Sudah Tahu Beda HIV dan AIDS?

Kata HIV dan AIDS seringkali disandingkan, namun banyak orang yang tidak mengetahui perbedaannya. Yuk, cari tahu!

HIV (Human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh kita. HIV yang tidak diobati mempengaruhi dan membunuh sel CD4, yang merupakan jenis sel imun yang disebut sel T.

Baca Juga: Kesetaraan Gender sebagai Kunci Persoalan HIV/AIDS, Apa Kaitannya?

Seiring waktu, karena HIV membunuh lebih banyak sel CD4, tubuh lebih mungkin terkena berbagai jenis kondisi dan kanker.

Virus ini menular lewat cairan tubuh seperti darah, cairan mani, cairan vagina, serta air susu ibu.

Perlu diingat, HIV tidak menular lewat udara, air, maupun kontak kulit.

Karena HIV memasukkan dirinya ke dalam DNA sel kita, ini adalah kondisi seumur hidup dan saat ini tidak ada obat yang menghilangkan HIV dari tubuh, meskipun banyak ilmuwan sedang bekerja untuk menemukannya.

Namun, dengan perawatan medis, termasuk pengobatan yang disebut terapi antiretroviral, adalah mungkin untuk mengelola HIV dan hidup dengan virus ini selama bertahun-tahun secara sehat dan produktif.

Tahap lanjut HIV

Tanpa pengobatan, seseorang dengan HIV kemungkinan akan mengembangkan kondisi serius yang disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome, yang dikenal sebagai AIDS. Lalu, apa bedanya HIV dan AIDS?

AIDS adalah tahap HIV yang paling lanjut. Tetapi hanya karena seseorang mengidap HIV bukan berarti ia akan mengalami AIDS.

Jika tidak diatasi HIV bisa berkembang menjadi AIDS. Saat ini belum ada obat-obatan yang bisa mengatasi AIDS dan tanpa terapi perawatan usia harapan hidup seseorang setelah didiagnosis hanya tiga tahun.

Harapan hidup mungkin lebih pendek jika orang tersebut mengembangkan penyakit oportunistik yang parah. Namun, pengobatan dengan obat antiretroviral dapat mencegah berkembangnya AIDS.

Jika AIDS benar-benar berkembang, itu berarti bahwa sistem kekebalan tubuh sangat terganggu, yaitu melemah ke titik di mana ia tidak dapat lagi berhasil merespons sebagian besar penyakit dan infeksi.

Pengidap AIDS akan lebih rentan terkena infeksi pneumonia (radang paru), tuberculosis, jamur di mulut, toksoplasma, hingga kanker.

Baca Juga: Tips Bertahan dengan HIV/AIDS di Tengah Wabah Corona

Nah, sudah tahu kan bedanya HIV dan AIDS. Jika kamu masih punya pertanyaan seputar HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi, kamu bisa berkonsultasi secara online bersama dengan tenaga kesehatan dokter dan bidan dari Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp atau dengan menghubungi nomor telepon bebas pulsa di nomor 0800-1-326459 setiap hari Senin – Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB.

Mengenal Lima Tipe Kondom, dari yang Berbintil Sampai Glow in The Dark

Kamu bisa bermain-main dalam memilih kondom sekaligus melindungi diri sendiri dan pasangan.

Memilih kondom bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan. Tetapi dengan begitu banyak jenis kondom di pasaran, bagaimana memilih yang paling tepat?

Baca Juga: Gunakan Kondom, Salah Satu Solusi Ejakulasi Dini

Saat mencari kondom, pikirkan tujuannya. Misalnya, apakah kamu berencana menggunakan kondom sebagai kontrasepsi atau untuk seks yang lebih aman? Atau apakah kamu hanya ingin menggunakannya untuk menambah sensasi bercinta?

Nah, biar enggak salah pilih, ketahui jenis-jenis kondom yang ada di pasaran sehingga kamu bisa memilih sesuai kebutuhan:

  1. Kondom menyala dalam gelap (Glow in the dark)
    Kondom yang menyala dalam gelap itu menyenangkan. Misalnya saja Fiesta Neon. Kondom ini juga sudah disetujui BPOM untuk membantu mencegah kehamilan dan infeksi menular seksual.

    Untuk membuatnya bersinar, paparkan kondom ke cahaya setidaknya selama 30 detik sebelum memakainya.

