Pilihan KB untuk Penyandang Lupus, Apa Saja?

Penting bagi perempuan dengan lupus untuk menghindari kehamilan yang tidak direncanakan. Apa saja pilihan KB untuk penyandang lupus yang aman?

Kehamilan adalah kondisi yang sangat beresiko untuk penyandang lupus eritematosus sistemik (LES). Bukan berarti tidak boleh hamil, tapi sangat penting untuk menghindari kehamilan yang tidak direncanakan. Untuk itu, tentu saja diperlukan KB atau kontrasepsi. Tapi, apa saja ya pilihan KB untuk penyandang lupus yang aman?

Pada penyandang LES, antibodi yang seharusnya melindungi tubuh dari benda asing berbahaya, justru malah menyerang sel dan jaringan tubuh yang sehat. Inilah yang memicu peradangan di berbagai organ tubuh, sehingga LES disebut juga penyakit autoimun kronis. Sebagian penyandang LES memiliki antibodi yang disebut aPL (antiphospolipid antibodies).

Baca Juga: Pil KB Mengurangi Rambut-rambut Halus di Wajah, Dada, dan Punggung Perempuan, Betulkah?

Nah pada sebagian orang, aPL bisa menimbulkan komplikasi, yang disebut APS (antiphospholipid syndrome). Salah satu efeknya yaitu terjadinya pembekuan darah. APS termasuk kondisi yang menjadi pertimbangan dokter atau bidan saat merekomendasikan KB untuk penyandang lupus.

Pilihan KB untuk Penyandang Lupus Eritematosus Sistemik

Sebenarnya cukup banyak pilihan KB untuk penyandang lupus eritematosus sistemik. Namun tentu saja ada beberapa faktor yang perlu ikut dipertimbangkan, karena kondisi tiap orang pasti berbeda. Misalnya APS, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Berikut ini beberapa pilihan KB yang biasa direkomendasikan untuk perempuan dengan lupus.

  1. IUD
    IUD (spiral) sebagai metode kontrasepsi jangka panjang yang reversible dianggap sebagai KB yang efektif dan aman untuk semua penyandang lupus. Termasuk mereka yang memiliki APS, atau mengonsumsi obat-obatan imunosupresif.

    Satu-satunya pengecualian yaitu bila ada kontraindikasi ginekologis. Penyandang lupus dengan trombositopenia (darah sulit membeku) juga perlu berhati-hati karena ada risiko terjadi perdarahan saat pemasangan IUD. Namun mereka yang telah memakai IUD meski memiliki trombositopenia bisa tetap memakainya, kecuali bila kemudian terjadi perdarahan. IUD yang paling populer yaitu jenis copper T, misalnya IUD Andalan Tcu.

  2. KB progestin
    Ini adalah metode kontrasepsi hormonal yang hanya menggunakan satu jenis hormon yaitu progestin (progesteron sintetis). Ada dalam bentuk pil (pil mini untuk ibu menyusui), suntik KB 3 bulan, dan metode jangka panjang implan (susuk). Kamu tidak perlu bingung karena Andalan menyediakan pilihan untuk ketiga jenis kontrasepsi tersebut. Ada Pil KB Andalan Laktasi, Andalan Suntikan KB 3 Bulan, Suntikan KB Harmonis 3 Bulan, dan Andalan Implan.

    KB yang hanya mengandung progestin dianggap aman untuk hampir semua perempuan dengan lupus, dan bisa menjadi alternatif bagi yang tidak bisa menerima estrogen. Kecuali mereka dengan aPL positif yang berisiko besar terhadap VTE (venous thromboembolism) atau bekuan darah di vena. Mereka yang mendapat obat kortikosteroid atau memiliki risiko lain terhadap osteoporosis, sebaiknya menghindari progestin berupa DMPA (medroxyprogesterone acetate), dan memilih jenis progestin lainnya.

  3. KB hormonal kombinasi
    KB hormonal jenis ini mengkombinasikan estrogen dan progestin. Kontrasepsi hormonal kombinasi bisa dipakai oleh penyandang lupus yang stabil. Namun sebaiknya dihindari oleh mereka dengan LES aktif, memiliki APS atau aPL positif, dan riwayat pembekuan darah.

    Yang termasuk kategori ini yaitu pil KB kombinasi, serta kontrasepsi suntik 1 bulan dan 2 bulan. Pilihannya cukup banyak. Ada Pil KB Andalan, Pil KB Andalan Fe, Pil KB Elzsa, Andalan Suntik KB 1 Bulan, Gestin F2 (suntik Kb 2 bulan), dan Suntikan KB Harmonis 1 Bulan.

Baca Juga: Siklus Menstruasi Tidak Teratur, bisa Dibantu dengan Pil KB?

Ada banyak pilihan KB untuk penyandang lupus. Diskusikanlah dengan dokter kandungan, bidan, dan dokter yang merawat lupus mengenai KB yang aman untukmu. Kamu juga bisa berkonsultasi ke Halo DKT, dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Begini Cara Kerja Pil KB Mengatasi PCOS

PCOS adalah gangguan endokrin, di mana biasanya kadar hormon androgen terlalu tinggi. Bagaimana ya cara kerja pil KB mengatasi PCOS?

Mungkin sebagian dari kamu masih bingung, kenapa dokter meresepkan pil KB untuk meredakan keluhan PCOS yang kamu alami. Padahal, PCOS kan salah satu penyebab infertilitas, tapi kok malah diberi pil KB? Memangnya bisa ya pil KB mengatasi PCOS?

Baca Juga: Minum Pil KB sekaligus Mencegah Anemia, Bisa Banget!

Sebelumnya, kita perlu pahami dulu apa itu PCOS. PCOS (polycystic ovarium syndrome) atau sindrom ovarium polikistik adalah gangguan endokrin (hormonal). Salah satu tanda utama PCOS yakni tidak terjadinya ovulasi (anovulasi). Inilah yang menimbulkan keluhan haid tidak teratur, dan merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh mereka dengan PCOS.

