baca Juga: Salah Perlakukan Celana Dalam Bisa Bikin Keputihan

Jika tidak diatasi, infeksi vagina ini akan menyebar dan bakteri naik ke rongga panggul dan ‎menyebabkan penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul telah dikaitkan dengan ‎infertilitas atau gangguan kesuburan.

Data menunjukkan, vaginosis bacterial tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dengan ‎gangguan kesuburan dibandingkan wanita subur.

Inilah alasannya mengapa wanita tidak seharusnya mengabaikan keputihan yang ‎disebabkan infeksi bakteri. Vaginosis bacterial dapat menurunkan kesuburan melalui ‎beberapa cara:‎

  • Meningkatkan peradangan dan aktivitas sistem kekebalan tubuh yang berlebihan di ‎organ reproduksi wanita, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak baik untuk ‎reproduksi.‎
  • Menyebabkan kerusakan pada sperma dan sel-sel vagina
  • Mengganggu produksi lendir serviks yang sehat selama ovulasi
  • Dapat menyebabkan sumbatan pada saluran tuba dengan membentuk jaringan ‎parut akibat infeksi, sehingga sperma dan sel telur tidak dapat bertemu

Vaginosis bacterial juga tidak menguntungkan bagi ibu hamil. Kondisi ini dikaitkan dengan ‎peningkatan dua kali lipat risiko keguguran. Pada prosedur kehamilan bayi tabung, vaginosis ‎bacterial menyebabkan keguguran praklinis, kadang-kadang disebut kehamilan kimia, ‎setelah prosedur bayi tabung dilakukan.

Risiko lainnya selama kehamilan adalah kelahiran prematur, dan komplikasi berat badan ‎lahir rendah untuk bayi baru lahir, serta infeksi pasca persalinan.‎

Baca Juga: Diabetes Menyebabkan Keputihan, Waspada Keputihan Terus Menerus

Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-‎‎326459 dan juga link https://bit.ly/halodktwhatsapp jika ingin mengetahui informasi lebih banyak ‎seputar keputihan dan pencegahannya.‎

Lima Rutinitas di Kamar Mandi untuk Mencegah Keputihan‎

Mencegah agar keputihan tidak berulang sebenarnya mudah. Kamu bisa memulainya dari ‎rutinitas di kamar mandi. Mencegah keputihan bisa diawali dari menjaga kebersihan organ ‎intim kamu. Kamu bisa melakukannya saat mandi atau setelah buang air kecil atau besar.‎

Jika kamu pikirkan lagi, dalam sehari berapa kali kamu perlu ke toilet atau kamar mandi? ‎Nah, lakukan langkah-langkah berikut yuk, untuk mencegah keputihan!‎

Baca Juga: Pertanyaan Wajib Soal Keputihan Saat Konsultasi ke Dokter

Pertama, setelah buang air besar atau kecil, selalu bersihkan dengan air bersih. Jika ‎memungkinkan dengan air yang mengalir. Usap dari dari depan ke belakang, bukan ‎sebaliknya. Ini dapat membantu mencegah masuknya bakteri dari daerah dubur ke dalam ‎vagina.‎

Kedua, jangan terlalu sering berendam di bak mandi air panas.Suhu yang panas di era ‎organ intim akan mematikan mikroorganisme divagina. Padahal mereka bermanfaat ‎menjaga lingkungan vagina tetap normal.‎

Ketiga, saat mandi bersihkan area intim dengan air tanpa sabun. Sabun hanya akan ‎mengubah flora normal di vagina. Sesekali, saat menstruasi misalnya, kamu bisa ‎menggunakan pembersih khusus kewanitaan seperti Andalan Fresh Intimate wash yang ‎mengandung sirih, prebiotik, yang sudah teruji hipoalergenik.

Keempat, jangan menggunakan douching atau semprotan pembersih vagina, atau kertas ‎toilet berwarna atau yang wangi.‎

Kelima, setelah mandi, keringkan seluruh badan. Khusus area kewanitaan, cukup tepuk-‎tepuk dengan handuk lembut sampai benar-benar kering.