  2. Kondom beraroma
    Kamu bisa menemukan beragam rasa untuk menambah serunya aktivitas bercinta. Mulai dari aroma pisang, duren, stroberi, hingga bubble gum.

    Kondom rasa paling menarik untuk seks oral. Selain itu, banyak merek juga disetujui FDA untuk kekuatan dan perlindungan.

  3. Kondom tekstur
    Kondom ini memiliki bentuk dan bertekstur untuk meningkatkan kenikmatan bagi salah satu atau kedua pasangan.

    Kondom ini cenderung lebih lebar, memiliki ujung seperti bohlam, dan memiliki bentuk yang lebih berkontur sehingga kenyamanan pemakai lebih maksimal.

    Hal ini juga memungkinkan ujung saraf dalam keadaan paling sensitif, memungkinkan pemakai kondom untuk mengalami kesenangan yang jauh lebih besar.

    Kondom yang memiliki bintil-bintil dan berulir yang patut dicoba antara lain kondom Supreme Sensation atau Supreme Performax.

  4. Kondom penghangat
    Kondom penghangat terbuat dari lateks yang lebih tipis. Misalnya Fiesta Ultra Thin yang membuat kamu tidak sadar sedang memakai kondom. Ini dapat membantu meningkatkan sensasi.

    Kondom jenis ini biasanya mengandung pelumas penghangat yang diaktifkan oleh kelembaban alami tubuh. Efeknya ada sensasi rasa panas saat berhubungan seksual.

  5. Kondom dengan bentuk unik
    Gagasan di balik kondom dengan bentuk unik ini adalah kondom cenderung lebih longgar dengan ujung yang membesar seperti kantong.

    Ujung yang lebih lebar dari kondom jenis ini memungkinkan lebih banyak gesekan. Itu karena lateks ekstra merangsang ujung saraf di ujung penis.

    Kondom ini didesain sedemikian rupa untuk memaksimalkan stimulasi di organ genital.

Baca Juga: Mengapa Kondom Memiliki Aroma dan Rasa

Masih penasaran dengan informasi seputar kondom dan kesehatan seksual reproduksi lainnya? Jangan ragu untuk berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Bagaimana Cara Orang dengan HIV Melindungi Diri dari Covid-19?

Orang dengan HIV (ODHA) mungkin sangat mengkhawatirkan kesehatannya di masa pandemi ini. Terlebih pada ODHA yang belum mencapai supresi virus yang sangat rentan mendapatkan infeksi oportunistik. Lalu, bagaimana mereka melindungi HIV dari Covid-19?

Baca Juga: Berapa Lama Virus HIV Bertahan di Luar Tubuh?

Jika kamu adalah ODHA dan sudah mendapatkan terapi antiretroviral (ARV), tetap lanjutkan pengobatan dan ikuti saran dokter. Ini adalah cara terbaik untuk menjaga daya tahan tubuh tetap kuat.

Selain hal di atas, sebagai ODHA kamu juga bisa melindungi diri dari penularan Covid-19 dengan cara:

  • Melakukan vaksinasi Covid-19
  • Menggunakan masker yang menutupi bagian hidung dan mulut
  • Menjaga jarak aman dengan orang lain yang tidak tinggal serumah
  • Menghindari kerumunan dan ruangan tertutup yang ventilasinya buruk
  • Sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, ODHA yang belum memulai pengobatan ARV untuk segera memulai pengobatannya. Sementara orang yang merasa beresiko HIV disarankan untuk segera memeriksakan diri agar perkembangan penyakit terkait HIV dapat dikendalikan dan mengurangi komplikasi dari penyakit komorbid lainnya.

ODHA yang menggunakan obat-obatan ARV harus memastikan bahwa mereka memiliki paling sedikit 30 hari stok ARV jika suplai 3 sampai 6 bulan tidak tersedia dan memastikan bahwa status vaksinasi mereka diperbaharui (vaksin influenza dan pneumokokus).

Bila daya tahan tubuh kamu lemah, kamu bisa mengalami perburukan penyakit, bahkan jika sudah divaksin. Setelah divaksin pun kamu harus melakukan tindakan pencegahan yang direkomendasikan sama seperti halnya populasi umum.