Tanda PCOS lainnya yaitu gambaran polikistik pada ovarium, serta kadar hormon androgen yang terlalu tinggi (hiperandrogen), yang kerap memicu jerawat dan pertumbuhan rambut berlebihan di wajah dan tubuh. Biasanya seseorang didiagnosis mengalami PCOS bila memiliki setidaknya 2 dari 3 tanda tadi.

Bagaimana Pil KB Mengatasi PCOS

Pada dasarnya, pil KB bekerja mengatasi PCOS dengan menyeimbangkan kadar hormon dalam tubuh. Seperti sudah dijelaskan, pada PCOS terjadi gangguan hormonal. Ini biasanya bermanifestasi dalam ketidakseimbangan hormon, di mana kadar hormon androgen terlalu tinggi. Maka, salah satu cara yang bisa dilakukan yakni menyeimbangkan hormon dengan pil KB.

Hormon yang terkandung dalam pil KB akan membuat hormon dalam tubuh seimbang dan stabil. Untuk mengatasi PCOS, umumnya yang digunakan yaitu pil KB kombinasi, yang mengandung hormon estrogen dan progestin (progesteron sintetis). Estrogen dalam pil KB kombinasi memicu serangkaian proses, yang akan mengurangi kadar testosteron bebas.
Sementara itu progestin menekan sekresi hormon LH, salah satu hormon yang berperan dalam perkembangan folikel sel telur dan ovulasi. Tanpa LH, folikel tidak akan berkembang, dan tidak terjadi ovulasi. Menariknya lagi, jenis progestin tertentu bekerja langsung menekan efek androgen, sehingga berbagai keluhan akibat hiperandrogen, bisa mereda. Contoh pil KB dengan efek antiandrogen yaitu Elzsa dari Andalan.

Selain pil KB kombinasi, bisa pula digunakan pil mini yang hanya berisi progestin, dan biasa digunakan untuk ibu menyusui. Atau metode KB hormonal lainnya, seperti suntik dan susuk (implan).

Nah, sekarang kamu sudah paham bagaimana pil KB bekerja mengatasi PCOS. Namun jangan mengobati diri sendiri ya. Kamu tetap perlu ke dokter, untuk memastikan bahwa kamu benar memiliki PCOS. Setelah itu dokter kandungan akan memutuskan terapi yang cocok untukmu, dengan mempertimbangkan kondisi, riwayat kesehatanmu, serta apakah kamu dan pasangan berencana untuk punya anak dalam waktu dekat. Tentunya, pil KB bukan pilihan tepat bila kamu tengah merencanakan kehamilan, sehingga dokter perlu meresepkan obat lain.

Perlu diingat meski pil KB mengatasi PCOS, tapi pil KB bukanlah obat untuk menyembuhkan kondisi ini. Hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan pil KB. Obat-obat yang tersedia, termasuk pil KB, bisa membantu meredakan gejala, tapi tidak menyembuhkan.

Baca Juga: Siklus Menstruasi Tidak Teratur, bisa Dibantu dengan Pil KB?

Kamu bisa berkonsultasi lebih jauh soal pil KB dan PCOS ke Halo DKT, dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Adiksi Masturbasi, Apa Saja Indikasinya?

Masturasi memang dianggap aktivitas seksual yang sehat dan menyenangkan. Namun bisakah masturbasi berujung pada kecanduan? Simak penjelasannya berikut ini.

Stimulasi diri dalam kegiatan masturbasi merupakan bagian tak terpisahkan dari seksualitas manusia yang memberikan cara alami untuk mendapatkan kesenangan, mengeksplorasi titik-titik sensitivitas, hingga memuaskan dorongan seksual.

Baca Juga: Enam Cara Menghentikan Masturbasi yang Berlebihan‎

Tidak ada batasan intensitas atau frekuensi ideal melakukan masturbasi. Setiap individu tentu saja memiliki batasan tersendiri. Namun, jika kamu merasa terlalu sering melakukannya, mungkin kami bertanya-tanya, apakah sudah sampai pada tahap kecanduan atau adiksi? Jika sudah adiksi, apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya?

Bagaimana adiksi bisa terjadi?

Terminologi adiksi biasanya digunakan untuk menggambarkan banyak hal, mulai dari kecanduan gadget atau kecanduan games, kecanduan rokok, alkohol, hingga kecanduan obat psikotropika. Namun candu bukan sekadar perasaan intens atau dorongan untuk melakukan sesuatu yang disukai. Melainkan kondisi otak yang komplek yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk berhenti menggunakan suatu zat atau terlibat dalam suatu perilaku terlepas dari konsekuensi negatif yang ditimbulkannya.

Karena masturbasi melepaskan zat serotonin di otak, seperti zat dan perilaku adiktif lainnya, beberapa orang percaya, masturbasi kompulsif atau berulang-ulang bisa dianggap kecanduan.

Sekitar 40 penelitian telah menemukan orang dengan perilaku hiperseksual mengalami perubahan otak yang sama yang diamati pada orang dengan kecanduan klinis.

Kendati demikian, adiksi masturbasi tidak diakui sebagai kondisi kesehatan mental dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Hal ini juga berlaku untuk adiksi seks dan pornografi. Meskipun tidak masuk dalam DSM-5, adiksi masturbasi tetap saja menyebabkan rasa malu, kesusahan dan problem seksual dengan pasangan maupun hubungan sosial lainnya.

Ini gejala adiksi masturbasi

Tanda-tanda kecanduan masturbasi yang biasanya terjadi :

  • Terlalu sering sehingga mengganggu kehidupan pribadi dan profesional serta fungsi sosial.
  • Melakukan masturbasi di tempat yang tidak nyaman dan tidak pantas.
  • Masturbasi sebagai pelampiasan atau respons terhadap stress dan problem kehidupan yang dialami.
  • Iritasi genital atau gejala cedera lainnya.
  • Kesulitan mencapai orgasme pada pasangan karena kehilangan sensitivitas alat kelamin saat berhubungan seksual.
  • Merasa sangat bersalah atau malu setelah melakukan masturbasi.
  • Ketidakmampuan mengurangi atau menghentikan masturbasi meskipun sekuat tenaga menginginkannya.