Setelah itu kenakan celana dalam berbahan katun jika kamu akan beraktivitas di luar rumah ‎di siang hari. Katun memungkinkan area genital kamu untuk “bernapas.” Hindari memakai ‎celana ketat untuk waktu yang lama.‎

Jika kamu sedang mengalami keputihan, lakukan lima aktivitas di atas dan jangan lupa ‎aplikasikan pengobatan yang sudah diresepkan dokter. Keputihan yang tidak normal dapat ‎diobati sepenuhnya.

Namun, jika kamu lalai dan kembali mengabaikan kebersihan organ intim, atau berperilaku ‎yang berisiko, misalnya seks tidak aman, keputihan dapat kembali lagi.

Baca Juga: Penyebab Keputihan Coklat Setelah Haid

Informasi seputar keputihan dan cara mengatasinya bisa juga kamu dapatkan dengan berkonsultasi ‎ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Begadang dan Makanan Manis, Dua Kebiasaan yang Menyebabkan Keputihan

Kamu lagi pusing sama keputihan yang membandel? Rasanya sungguh menyiksa, selain ‎gatal dan perih, Kamu juga harus berkompromi dengan debit cairan vagina yang abnormal. ‎Kandidiasis adalah penyebab umum keputihan. Ini adalah infeksi jamur Candida yang ‎sebenarnya selalu ada di vagina.

Semua jamur menyukai tempat yang hangat dan lembab. Dalam kondisi normal, jamur di ‎vagina tidak menyebabkan masalah. Perubahan pH atau tingkat keasaman vagina bisa ‎membalikkan keadaan. Kondisi vagina yang terlalu asam menyebabkan jamur cepat ‎berkembang biak dan menyebabkan keputihan.‎

Baca Juga: Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Ada kebiasaan yang mungkin tidak kamu sadari, memicu infeksi jamur di vagina dan ‎menyebabkan keputihan.‎

  1. Diet tinggi gula‎

    Gula adalah makanan kesukaan jamur. Ketika kamu hobi mengkonsumsi makanan dan ‎minuman tinggi gula, kamu rentan mendapatkan sejumlah masalah kesehatan, termasuk ‎infeksi jamur.

    Kadar gula darah yang tinggi juga dapat merusak keseimbangan pH di area vagina, yang ‎memungkinkan jamur untuk berkembang. Tidak mengherankan kalau infeksi jamur ‎berulang sering terjadi pada penderita diabetes.

  2. Malas ganti celana dalam‎

    Semakin lama kamu memakai celana dalam yang berkeringat atau basah, semakin lama ‎kamu membiarkan vagina dalam kondisi lembab. Lingkungan lembab sangat sempurna ‎untuk pertumbuhan jamur.

    Jika kamu tidak punya waktu mengganti pakaian dalam, sebaiknya gunakan yang berbahan ‎katun agar bisa menahan kelembaban. Katun akan menyerap air dan menghilangkan ‎keringat dari kulit.

  3. Begadang‎‎
    Apakah kamu termasuk manusia yang aktif di malam hari, baik bekerja atau sekadar ‎bermain handphone? Kurang tidur berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. Dampaknya ‎adalah mudah infeksi, dan itu termasuk infeksi jamur. Apalagi jika selain begadang, kamu ‎juga jarang berolahraga dan sering stres. Ini merupakan perpaduan kebiasaan buruk yang ‎menguntungkan jamur untuk berkembang dan menyebabkan infeksi.

  4. Seks tanpa pengaman‎‎

    Meskipun infeksi jamur secara teknis bukan penyakit menular seksual, tetapi ada ‎kemungkinan kamu mendapatkannya dari pasangan saat berhubungan seks. Biasanya kasus ‎keputihannya akan berulang.

  5. Enggak rajin ganti pembalut‎‎

    Mungkin ini kesalahan tidak disengaja karena kesibukan. Apa pun yang menempel di vagina ‎dapat mengganggu keseimbangan bakteri dan pH. Menggunakan pembalut, tampon, atau ‎
    menstrual cup, pastikan kamu rutin menggantinya.

    Setelah mengganti pembalut atau celana dalam, kamu bisa membersihkan area vagina ‎dengan pembersih kewanitaan yang aman, misalnya Andalan Feminine Care. Ada banyak ‎varian lho, sesuai kebutuhanmu.

Baca Juga: Obat-obatan Yang Bisa Menyebabkan Keputihan

Untuk mencari tahu mana yang paling sesuai untukmu, kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT ‎dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link ‎bit.ly/halodktwhatsapp.