ODHA juga harus terus menjalankan gaya hidup sehat dengan cara:

  • Menjaga pola makan bergizi seimbang
  • Tidur malam minimal 8 jam
  • Mengelola stress
  • Mengonsumsi obat sesuai yang diresepkan dokter

Baca Juga: Perkembangan Terbaru Vaksin HIV

Kamu bisa bertanya lebih jauh seputar HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi dengan berkonsultasi ke tenaga kesehatan dokter dan bidan Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link https://bit.ly/halodktwhatsapp atau nomor telepon di 0800-1-326459 setiap hari Senin – Jumat pukul 09.00 – 16.30 WIB.

Pria Juga Perlu Tahu Apa Itu Keputihan

Keputihan memang masalah umum pada perempuan. Namun, bukan berarti para pria tutup mata dengan masalah perempuan ini. Apalagi saat sudah menikah, pria suatu saat akan berhadapan dengan pasangannya yang mengeluhkan keputihan. Jadi pria pun perlu tahu apa itu keputihan dan bagaimana jika pasangan seksualnya mengalami hal ini.

Baca Juga: Diabetes Menyebabkan Keputihan, Waspada Keputihan Terus Menerus

Apa itu Keputihan dan Mengapa Pria Harus Tahu?

Keputihan adalah adalah lendir atau cairan yang keluar dari vagina. Keputihan ini normal karena cairan vagina merupakan cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembaban organ kewanitaan.

Keputihan menjadi tidak normal jika cairan yang keluar sangat banyak, berbau, berwarna kekuningan atau kehijauan dan disertai gejala kemerahan, gatal, dan nyeri di sekitar vagina. Penyebab keputihan tidak normal yang paling sering adalah infeksi jamur candida, atau kandidiasis.

Ketika wanita mengalami keputihan akibat infeksi jamur atau dalam kasus yang lebih jarang disebabkan infeksi bakteri (vaginosis bakterial), tentunya aktivitas seksual menjadi terhambat. Jika keputihan tidak segera diobati, maka akan berlarut-larut dan menimbulkan ketegangan dengan pasangan pria.

Wanita perlu membicarakan hal ini dengan pasangannya, bahwa ia merasa tidak nyaman berhubungan seksual karena gejala keputihan yang mengganggu. Untuk mempermudah menemukan jalan tengah, bisa dimulai dengan pria maupun wanita mendapatkan edukasi tentang pengobatan, gejala, dan penyebab infeksi jamur.

Semakin banyak kamu dan pasangan tahu tentang jenis infeksi ini, semakin baik pula pasangan suami istri untuk dapat mengatasinya. Satu hal yang perlu pria ketahui adalah, keputihan akibat jamur ini sangat sering terjadi pada wanita. Faktanya, dua dari tiga wanita akan mengalami infeksi jamur selama hidup mereka. Infeksi jamur bukanlah hal yang memalukan.

Bicarakan juga dengan pasangan bahwa infeksi jamur vagina bukanlah penyakit menular seksual. Jamur yang menyebabkan infeksi jamur vagina adalah sejenis jamur yang disebut Candida albicans. Jamur ini biasanya tidak berasal dari kontak seksual, karena secara alami ia hidup di area vagina, hanya pertumbuhannya terkendali.

Pria bisa mempelajari bahwa penyebab paling umum dari infeksi jamur adalah lingkungan vagina yang terlalu lempap, kadar gula yang tinggi, menjelang haid, atau salah satu efek samping minum antibiotik, pil KB dan kehamilan.

Meskipun infeksi jamur biasanya tidak disebabkan atau ditularkan melalui hubungan seks, sebagian kecil pria (kurang dari 15 persen) bisa juga mengalami gatal, terbakar, atau ruam merah di ujung penis akibat hubungan seks tanpa kondom dengan wanita yang memiliki infeksi jamur. Pria yang tidak disunat mungkin memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi.

Bagaimana berhubungan seksual saat pasangan mengalami keputihan?

Biasanya perempuan yang mengalami infeksi jamur akan menghindari hubungan seksual sementara. Hal ini karena gejala infeksi jamur dapat membuat seks vaginal tidak nyaman, dan iritasi akibat hubungan intim dapat memperburuk infeksi di vagina.

Agar tidak salah paham, penting memberitahu pasangan tentang hal ini. Yakinlah bahwa hal ini tidak berlangsung selamanya. Dengan pengobatan yang benar, keputihan akibat jamur mudah disembuhkan.

Ladies, akan sangat membantu jika pasanganmu diajak saat konsultasi dan berobat ke tenaga medis atau dokter. Dengan begitu, pria akan lebih paham apa itu keputihan dan bagaimana pengobatannya.