Baca Juga: Lima Fakta Masturbasi pada Wanita‎

Jika kamu mengalami satu atau bahkan lebih dari gejala-gejala di atas itu artinya kamu sudah berada pada level adiksi masturbasi. Segera atasi agar tidak bertambah parah. Sudah saatnya kamu berkonsultasi pada pakar kesehatan yang kompeten untuk membantu mengatasi masalah ini. Kamu bisa berkonsultasi secara online dengan menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Pakai Lem Saat Berhubungan Seks Sebagai Pengganti Kondom, Pria Ini Meninggal

Ada-ada saja ulah seorang pria di India yang memilih menggunakan lem kuat di organ kelaminnya saat berhubungan seksual sebagai pengganti kondom. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

Malangnya, pria bernama Salman Mirza tersebut akhirnya meninggal dunia karena zat perekat itu memasuki organ dalamnya.

Baca Juga: Pakai Dua Kondom Sekaligus Bikin Hubungan Seks Tahan Lama?

Seperti diberitakan oleh Newsweek, Salman yang berasal dari Gujarat India itu mengajak teman perempuannya check in di hotel. Sesampainya disana mereka mengkonsumsi narkoba dan memutuskan untuk bercinta.

Karena mereka tidak punya kondom, teman perempuannya lalu berinisiatif melapisi penis si pria dengan lem yang cukup kuat untuk mencegah kehamilan.

Kebetulan, mereka memiliki lem karena mereka kadang-kadang menggunakannya dengan pemutih untuk menghirup campuran untuk teler.

Perekat itu merusak organ-organ Salman, dan dia meninggal karena kegagalan beberapa organ.

Salman ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri keesokan harinya. Seseorang yang dikenalnya melihatnya terbaring tak sadarkan diri dan membawanya ke rumahnya. Dia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Sipil Sola, di mana dia meninggal.

Mitos di negara berkembang

Di negara berkembang memang masih banyak mitos keliru yang dipercaya seputar kondom. Bahkan banyak yang menganggapnya tabu untuk terlihat atau ketahuan memakai kondom.

Padahal, kondom merupakan metode kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan tak direncanakan dan infeksi menular seksual. Harga kondom pun sangat terjangkau, serta mudah didapatkan di minimarket maupun dibeli secara online. Sehingga sangat disayangkan apabila kamu ingin menunda momongan atau melakukan hubungan seksual yang berisiko namun tidak menggunakan kondom.

Diperkirakan ada 8-10 milyar kondom yang saat ini digunakan di negara berkembang, tetapi jumlah itu baru separuh dari kondom yang dibutuhkan setiap tahunnya untuk mengurangi penyebaran HIV dan infeksi menular seksual.

Baca Juga: Kondom yang Enak dengan Ramuan Manjakani, Bikin Vagina Tambah Kencang dan Basah

Masih punya pertanyaan seputar pentingnya penggunaan kondom dan kesehatan reproduksi? Kamu bisa berkonsultasi secara online dengan menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Benarkah Masturbasi Mengurangi Testosteron?

Testosterone merupakan hormon yang paling sering diidentikan dengan pria. Perannya sangat penting dalam mendukung pertumbuhan fisik pria, seperti tumbuhnya bulu di tubuh, pembentukan massa otot hingga ke organ vital.

Sementara itu, keberadaan testosteron yang berhubungan dengan hasrat seksual dan libido pria, membawa konsekuensi banyaknya mitos yang menyertai. Salah satunya kaitan testosteron yang berkurang seiring aktivitas masturbasi yang dilakukan. Benarkah demikian? Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Masturbasi Memicu Gangguan Mental?‎

Bila kadar testosteron rendah

Sebuah penelitian membuktikan kadar testosteron meningkat sebagai akibat dari hubungan seksual pria dan wanita. Bukti lainnya menyebutkan penurunan aktivitas seksual berkorelasi dengan penurunan kadar testosteron.

Kadar testosteron yang rendah atau Low-T mengindikasikan adanya masalah yang serius. Itu sebabnya banyak pria khawatir kadar testosteronnya berada di level terendah. Kondisi ini lebih dari sekadar menurunkan dorongan seks. Melainkan juga mempengaruhi kondisi psikologis seperti mudah marah, gangguan mood, mudah lelah dan lesu. Termasuk berkurangnya massa otot dan kerontokan rambut.

Bahkan kondisi tersebut kini dikaitkan dengan peningkatan risiko tertular infeksi COVID-19, kendati belum ada penelitian yang pasti terhadap hal tersebut.

Satu hal yang pasti, kadar testosteron yang rendah bisa terjadi pada pria dari segala usia. Salah satu gejala yang paling khas adalah mudah lelah.

Testosteron dan aktivitas seksual

Benarkah masturbasi berpotensi menurunkan testosteron? Apakah masturbasi yang sering dilakukan membuat seseorang mengalami kondisi Low-T?

Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah: tidak. Sampai saat ini tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa masturbasi menurunkan kadar testosteron. Faktanya, aktivitas seksual secara pribadi dalam hal ini masturbasi tidak berpengaruh pada kadar testosteron yang diproduksi oleh tubuh.

Memang penelitian terkait hal ini masih sangat terbatas, terutama mengenai efek jangka panjangnya. Namun, masturbasi dan aktivitas seksual lainnya memicu peningkatan produksi testosteron dalam jangka pendek.

Tampaknya, tidak melakukan aktivitas seksual dalam jangka pendek juga dapat meningkatkan testosteron.

Studi tahun 2003 mengukur kadar testosteron pada pria setelah beberapa lama pantang ejakulasi. Hasilnya, ada pergerakan minimal dalam kadar testosteron antara 2 dan 5 hari berpantang. Namun, kadar testosteron memuncak setelah 7 hari pantang.

Studi lain di tahun yang sama mengukur kadar hormon termasuk testosteron, selama orgasme yang diinduksi masturbasi baik sebelum dan setelah 3 minggu pantang masturbasi. Hasilnya, kadar testosteron lebih tinggi setelah periode pantang 3 minggu.

Baca Juga: Tips Bikin Playlist untuk Mengiringi Masturbasi

Secara keseluruhan penelitian tentang efek pantang masturbasi atau aktivitas seksual lainnya disebutkan dapat meningkatkan kadar testosteron.