Ini Bedanya Keputihan Karena Jamur dengan Bakteri

Rasa terbakar, gatal, dan berbau adalah gejala keputihan yang umum dialami wanita selama tahun-tahun reproduksi mereka. Tiga dari empat wanita akan mengalami infeksi jamur selama hidup mereka, dan 50% wanita akan mengalami lebih dari satu kali infeksi.

Tetapi tidak semua gejala tersebut adalah akibat dari infeksi jamur. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hanya satu dari empat wanita yang mengalami keputihan akibat infeksi jamur Candida. Jadi apa penyebab lain dari keputihan?

Baca Juga: Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Penyebab utama keputihan selain infeksi jamur adalah infeksi bakteri, atau disebut bakterial vaginosis. Wanita biasanya memiliki bakteri yang tinggal dan menetap di vagina. Mereka hidup dalam keseimbangan dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi vagina dan jaringan sekitarnya.

Tetapi keseimbangan itu dapat terganggu oleh beberapa hal, termasuk kehamilan, perubahan hormonal, douching, dan menggunakan benda asing (termasuk IUD), dan bahkan stres.

Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari bakteri alami, yang pada gilirannya dapat menyebabkan infeksi, peradangan dan ketidaknyamanan. Meskipun vaginosis bakterial tidak dianggap sebagai penyakit menular seksual, ini lebih sering terjadi pada wanita dengan banyak pasangan seksual.

Lantas apa bedanya keputihan karena jamur dan karena bakteri?

Infeksi jamur ditandai dengan: kemerahan, gatal dan rasa terbakar di sekitar vulva, keputihan berbau busuk, dan cairan vagina berwarna kental, putih (mungkin terlihat mirip dengan keju cottage) dan nyeri saat berhubungan dan buang air kecil.

Sedangkan tanda dan gejala vaginosis bakterial mungkin sangat mirip dengan infeksi jamur dalam hal kemerahan, gatal dan nyeri. Namun cairan vagina pada vaginosis bakterial cenderung lebih tipis, dan warnanya sedikit kekuningan, serta lebih seragam dalam penampilan.

Karena penyebabnya berbeda, maka pengobatannya pun berbeda. Keputihan karena jamur dapat diobati dengan obat antijamur seperti miconazole. Infeksi jamur berulang mungkin memerlukan resep obat antijamur oral.

Pengobatan untuk vaginosis bacterial lebih kompleks karena jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Dokter akan memberikan antibiotik yang tepat.

Baca Juga: Penyebab Keputihan Coklat Setelah Haid

Untuk mencegah kekambuhan, kamu perlu merawat organ intim dengan benar. Saat suasana organ intim tengah sangat lembab atau berkeringat, kamu bisa menggunakan Andalan Feminine Care yang aman dan terbuat dari bahan alami. Informasi seputar produk ini bisa kamu dapatkan dengan berkonsultasi ke Halo DKT. Kamu cukup menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Salah Perlakukan Celana Dalam Bisa Bikin Keputihan

Mengenakan jenis pakaian dalam yang salah dapat meningkatkan risiko infeksi di vagina. Infeksi di vagina ditandai dengan keputihan, berupa keluarnya cairan vagina tidak normal yang disertai gatal, nyeri, dan berbau.

Salah satu pemicu keputihan adalah penggunaan celana dalam yang tidak tepat, sehingga membuat area kewanitaan menjadi lembab dan meningkatkan risiko pertumbuhan jamur.

Baca Juga: Keputihan Kerap Kambuh, Ini Sebabnya!

Berikut ini adalah kesalahan dalam memilih dan memperlakukan celana dalam yang dapat menyebabkan keputihan.

  1. Bahan celana dalam bukan katun
  2. Idealnya, celana dalam terbuat dari katun atau paling tidak, bagian tengahnya harus dilapisi kain katun agar tetap segar dan kering. Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2018 di jurnal Obstetrics & Gynecology, menunjukkan bahwa mengenakan pakaian dalam yang tidak berbahan katun dapat mendatangkan infeksi jamur.

    Celana dalam dari kain sintetis—seperti poliester dan brokat—dapat mengganggu kesehatan vagina karena menahan panas dan kelembaban, mengiritasi kulit, dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bakteri atau jamur untuk tumbuh dan berkembang biak.