Baca Juga: Resah Gelisah karena Keputihan Berulah

Pria juga bisa lho bertanya seputar keputihan, yakni dengan berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Mitos dan Fakta Masturbasi yang Perlu Dipahami

Biar tidak sesat pikiran, yuk patahkan mitos tentang masturbasi dan ketahui fakta yang sebenarnya. Simak penjelasannya berikut ini.

Ada sejumlah mitos seputar masturbasi yang beredar di masyarakat, sayangnya banyak orang yang percaya pada mitos tersebut. Padahal mitos tersebut berbanding terbalik dengan fakta yang sebenarnya.

Baca Juga: Ketika Masturbasi Membahayakan Diri

Berikut mitos dan fakta masturbasi yang perlu kamu ketahui :

Mitos 1: Orang yang berpasangan jangan melakukan masturbasi
Fakta : Sebagai aktivitas seksual, masturbasi dan berhubungan seksual sama-sama aman dan menyehatkan. Hal ini berlaku untuk semua orang termasuk mereka yang sudah berpasangan. Berpasangan bukan berarti tidak boleh atau tidak bisa melakukan masturbasi. Sebab ada kondisi tertentu yang membuat seseorang harus melakukan masturbasi sekalipun sudah berpasangan. Jadi, bukan soal berpasangan atau tidak, melainkan soal hasrat seksual yang berbeda-beda tiap individu.

Mitos 2 : Masturbasi berlebihan memicu disfungsi ereksi
Fatka : Disfungsi ereksi dipicu oleh berbagai faktor. Masturbasi mungkin menjadi salah satu pemicunya, tetapi tidak serta merta. Memang mereka yang melakukan masturbasi secara berlebihan sudah terbiasa dengan sensasi masturbasi sehingga terkadang sulit mencapai orgasme saat berhubungan dengan pasangannya.

Mitos 3 : Masturbasi bukan sesuatu yang normal dalam perkembangan seksual
Fakta : Sebuah penelitian yang diterbitkan di JAMA Pediatrics menyebutkan dari 800 responden remaja usia 14-17 tahun menunjukkan 74% anak laki-laki dan 48% anak perempuan melakukan masturbasi. Artinya masturbasi itu normal dan menyehatkan untuk semua usia.

Mitos 4 : Tidak ada manfaat kesehatan dari masturbasi
Fakta : Sama seperti hubungan seksual dengan pasangan, masturbasi membuat seseorang lebih rileks, tidur nyenyak lebih cepat, mengurangi stress dan ketegangan, menghilangkan sakit kepala, meningkatkan kepercayaan diri, membantu konsentrasi. Bagi wanita yang sudah tua, masturbasi mengurangi rasa sakit di vagina ketimbang melakukan hubungan seks dengan pasangan.

Mitos 5 : Masturbasi memicu kecanduan
Fakta : Kecanduan terjadi ketika masturbasi dijadikan pelarian dari masalah hubungan seksual dengan pasangan, termasuk pelarian dari problem sosial kehidupan lainnya. Namun, menurut para ahli, hanya sedikit orang yang sampai di titik ini.

Mitos 6 : Masturbasi memicu kerontokan rambut
Fakta : Penelitian tahun 2001 menunjukkan bahwa pria dewasa sebenarnya mengalami peningkatan kadar testosteron setelah tidak melakukan masturbasi selama rentang waktu 3 minggu. Ini artinya bahwa level testosteron mungkin meningkat ketika seseorang menghindari ejakulasi. Yang pasti tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan masturbasi menyebabkan kerontokan rambut.

Mitos 7 : Masturbasi memicu kebutaan
Fakta : Sama seperti mitos di atas, tidak ada penelitian ilmiah yang menyebutkan bahwa masturbasi memicu terjadinya kebutaan. Tidak pula membuat tangan berbulu, memicu terjadinya penyakit TBC, dan lain-lain. Sama seperti aktivitas seksual lainnya, masturbasi tidak merusak yang dibayangkan banyak orang.

Baca Juga: 5 Alasan untuk Masturbasi di Pagi Hari, Dare to Try?

Itulah mitos dan fakta seputar masturbasi yang banyak beredar di tengah masyarakat. Semoga kamu terhindari dari pemahaman yang menyesatkan ya. Jika kamu mengalami problem kesehatan seksual yang serius, ada baiknya segera berkonsultasi ke dokter. Kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Menstruasi yang tak Kunjung Terjadi

Beruntunglah kamu yang mengalami menstruasi tepat pada waktunya. Sebab, tidak semua wanita bisa merasakan menstruasi. Apa saja kondisi yang menghalangi terjadinya menstruasi? Simak penjelasannya berikut ini.