Nah, buat kamu yang memiliki masalah dengan kadar testosteron dalam tubuh, kamu bisa berkonsultasi secara online dengan menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Dorongan Makan Kompulsif Saat Menstruasi, Ini Penyebabnya

Tidak hanya masa kehamilan trimester awal, ‘ngidam’ makanan tertentu juga bisa terjadi jelang menstruasi tiba. Ya, di masa pramenstruasi ini, dorongan makan kompulsif atau makan terus menerus memang begitu tinggi. Apa yang terjadi? Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Cara Menghitung Masa Subur untuk Perempuan dengan Siklus Menstruasi yang Tidak Teratur

Hasrat atau dorongan makan yang kuat untuk mengkonsumsi coklat, junkfood, bakso yang pedas, atau makanan apapun yang diidamkan dalam jumlah tertentu jelang menstruasi memang terdengar biasa.

Beberapa gejala makan kompulsif di antaranya :

  • Keinginan untuk terus makan padahal sudah kenyang atau tidak dalam kondisi lapar.
  • Makan dalam jumlah yang besar.
  • Merasa bersalah setelah makan berlebihan.
  • Makan secara sembunyi-sembunyi atau makan terus menerus sepanjang hari.

Sebuah studi menyebutkan dorongan makan secara berlebihan sebelum menstruasi terjadi karena adanya faktor fisiologis.

Penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Eating Disorders, menyebutkan gejolak hormon dalam ovarium memainkan peran penting. Lever progesterone yang tinggi selama fase pramenstruasi membuat dorongan makan meningkat dan tubuh seperti tak pernah merasa puas.

Di sisi lain, tampaknya estrogen berperan memicu turunnya nafsu makan. Level estrogen meningkat di fase ovulasi.

Cara menghindari makan kompulsif :

  • Sadari bahwa fase pramenstruasi biasanya dorongan untuk makan kompulsif cukup besar. Makanlah dengan cara senyaman dan semenikmati mungkin.
  • Buat daftar makanan apa saja yang sudah dan akan dikonsumsi. Hitung kalori setiap makanan yang dikonsumsi untuk memastikan berapa jumlah kalori yang masuk. Dengan mengetahui jumlah kalori yang masuk bisa menghentikan keinginan untuk makan berlebihan.
  • Konsumsi makanan sehat setiap harinya terutama menjelang masa pramenstruasi.
  • Kurangi konsumsi gula dan garam.
  • Tingkatkan konsumsi serat seperti buah dan sayur, serat membuat kamu kenyang lebih lama.
  • Buatlah camilan sehat sendiri di rumah dengan berbagai variasi tekstur dan rasa.
  • Saat keinginan makan berlebihan meningkat, segera minum air putih yang dicampur sari buah segar atau mint.
  • Stress dan mood swing saat pramenstruasi memicu keinginan makan berlebihan, karena itu kelola stress dengan baik, alihkan energi untuk berolahraga, tidur, relaksasi atau menekuni hobi. Jangan lampiaskan pada makanan tidak sehat yang pada akhirnya merusak metabolisme tubuh baik saat pramenstruasi maupun setelahnya.

Baca Juga: Strategi Terbebas Nyeri Menstruasi

Itulah langkah-langkah yang bisa kamu lakukan agar keinginan makan kompulsif jelang menstruasi bisa diredam. Selamat mencoba, nikmati manfaatnya. Jika kamu mengalami problem menstruasi yang cukup serius, kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Pria Wajib Tahu: Top 6 Penyebab Disfungsi Ereksi

Kenali apa saja penyebab disfungsi ereksi yang paling sering dialami pria.

Inilah kebanyakan respon pria ketika dokter mendiagnosa ia mengalami disfungsi ereksi. “Kok bisa sih ini terjadi pada saya?” Percayalah kalau ternyata disfungsi ereksi semakin banyak terjadi pada pria yang berusia di bawah 40 tahun. Yuk kita cek bersama apakah top 6 penyebab disfungsi ereksi ini pernah atau sedang kamu alami. Semakin kamu kenali apa saja penyebabnya maka disfungsi ereksi bisa lebih cepat ditangani.

Baca Juga: Enam Pertanyaan yang Paling Sering Diajukan Seputar Disfungsi Ereksi

Jangan kuatir, disfungsi ereksi bisa disembuhkan asalkan kamu menuruti semua anjuran dokter. Salah satu anjuran yang patut kamu patuhi mengonsumsi obat sildenafil citrate seperti Topgra, sesuai dengan resep dokter. Yup obat yang bisa membantu untuk mempertahankan ereksi ini harus dibeli dengan resep dokter dan diminum sesuai aturan. Jika tidak, bisa jadi masalah disfungsi ereksi tidak teratasi secara tuntas.

Lantas apa saja top 6 penyebab disfungsi ereksi yang jarang disadari oleh para pria? Berikut daftar lengkapnya:

  1. Usia: Sama seperti penyakit lainnya, risiko terjadinya disfungsi ereksi semakin tinggi seiring dengan pertambahan usia. Pada pria berusia 40 tahun, risiko disfungsi ereksi bisa 2-12% dan risiko ini akan terus naik seiring pertambahan usia. Kabar buruknya, sudah hampir satu dekade belakangan pria yang mengalami disfungsi ereksi kebanyakan belum genap berusia 40 tahun. Yup…pria yang terkena disfungsi ereksi semakin muda, jadi mulailah peduli terhadap kesehatan diri.
  2. Malas bergerak dan obesitas: Para pria pasti paham betul kalau rajin berolahraga akan membuat tubuh sehat, tapi tidak banyak yang menjalankannya. Mungkin setelah kamu mengetahui fakta ini jadi semakin semangat untuk berolahraga. Penelitian membuktikan kalau pria yang malas bergerak dan mengalami obesitas ternyata membuat kadar testosteron turun drastis. Ini adalah hormon yang mengendalikan libido pada pria. Jadi mulailah rajin berolahraga agar berat badan turun dan aktivitas seksual kembali bergairah karena kamu terhindar dari risiko disfungsi ereksi.
  3. Diabetes: Diabetes bisa dibilang sebagai “induk” dari segala penyakit, termasuk diabetes. Kabar buruknya, pria yang diabetes dipastikan mengalami disfungsi ereksi selama hidupnya. Tapi jika kamu bisa mengendalikan kadar gula dalam darah, maka disfungsi ereksi bisa dihindari.
  4. Merokok: Kandungan tembakau di dalam rokok akan mempengaruhi kemampuan jantung dalam memompa darah ke seluruh pembuluh darah, termasuk yang ada di penis. Jika pasokan darah ke penis tidak optimal, maka dipastikan terjadi disfungsi ereksi. Bagaimana untuk mencegah hal ini terjadi? Sangat mudah, berhentilah merokok!
  5. Tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi: Penelitian menunjukkan adanya kaitan yang tegas antara masalah tekanan darah dan kolesterol dengan disfungsi ereksi. Ternyata pria yang mengalami disfungsi ereksi sebagian besar punya riwayat tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi selama 5 tahun. Tapi seringkali pria mengetahui ada masalah pada tekanan darah dan kolesterolnya setelah mengalami disfungsi ereksi. Padahal disfungsi ereksi, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi bisa dihindari dengan menerapkan pola hidup sehat serta rajin berolahraga.
  6. Efek samping obat: Ada beberapa obat yang menyebabkan disfungsi ereksi seperti antidepresan, antihistamin, obat tekanan darah, dan obat asam lambung. Jika kamu baru saja memulai terapi pengobatan untuk masalah kesehatan yang dialami dan secara bersamaan mulai merasakan disfungsi ereksi, coba konsultasi ke dokter untuk mengetahui secara detail efek samping obat yang digunakan terhadap produksi hormon testosteron.

Baca Juga: Pilihan Makanan yang Membantu Atasi Disfungsi Ereksi

Kalau kamu ingin lebih detail lagi tentang bagaimana mengatasi penyebab disfungsi ereksi, yuk konsultasi langsung di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Tenang segala informasi pribadi akan dijaga dengan baik, jadi jangan ragu untuk berkonsultasi ya.

Pakai Kontrasepsi Tapi Kok Telat Haid? Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Telat haid atau haid tidak teratur saat pakai kontrasepsi bukan berarti kontrasepsi tidak efektif, bisa jadi ada penyebab lain.

Kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik atau susuk sering disebut-sebut membuat siklus haid menjadi tidak teratur. Padahal di awal menggunakan kontrasepsi hormonal, tubuh perlu waktu untuk menyesuaikan diri dan telat haid atau haid tidak teratur bukan berarti tubuh menolak kontrasepsi. Sering kali penyebab telat haid ketika memakai kontrasepsi bisa jadi bukan karena kontrasepsinya melainkan akibat faktor lainnya.

Baca Juga: Pilihan Kontrasepsi Hormonal Untuk Atasi Masalah Haid

Reaksi tubuh setiap perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal berbeda-beda dan sebenarnya ini hanya terjadi di awal-awal penggunaan. Bisa dibilang di tahap ini, tubuh tengah beradaptasi dengan hormon ‘tambahan’ yang ada di dalam kontrasepsi hormonal. Ada perempuan yang mengalami volume darah haid berkurang di awal penggunaan kontrasepsi hormonal. Dan ada juga yang justru telat haid atau tidak mengalami haid. Kondisi ini biasanya terjadi tiga bulan pertama penggunaan kontrasepsi hormonal. Tapi jika terjadi secara berkelanjutan, segeralah periksakan diri ke dokter atau bidan.

Tidak perlu panik jika kamu telat haid ketika memakai kontrasepsi, karena ada banyak faktor yang bisa membuat ini terjadi. Berikut beberapa penyebab yang tidak berkaitan dengan kontrasepsi hormonal:

  1. Pola makan yang berubah. Berat badan yang turun drastis akan berdampak langsung pada siklus haid, apalagi jika penurunannya mencapai 10% dari berat badan sebelumnya. Penurunan berat badan yang drastis membuat produksi hormon estrogen terhambat. Padahal hormon ini berperan dalam siklus ovulasi atau pelepasan sel telur. Jika ovulasi terhambat maka haid pun pasti terganggu.
  2. Stres. Mengalami gejolak emosi yang berujung pada stres berlebihan akan mempengaruhi fungsi otak, khususnya bagian hipotalamus. Ini adalah bagian otak yang meregulasi kerja hormon di dalam tubuh. Jika kamu telat haid, jangan langsung menyalahkan kontrasepsi hormonal. Cobalah untuk melakukan manajemen stres agar hipotalamus kembali meregulasi hormon tubuh dengan optimal dan membuat siklus haid kembali teratur. Jadi jangan langsung menyalahkan kontrasepsi hormonal yang kamu pakai ya.
  3. Olahraga berlebihan. Menjalani olahraga yang teratur memang akan membuat tubuh lebih rileks karena produksi hormon rasa bahagia jadi optimal. Tapi jangan langsung menyimpulkan kalau intensitas olahraga ditingkatkan akan membuat hormon bahagia semakin membuncah. Yang terjadi justru sebaliknya, tubuh akan menghasilkan lebih banyak radikal bebas yang membuat siklus haid otomatis terganggu. Cobalah untuk berolahraga dengan intensitas yang lebih terukur yaitu 150 menit dalam seminggu. Para ahli kemudian membuatnya jadi lebih mudah yaitu lakukanlah olahraga 2-3 kali seminggu, jadi beri jeda sehari baru berolahraga kembali.

Apakah mungkin telat haid saat pakai kontrasepsi pertanda hamil?

Kita pasti sudah tahu kalau kontrasepsi sudah terbukti begitu efektif dalam mencegah terjadinya kehamilan. Tapi mungkinkah telat haid saat pakai kontrasepsi sebagai pertanda hamil?