  3. Ukurannya terlalu kecil
  4. Ukuran penting! Pakaian dalam yang dapat membuat organ intim lembab berkeringat, ditambah risiko iritasi dan infeksi. Pada beberapa wanita, pakaian dalam yang sangat ketat dapat memicu vulvodynia atau nyeri kronis pada vagina.

  5. Mencuci tidak bersih
  6. Hanya karena celana dalam tidak tampak dari luar, bukan berarti kamu cukup mencuci sekenanya. Akibatnya masih bertahan dan akan menyebabkan infeksi vagina.

  7. Wangi berlebihan
  8. Kulit vagina sangat sensitive termasuk mudah teriritasi oleh parfum yang digunakan dalam pewangi pakaian atau deterjen. Bahan kimia dalam pelembut kain juga dapat menyebabkan sedikit gatal dan terbakar. Pastikan kamu menggunakan deterjen dan pewangi yang lembut dan jika memungkinkan yang berlabel hipoalergenik.

  9. Malas mengganti celana dalam
  10. Setelah berolahraga atau cairan vagina kamu sedang banyak, jangan malas mengganti celana dalam yang basah. Apalagi jika kamu tidak mengenakan celana dalam yang menyerap kelembaban atau berbahan katun.

    Kombinasi hangat dan basah selain akan mengiritasi kulit di bagian luar vagina juga menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan jamur yang akan menyebabkan keputihan.

Baca Juga: Sejauh Mana Stres Menyebabkan Keputihan?

Ternyata hal sepele bisa berdampak besar ya. Jika Kamu ingin tahu bagaimana mencegah keputihan dengan cara mudah, Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Ternyata Keputihan Sering Terjadi di Masa Pandemi

Seruan untuk di rumah aja selama pandemi memang efektif meminimalisir risiko penularan virus COVID 19. Tetapi berisiko memicu keputihan, benarkah? Simak penjelasannya berikut ini.

Aktivitas rumahan yang kini mendominasi sebagian besar penduduk bumi, mau tidak mau mengubah lifestyle.

Baca Juga: Tips Bagi Orangtua Membahas Topik Keputihan pada Remaja Putri

Semua orang jadi lebih peduli pada kesehatan diri, mulai dari pakai masker, jaga jarak, rajin cuci tangan pakai sabun, berjemur dan banyak lagi.

Namun, kebiasaan baik tersebut seringkali diiringi dengan mengabaikan kebiasaan baik dalam menjaga kesehatan vagina.

Memang COVID 19 tidak berdampak langsung pada vagina, namun kebiasaan buruk mengabaikan kesehatan vagina selama berada di rumah saja, jelas sangat merugikan.

Berikut dampak tidak langsung dari kebiasaan baru di masa pandemi yang ikut andil memicu terjadinya keputihan:

  • Pakaian olahraga
  • Rutinitas olahraga yang kini lebih sering dilakukan di dalam rumah, membuat orang cenderung menunda mengganti pakaian setelah berolahraga. Padahal pakaian terutama celana ketat seperti legging jika dipakai dalam waktu lama berpotensi mengiritasi area sekitar vagina dan memicu tumbuhnya bacterial vaginosis.

  • Aktivitas seks lebih sering
  • Menghabiskan waktu seharian bersama pasangan lebih dari satu tahun ini, membuat banyak orang meningkatkan frekuensi aktivitas seksualnya. Padahal, salah satu “efek samping” dari hubungan intim adalah munculnya keputihan pada saat dan setelah berhubungan. Karena itu untuk mencegah infeksi bakteri di vagina, setelah berhubungan segera membasuhnya dengan air bersih.

  • Konsumsi gula meningkat
  • Memanjakan diri dengan mengonsumsi makanan dan minuman kekinian yang tinggi gula boleh-boleh saja, asal jangan berlebihan. Sebab asupan gula berlebih tidak hanya berdampak buruk pada metabolisme tubuh, melainkan juga pada kesehatan vagina secara tidak langsung. Gula dan pemanis tambahan menjadi sumber makanan pada bakteri di jaringan tubuh termasuk di vagina. Salah satu pemicu keputihan adalah meningkatnya kadar bakteri di vagina.