Menstruasi adalah proses alami yang terjadi pada fase akhir pubertas bagi seorang wanita di usia remajanya. Rentang waktu pubertas dimulai usia 8-16 tahun. Namun apa jadinya jika hingga usia 16 tahun tidak mengalami menstruasi? Normalkah ini?

Baca Juga: Delapan Kondisi yang Memicu Gangguan Siklus Menstruasi‎

Dalam dunia medis dikenal istilah amenorrhea atau amenore yang artinya tidak terjadi menstruasi atau absence of menstruation. Istilah ini berlaku untuk wanita yang belum mengalami menstruasi hingga usia 16 tahun dikenal dengan istilah amenore primer.

Sementara amenore sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah mengalami menstruasi selama minimal 3 siklus atau 3 bulan, lalu menstruasinya berhenti.

Pemicu terjadinya amenore bisa karena faktor alami dalam tubuh, bisa pula karena berbagai kondisi medis yang perlu diobati.

Berikut tiga kondisi yang membuat menstruasi tak kunjung terjadi :

  • Beberapa kondisi alami yang membuat menstruasi tidak terjadi seperti kehamilan, menyusui dan menopause.
  • Gaya hidup tidak sehat bisa memicu terjadinya amenore seperti olahraga berlebihan, stress yang tak kunjung terkelola dengan baik. Kondisi lemak tubuh yang terlalu banyak atau terlalu sedikit juga memicu tertundanya menstruasi atau menghentikan menstruasi.
  • Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Biasanya dipicu oleh tumor di kelenjar tiroid. Selain itu kadar estrogen yang rendah atau kadar tingginya kadar hormon progesterone juga memicu amenore.
  • Kelainan genetik atau kromosom seperti sindrom Turner dan sindrome Sawyer juga memicu amenore.
  • Obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, seperti obat darah tinggi, obat antipsikotik dan antidepresan, termasuk obat kemoterapi juga menyebabkan amenore.
  • Tiba-tiba menghentikan konsumsi pil KB juga bisa menghentikan menstruasi pada beberapa waktu sebelum kondisi siklus menstruasi kembali normal.
  • Problem fisik pada sistem reproduksi wanita juga bisa memicu tidak terjadinya menstruasi atau pun tertundanya menstruasi.
  • Problem-problem kesehatan yang disebabkan cacat lahir, tumor, infeksi yang terjadi selama kehamilan atau saat proses persalinan.

Nah, buat kamu yang mengalami salah satu dari kondisi tersebut, segera konsultasi ke dokter. Terutama buat gadis remaja yang memasuki usia 14 tahun namun belum ada tanda-tanda pubertas seperti berkembangnya payudara, tumbuhnya rambut di kemaluan, dan belum mengalami menstruasi, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.

Baca Juga: Siklus Normal Menstruasi Lancar‎

Jangan pernah menunda konsultasi ke dokter bila kamu mengalami problem serius seputar menstruasi ini. Sebab menstruasi menjadi pintu masuk proses reproduksi bagi seorang wanita. Karena itu, sebagai langkah awal, kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Waspadai, Herpes Saat Hamil Bisa Timbulkan Komplikasi

Herpes termasuk dalam infeksi menular seksual yang banyak terjadi pada populasi yang aktif secara seksual, termasuk ibu hamil. Namun, infeksi ini sering tidak disadari.

Sebagian besar herpes selama kehamilan tidak menyebabkan komplikasi. Namun, terkadang bisa memicu masalah serius bagi janin.

Baca Juga: Empat Fakta Infeksi Menular Seksual Pada Ibu Hamil

Meskipun banyak orang dengan infeksi herpes tidak memiliki masalah dengan kesuburan, ada beberapa data bahwa infeksi herpes dapat menyebabkan masalah dengan kualitas air mani dan peningkatan tingkat infertilitas.

Risiko pada janin

Risiko utama yang terkait dengan herpes dan kehamilan adalah infeksi herpes neonatal. Infeksi pada bayi baru lahir ini jarang terjadi, tetapi bisa sangat serius atau bahkan fatal.

Risiko terbesar untuk herpes neonatal terjadi pada orang yang baru terinfeksi herpes saat hamil — terutama menjelang waktu persalinan.