Kemungkinan ini bisa saja terjadi. Tapi faktor penyebab yang paling sering adalah karena akseptor kontrasepsi hormonal lupa untuk minum pil kontrasepsi atau mengunjungi dokter atau bidan untuk suntik kontrasepsi. Jadi jika kamu mengalami telat haid ketika pakai kontrasepsi, coba ingat-ingat apakah ada jadwal minum pil atau suntik kontrasepsi yang terlewat? Jika ini yang terjadi maka ada peluang terjadinya kehamilan. Bahkan kelewatan minum pil atau suntik kontrasepsi dua hari saja sudah membuka peluang untuk terjadinya kehamilan. Karena memang kontrasepsi hormonal ketika dihentikan pemakaiannya, maka sistem reproduksi akan bekerja seperti sebelum ada intervensi dari kontrasepsi. Ini mengapa kedisiplinan menjadi faktor penting yang membuat kontrasepsi bisa optimal dalam mencegah terjadinya kehamilan.

Baca Juga: Kamu Wajib Tahu, Manfaat Pakai Kontrasepsi Lebih dari Mencegah Kehamilan

Kalau kamu ingin lebih detail lagi tentang bagaimana kontrasepsi hormonal bisa efektif mencegah terjadinya kehamilan, yuk konsultasi langsung di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp. Tenang segala informasi pribadi akan dijaga dengan baik, jadi jangan ragu untuk berkonsultasi ya.

Kenali Periode Jendela, Sudah Tertular HIV tapi Belum Bergejala

Waktu berperan penting dalam melakukan tes HIV. Ada istilah periode jendela (window period), yakni tahapan ketika kita sudah tertular HIV (human immunodeficiency virus) tapi belum terdeteksi dalam darah.

Segera setelah seseorang tertular HIV, virus ini mulai berkembang biak di dalam tubuh. Sistem kekebalan orang tersebut kemudian bereaksi terhadap antigen (bagian dari virus) dengan memproduksi antibodi.

Baca Juga: Ketahui 7 Siklus Hidup HIV dalam Tubuh Manusia

Waktu antara paparan HIV dan saat terdeteksi dalam darah disebut periode jendela HIV.

Kebanyakan orang mengembangkan antibodi HIV yang terdeteksi dalam waktu 23 hingga 90 hari setelah penularan.

Jika seseorang melakukan tes HIV selama periode jendela, kemungkinan mereka akan menerima hasil negatif. Namun, mereka tetap dapat menularkan virus ke orang lain selama waktu ini.

Mengulang tes

Jika seseorang merasa bahwa mereka mungkin telah terpapar HIV tapi hasil tesnya negatif selama waktu tersebut, mereka harus mengulangi tes tersebut dalam beberapa bulan untuk memastikan (waktunya tergantung pada tes yang digunakan).

Dan selama itu, mereka perlu menggunakan kondom atau metode penghalang lainnya saat berhubungan seksual untuk mencegah kemungkinan penyebaran HIV.

Apa yang harus dilakukan

Seseorang yang dites negatif selama periode jendela bisa melakukan pengobatan profilaksis pasca pajanan (PEP). Ini adalah obat yang diminum setelah terpapar untuk mencegah tertular HIV.

PEP perlu diambil sesegera mungkin setelah paparan; itu harus diambil selambat-lambatnya 72 jam setelah paparan tetapi idealnya sebelum itu.

Cara lain untuk mencegah tertular HIV adalah pre-exposure prophylaxis (PrPP).

Kombinasi obat HIV yang diminum sebelum risiko paparan terhadap HIV, PrPP dapat menurunkan risiko tertular atau menularkan HIV bila diminum secara konsisten.

Gejala awal

Beberapa minggu pertama setelah seseorang tertular HIV disebut tahap infeksi akut.

Selama waktu ini, virus berkembang biak dengan cepat. Sistem kekebalan lalu merespons dengan memproduksi antibodi HIV.

Selama tahap ini, sebagian orang tidak mengalami gejala apa pun. Namun, banyak orang mengalami gejala pada bulan pertama atau lebih setelah tertular virus, tetapi tidak sadar bahwa penyebabnya adalah HIV.

Ini karena gejala stadium akut bisa sangat mirip dengan flu atau virus musiman lainnya, seperti demam, menggigil, kelenjar getah bening bengkak, tenggorokan sakit, hingga sakit kepala.

Baca Juga: Berapa Lama HIV Baru Menunjukkan Gejala?

Bergejala atau tidak, selama periode ini viral load mereka sangat tinggi. Viral load adalah jumlah HIV yang ditemukan dalam aliran darah.

Viral load yang tinggi berarti bahwa HIV dapat dengan mudah menular ke orang lain.

Masih punya pertanyaan seputar HIV/AIDS? Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT, dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Ini Lima Pilihan Metode KB untuk Ibu Menyusui

KB untuk ibu menyusui ada yang hormonal, ada pula yang non-hormonal. Sesuaikanlah dengan kondisi dan kenyamananmu.

Menyusui sambil tetap ber-KB? Bisa banget! Cukup banyak lho pilihan KB untuk ibu menyusui. Tak hanya non-hormonal, tapi juga yang hormonal. Ini juga saat yang tepat untuk mendorong suami lebih aktif berpartisipasi dalam KB, bila sebelumnya ia kurang terlibat.

Baca Juga: Ibu Menyusui bisa Menggunakan Pil KB Laktasi, lho! Apa Bedanya dengan Pil KB Biasa?

Memberi bayi ASI eksklusif selama 6 bulan sebenarnya memberi manfaat KB alami. Selama menyusui, hormon prolaktin menjadi sangat aktif. Nah, peningkatan kadar prolaktin membuat hormon-hormon lain jadi “hibernasi” alias ditekan produksinya. Alhasil tidak terjadi ovulasi, dan siklus menstruasi pun berhenti. Bagaimanapun juga, tetap ada kemungkinan terjadi ovulasi. Kehamilan pun bisa terjadi, bila sperma masuk saat kamu mengalami ovulasi.

Agar lebih ‘aman’, sebaiknya memang memakai kontrasepsi, sekalipun kamu memberi si Kecil ASI eksklusif. Ini beberapa metode KB untuk ibu menyusui yang bisa kamu pilih.

5 Pilihan KB untuk Ibu Menyusui

KB untuk ibu menyusui yang berbasis hormonal hanya mengandung satu jenis hormon yaitu progestin (progesteron sintetis). Kenapa? Karena progestin tidak akan memengaruhi produksi dan kualitas ASI, jadi aman dipakai saat menyusui. Bentuknya bisa bermacam-macam. Selain hormonal, ada juga pilihan non-hormonal. Berikut ini pemaparannya.