Nah, buat kamu yang tidak ingin mengalami keputihan berlebihan selama di rumah aja, kamu wajib memperhatikan tiga poin tersebut. Jangan sampai upaya kita mencegah infeksi COVID 19 justru mengundang keputihan abnormal lebih sering datang.

Baca Juga: Ladies, Ini Ciri-ciri Keputihan Abnormal

Jika kamu mengalami keputihan yang mengganggu, kamu bisa berkonsultasi dengan para pakar, caranya kamu bisa menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Resah Gelisah karena Keputihan Berulah

Keputihan yang normal seringkali terjadi tanpa disadari. Karena saking terbiasa dan tidak menimbulkan kondisi yang mengkhawatirkan. Bahkan tidak terasa ada keputihan, karena tidak menimbulkan gatal ataupun bau menyengat.

Namun, pada kondisi tertentu ada keputihan yang tidak hanya mencuri perhatian, melainkan juga mengganggu aktivitas harian. Lantaran gejala yang ditimbulkan bikin kamu resah gelisah tak tentu arah. Inilah yang disebut dengan keputihan abnormal. Keputihan yang tak biasa, yang di baliknya pasti ada sesuatu yang tidak beres dan harus segera diatasi.

Baca Juga: Tiga Pemicu Keputihan yang Mengganggu

Berikut kondisi keputihan yang mengharuskan kamu untuk bertemu dokter guna mengkonsultasikan kondisi keputihan abnormal berikut ini:

  1. Timbul rasa nyeri, sensasi terbakar atau ketidaknyamanan lainnya sepanjang hari di dalam dan area sekitar vagina.
  2. Iritasi berupa ruam atau luka di vagina dan sekitar vagina yang disertai dengan cairan. Atau bahkan tidak disertai dengan cairan keputihan.
  3. Perubahan tekstur cairan keputihan dari encer menjadi sedikit mengental bahkan padat seperti keju, disertai berbusa pada permukaan cairan keputihan yang keluar dari vagina.
  4. Bau menyengat yang begitu kuat bahkan cenderung seperti bau busuk yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
  5. Kemerahan pada vagina atau sekitar area genital, bait disertai rasa gatal maupun tidak.
  6. Terjadinya pembengkakan di vagina dan area sekitar vagina.

Selain kondisi tersebut, buat kamu yang aktif secara seksual dan merasakan adanya perubahan pada keputihan, sekecil apapun perubahan itu. Hendaknya segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan diagnosa dan terapi yang tepat.

Sebab salah satu pemicu terjadinya keputihan abnormal ini adalah infeksi menular seksual (IMS). Jika IMS itu sendiri diabaikan, bisa berdampak serius pada tubuh termasuk memicu terjadinya infertilitas.

Baca Juga: Tiga Penyakit yang Ditandai dengan Keputihan

Jika kamu ingin mendapatkan kesempatan konsultasi dengan para ahli, kamu bisa menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Tiga Penyakit yang Ditandai dengan Keputihan

Sebagian besar wanita pernah mengalami infeksi vagina, setidaknya sekali seumur hidup. Salah satu gejalanya adalah keputihan yang ditandai dengan keluarnya cairan disertai gatal, dan berbau.

Baca Juga: Tiga Jenis Warna Keputihan dan Maknanya

Ada 3 penyakit atau infeksi vagina yang ditandai dengan keputihan.

  1. Vaginosis bakterial

    Vaginosis bakterial adalah penyebab keputihan sering. Ciri khasnya adalah bau cairan vagina yang tak sedap. Namun, sebagian besar wanita dengan vaginosis bakterial tidak menunjukkan gejala.

    Di dalam vagina sebenarnya ada beribu-ribu jenis bakteri yang hidup tanpa menimbulkan masalah. Karena perilaku wanita yang tidak sehat, maka terjadi perubahan lingkungan di vagina dan menyebabkan bakteri yang awalnya tidak menimbulkan masalah, menjadi berulah.

    Perilaku yang dimaksud di antaranya berganti-ganti pasangan tanpa pengaman (kondom), douching, dan kurang memahami perawatan organ intim. Wanita dengan vaginosis bacterial berisiko terjangkit penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV,gonore, atau bagi yang tengah hamil berisiko keguguran.

  2. Trikomoniasis

    Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual yang juga sering ditemui. Gejala keputihan ditandai dengan cairan vagina yang banyak, berbau busuk, dan berwarna kuning-hijau dengan atau tanpa iritasi vulva.

    Keputihan jenis ini jika tidak diobati dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Trikomoniasis ditularkan melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, pada orang yang aktif secara seksual, cara terbaik untuk mencegah trikomoniasis adalah melalui penggunaan kondom.

    Infeksi trikomoniasis vaginalis dikaitkan dengan dua sampai tiga kali lipat peningkatan risiko penularan HIV, kelahiran prematur, dan komplikasi kehamilan lainnya.

  3. Kandidiasis vulvovaginal

    Ini adalah infeksi jamur di vagina yang tersering disebabkan jamur Candida albicans. Tetapi kadang-kadang dapat disebabkan oleh jenis jamur Candida lainnya.

    Gejala khas infeksi jamur adalah gatal, nyeri vagina, nyeri saat berhubungan intim (dyspareunia), dan keputihan abnormal. Diperkirakan 75% wanita akan memiliki setidaknya satu episode infeksi jamur di bagina, dan 40% -45% akan mengalami dua atau lebih episode.

    Karena penyebabnya berbeda, maka pengobatannya pun berbeda. Jika kamu pernah mengobati keputihan sendiri dan tidak kunjung sembuh, kemungkinan kamu menggunakan pengobatan yang salah. Dokter yang akan mampu mengenali jenis keputihan kamu dan memberikan obat yang sesuai penyebabnya.

Jika mengalami keputihan apapun jenisnya, kamu juga tidak disarankan melakukan pembersihan vagina dengan sabun atau douching. Hal ini kan semakin memperparah kondisi.

Baca Juga: Resah Gelisah karena Keputihan Berulah

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.

Kenali Infeksi Bakteri Penyebab Keputihan

Ada banyak penyebab keputihan. Selain faktor hormonal, bisa juga terkait dengan infeksi jamur di organ intim. Selain jamur, bakteri yang berulah juga bisa menyebabkan keputihan. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi bakteri disebut vaginosis bakterialis.

Vaginosis bakterialis adalah jenis peradangan vagina yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih bakteri yang secara alami ditemukan di vagina, dan mengganggu keseimbangan alami.

Baca Juga: Mengobati Keputihan Saat Hamil

Wanita di usia reproduksi beresiko mengalami vaginosis bakteri, meskipun bisa juga dialami semua usia. Penyebab pasti keputihan akibat infeksi bakteri ini tidak sepenuhnya dipahami, tetapi kebiasaan seperti seks tanpa kondom atau terlalu sering membersihkan organ intim kewanitaan dengan sabun akan meningkatkan risiko.

Praktek membilas vagina dengan air atau bahan pembersih (douching) dapat mengganggu keseimbangan alami vagina. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih bakteri anaerob, dan menyebabkan vaginosis bakteri. Karena vagina sebenarnya bisa membersihkan diri sendiri sehingga douching tidak diperlukan.

Apakah vaginosis bakterial dapat menyebabkan komplikasi?

Pada wanita hamil, keputihan akibat infeksi bakteri ini dapat menyebabkan kelahiran prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah.Memiliki bakterial vaginosis juga membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi menular seksual, seperti HIV, virus herpes simpleks, klamidia dan gonore.

Vaginosis bakterial juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi pasca operasi setelah prosedur seperti histerektomi atau operasi ginekologi lainnya. Wanita juga rentan mengalami penyakit radang panggul, infeksi rahim dan saluran tuba yang dapat meningkatkan risiko infertilitas, jika keputihan akibat infeksi bakteri ini tidak diobati.

Untuk membantu mencegah bakterial vaginosis, minimalkan iritasi vagina. Jika Kamu ingin membersihkan vagina, gunakan sabun ringan non deodoran serta tampon atau pembalut tanpa pewangi.

Atau Kamu bisa menggunakan cairan pembersih khusus berbahan alami seperti produk Andalan Feminine Care yang terbuat dari bahan alami. Jangan lagi menggunakan douche.

Yang tidak kalah penting adalah hindari infeksi menular seksual dengan selalu menggunakan kondom dan batasi berganti-ganti pasangan.

Baca Juga: Tiga Jenis Warna Keputihan dan Maknanya

Kamu bisa langsung berkonsutasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomer Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 atau melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, sebab segala informasi yang kamu sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.