  1. Kondom
    KB untuk ibu menyusui tidak harus dilakukan oleh ibu sendiri. Doronglah suami untuk menggunakan kondom. Untuk para suami, tunjukkanlah bahwa kalian benar-benar peduli dan sayang dengan istri. Bayangkan istri sudah menyusui dan mengurus baby 24/7. Memakai kondom adalah salah satu bentuk dukungan yang paling sederhana untuk istri memberi ASI. Jangan dikira memakai kondom bisa mengurangi sensasi bercinta. Kondom sekarang sudah dibuat demikian tipis, misalnya Sutra. Ada pula sensasi tekstur dan aroma seperti Fiesta, atau kondom premium Supreme.

  2. IUD
    IUD atau AKDR (alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah pilihan KB non-hormonal lainnya untuk ibu menyusui, selain kondom. Ini bisa kamu gunakan bila kamu menginginkan kontrasepsi jangka panjang, mengingat IUD bisa dipakai selama 5-10 tahun.

    Ada banyak pilihan IUD. Yang populer tentu saja copper T, misalnya IUD Andalan Tcu. Ada pula IUD Andalan Silverline, yang mengandung inti perak untuk mencegah fragmentasi tembaga dan memaksimalkan efek kontrasepsi. Ada pula IUD Andalan Postpartum dengan batang insersi panjang, sehingga mudah dipasang segera setelah persalinan, tanpa alat bantu.

  3. Pil Mini
    Bila sebelumnya kamu cocok minum pil KB, kamu bisa melanjutkan minum pil. Tapi pilnya berbeda ya. Untuk ibu menyusui, pil hanya mengandung progestin, sehingga disebut juga pil mini. Pil KB Andalan Laktasi terdiri dari 28 pil yang mengandung progestin (linestrenol) 0,5 mg.

  4. Suntik
    Malas minum pil? Kamu bisa memilih metode suntik, misalnya Andalan Suntikan KB 3 bulan. Ingat, pilih yang 3 bulan ya, karena suntik KB 1 bulan mengandung kombinasi progestin dan estrogen, dan tidak diperuntukkan bagi ibu menyusui.

  5. Implan (susuk)
    Bila kamu menginginkan metode KB hormonal jangka panjang, maka pilihannya adalah implan (susuk). Misalnya Sinoplant dari Andalan, yang efektif mencegah kehamilan selama 4 tahun. Implan terdiri dari 2 batang silikon yang berisi progestin (levonorgestrel). Waktu pemasangan susuk yang ideal yaitu 6 minggu setelah melahirkan. Sebelum kamu memasang susuk, hingga 7 hari setelah pemasangan, gunakanlah kondom sebagai proteksi.

Baca Juga: Pertama Kali Minum Pil KB, Begini Aturan Minumnya

Kamu bisa berkonsultasi lebih jauh soal Kb untuk ibu menyusui ke Halo DKT, dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Jangan Bingung, Begini Cara Membuang Menstrual Cup yang Benar

Kamu bisa membuang menstrual cup ke tempat sampah, halaman, membakarnya, atau mendaur ulang. Cuci dulu sebelum membuangnya ya.

Beralih ke menstrual cup akan mengurangi begitu banyak sampah pembalut/tampon. Sebagai perbandingan, bila kamu mengganti pembalut 5x sehari, maka selama 5 hari menstruasi kamu memakai 25 pembalut. Dalam setahun berarti ada sekitar 300 sampah pembalut yang berakhir di TPA, dari satu orang saja. Bandingkan dengan 1 menstrual cup yang bisa dipakai hingga bertahun-tahun.

Baca Juga: Empat Bentuk Menstrual Cup, Apa sih Bedanya?

Tentu saja ketika ‘masa pakai’ menstrual cup sudah habis, perlu diganti dengan yang baru. Misalnya ketika mulai menunjukkan ciri-ciri ini. Bagaimana ya cara membuang menstrual cup yang benar?

Tips Membuang Menstrual Cup

Jangan bingung. Membuang menstrual cup tidak sulit kok, dan cukup dilakukan sekali dalam beberapa tahun saja. Ini tipsnya.

  1. Cuci bersih
    Seperti halnya pembalut, sebelum membuang menstrual cup kamu perlu mencucinya dulu hingga bersih ya. Tentu kamu tidak ingin bekas darah menstruasi kamu berceceran kan. Kamu bisa menggunakan pembersih area intim untuk mencucinya, misalnya Andalan Feminine Care Intimate Wash. Kalau mau, kamu juga bisa mensterilisasi menstrual cup sebelum dibuang.

  2. Gunting-gunting
    Menstrual cup sudah bersih? Selanjutnya, gunting-gunting menstrual cup hingga ukurannya cukup kecil. Ini akan mempercepat proses degradasi.

  3. Buang
    Selanjutnya, kamu bisa membuang potongan menstrual cup ke tempat sampah, atau ke halaman rumah. jangan khawatir, menstrual cup yang terbuat dari silikon medical grade maupun karet alami tidak mengandung zat berbahaya, sehingga tidak akan mencemari tanah. Seiring waktu, menstrual cup dari kedua bahan tersebut akan hancur secara alami.

  4. Bakar
    Selain membuangnya, kamu juga bisa membakarnya. Silikon medical grade terbuat dari silica, yang sebenarnya terdapat di pasir. Asap dan abu yang berasal dari pembakaran silikon medical grade tidak berbahaya bagi lingkungan. Namun perlu waktu cukup lama ya hingga silikon terbakar hingga menjadi abu.

  5. Daur ulang
    Menstrual cup yang terbuat dari TPE tidak bisa dibakar, tapi bisa didaur ulang. Kamu bisa mengirimkannya ke pusat daur ulang bersama sampah plastic lainnya. Tentu cuci dan gunting-gunting dulu menstrual cup sebelum kamu mengirimkannya ya. Untuk menstrual cup yang berbahan silikon atau karet, kamu bisa bertanya kepada produsen/penjual menstrual cup atau pusat daur ulang, apakah mereka bisa menerima menstrual cup yang sudah tidak terpakai.

  6. DIY
    Kalau kamu suka membuat barang-barang DIY, menstrual cup bekas bisa kamu manfaatkan lho. Untuk kebutuhan ini, kamu cukup mencuci dan mensterilkan menstrual cup, tapi tidak perlu menggunting-guntingnya. Lalu kamu bisa mengecatnya dengan warna-warni menarik, dan menjadikannya hiasan, atau menggunakannya sebagai squeeze ball untuk menyalurkan stres.

Opsi lain, gunakan menstrual cup bekas sebagai ‘gayung’ untuk menyiram tanaman yang kurang menyukai air. Misalnya sukulen atau kaktus dalam pot kecil yang menghiasi kamarmu. Dengan cara ini, sukulen kesayanganmu akan terhindar dari over watering gegara disiram dengan gayung biasa.

Baca Juga: 8 Teknik Melipat Menstrual Cup Biar Bebas Sakit Saat Dipakai

Banyak cara kan untuk membuang menstrual cup. Kira-kira, mana nih favoritmu? Bila kamu perlu berkonsultasi ke ahli seputar kesehatan organ reproduksi dan menstruasi, kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT, dengan menghubungi Halo DKT di nomor WhatsApp 0811-1-326459, atau melalui link: https://bit.ly/halodktwhatsapp, pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB. Jangan khawatir karena segala informasi yang kamu sampaikan bersifat rahasia.

Menstruasi dan Spotting, Apa Bedanya?

Menstruasi adalah proses alamiah yang normalnya terjadi dalam siklus 28 hari. Di luar itu, jika muncul bercak darah disebut dengan istilah spotting. Kondisi ini memang bikin panik. Yuk, cari tahu dari penjelasan berikut ini.

Baca Juga: Nyeri Menstruasi akibat Endometriosis Perlu Segera Diatasi, Yuk Kenali Gejalanya

Salah satu problem seputar menstruasi pada wanita usia reproduksi yang sering menghantui adalah spotting, yaitu keluarnya bercak baik berwarna coklat maupun kemerahan di luar periode menstruasi. Lalu apa bedanya spotting dengan menstruasi?

Ada beberapa hal yang memicu terjadinya spotting, di antaranya tanda-tanda terjadinya kehamilan, ataupun efek dari pergantian jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Untuk memastikan penyebab yang pasti timbulnya spotting, kamu bisa berkonsultasi ke dokter.

Beda gejala spotting dan menstruasi

Menstruasi memiliki karakter tersendiri, di antaranya : aliran darah yang bertahap dari sedikit, deras, lalu berkurang. Kamu membutuhkan pembalut atau tampon selama menstruasi. Sementara spotting secara volume tidak sebanyak menstruasi. Biasanya hanya berupa titik kecil saja, bercak tak beraturan, dan warnanya yang cenderung lebih bening dari darah menstruasi. Sehingga tidak perlu penggunaan pembalut.

Indikasi perbedaan lainnya adalah, menstruasi biasanya disertai dengan gejala PMS, seperti gangguan mood, sensitif, kram perut bagian bawah, cepat lelah, pusing, dan banyak lagi.

Pada spotting tidak ada gejala PMS, tetapi mungkin kamu akan merasakan kondisi yang tak nyaman seperti gatal dan kemerahan di vagina, menstruasi yang terlewat atau siklus yang tidak teratur seperti biasanya, rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil atau ketika berhubungan seksual, sakit di area perut dan panggul, keluarnya cairan atau bau yang tidak biasa dari vagina, bisa pula disertai kenaikan berat badan.

Faktor penyebab spotting

Bercak atau spotting yang terjadi disebabkan oleh salah satu dari beberapa faktor berikut ini:

  • Ovulasi
    Selama ovulasi yang terjadi di tengah siklus menstruasi, sel telur yang dilepaskan akan memicu timbulnya bercak bening yang keluar dari vagina.

  • Kehamilan
    Sekitar 20% wanita mengalami bercak selama tiga bulan pertama kehamilannya. Seringkali darah yang muncul dalam beberapa hari pertama kehamilan. Hal ini terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim. Banyak wanita yang tidak menyadari masa awal kehamilan ini.

  • PCOS
    Polycystic Ovarium Syndrome (PCOS) salah satu gejalanya berupa pendarahan yang tidak teratur. PCOS sering terjadi pada wanita muda.

  • Alat kontrasepsi
    Penggunaan alat kontrasepsi berupa pil KB juga bisa memicu terjadinya spotting terutama saat pertama kali digunakan atau ketika kamu menggantinya dengan jenis kontrasepsi lain.

  • Fibroid pada rahim
    Fibroid merupakan benjolan kecil jinak yang tumbuh di luar atau di dalam rahim. Kondisi ini bisa memicu terjadinya perdarahan vagina yang tidak normal, termasuk spotting.

  • Infeksi
    Pemicu lain yang juga sering terjadi ada infeksi pada vagina, leher rahim atau bagian lain dari saluran reproduksi. Infeksi ini bisa disebabkan oleh kontaminasi dari bakteri, virus, jamur.

  • Polip serviks
    Polip yang tumbuh di serviks, kendati bukan kanker tetapi bisa berdarah dan keluar lewat vagina. Selama kehamilan polip lebih cenderung berdarah karena perubahan kadar hormon dalam tubuh.

  • Menopause
    Fase transisi ke menopause juga kadang memicu terjadinya spotting. Pada fase ini menstruasi yang terjadi kadang tidak terduga dan sangat berbeda dari biasanya. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi kadar hormon. Perdarahan akan berkurang saat menopause benar-benar tiba.

  • Kekerasan seksual
    Dampak dari kekerasan seksual ataupun aktivitas seksual yang terlalu kasar dan ekstrim memicu terjadinya kerusakan pada lapisan vagina yang membuat sedikit berdarah.

Baca Juga: Strategi Terbebas Nyeri Menstruasi

Nah, sekarang kamu sudah paham kan bedanya menstruasi dan spotting. Jadi tidak usah panik dan segera konsultasi ke dokter jika kamu mengalami kondisi yang mengkhawatirkan. Kamu bisa berkonsultasi secara online dengan menghubungi Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.