Infeksi herpes yang baru pertama kali dialami dan terjadi di trimester pertama kehamilan juga beresiko tinggi mengalami keguguran.

Operasi caesar direkomendasikan sebagai pengganti persalinan pervaginam untuk orang yang memiliki gejala genital pada saat persalinan.

Operasi caesar telah terbukti secara signifikan mengurangi risiko penularan herpes ke bayi

Gejala herpes saat hamil

Gejala herpes saat hamil pada dasarnya sama dengan infeksi ini pada orang yang tidak hamil, yaitu:

  • Demam atau menggigil yang muncul beberapa hari setelah terinfeksi virus herpes
  • Rasa nyeri atau gatal-gatal
  • Sensasi terbakar di kulit
  • Ada luka lepuh kecil, terkadang tidak terlihat, di sekitar organ kelamin.

Segera konsultasikan ke dokter jika curiga mengalami herpes saat hamil agar dilakukan pengobatan.

Setelah persalinan

Jika kamu memiliki infeksi herpes oral atau genital, penting untuk membersihkan tangan antara menyentuh luka dan menyentuh bayi. Infeksi herpes menyebar dari kulit ke kulit.
Ini juga berarti bahwa bayi mungkin berisiko terkena herpes dari kontak dengan orang dewasa lain dalam hidup mereka.

Baca Juga: Klamidia, Infeksi Menular Seksual yang Bisa Bikin Susah Hamil

Menyusui tidak dianggap beresiko bagi penderita herpes, jadi ibu boleh memberikan ASI. Pengecualian adalah untuk orang yang memiliki lesi herpes aktif pada payudara, yang tidak boleh menyusui.

Jika kamu masih punya pertanyaan seputar infeksi menular seksual kesehatan reproduksi, kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Kenali Keputihan yang Normal Saat Hamil

Keputihan adalah hal yang normal saat hamil, tetapi ada juga warna keputihan yang menunjukkan adanya infeksi genital.

Setiap perempuan akan selalu mengalami keputihan mulai satu atau 2 tahun sebelum pubertas dan berakhir setelah menopause.

Baca Juga: Jangan Terjebak Mitos Keputihan Akibat Jamur

Berapa banyak cairan yang keluar berubah dari waktu ke waktu. Biasanya menjadi lebih berat sebelum menstruasi. Saat hamil, normal untuk mengeluarkan lebih banyak dari sebelumnya.

Keputihan yang sehat biasanya encer, bening atau putih susu, dan tidak berbau tidak sedap.

Peningkatan lendir atau keputihan ini membantu mencegah infeksi apa pun yang naik dari vagina ke rahim.

Menjelang akhir kehamilan, jumlah keputihan semakin meningkat. Pada minggu terakhir kehamilan, mungkin mengandung garis-garis lendir merah muda yang lengket seperti jeli.

Ini disebut “pertunjukan”, dan terjadi ketika lendir yang ada di leher rahim selama kehamilan hilang. Itu tandanya tubuh mulai bersiap untuk melahirkan.

Yang perlu diwaspadai

Waspadai jika keputihan yang kamu alami berupa:

  • Berbau amis atau menyengat
  • Cairan berwarna kuning atau kehijauan
  • Terasa gatal dan ada luka kecil di sekitar organ genital
  • Mengalami rasa sakit saat buang air kecil

Gejala-gejala tersebut merupakan tanda infeksi vagina atau infeksi menular seksual. Periksakan ke dokter atau bidan untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Untuk menjaga kesehatan vagina selama kehamilan, lakukan beberapa tips berikut:

  • Hindari menggunakan tampon
  • Hindari melakukan douching atau mencuci vagina dengan cairan pembersih
  • Gunakan produk kebersihan organ intim yang tidak mengandung parfum
  • Gunakan pakaian dalam yang bisa menyerap keringat
  • Setelah buang air besar atau kecil, basuh area genital dari arah depan ke belakang
  • Keringkan area genital dengan baik setelah mandi atau buang air
  • Hindari pakaian dalam yang terlalu ketat atau berbahan nilon
  • Konsumsi makanan bergizi seimbang dan batasi konsumsi gula karena bisa memicu pertumbuhan jamur
  • Konsumsi makanan atau minuman mengandung probiotik

Baca Juga: Begadang dan Makanan Manis, Dua Kebiasaan yang Menyebabkan Keputihan

Nah, buat kamu yang punya pertanyaan seputar kehamilan dan kesehatan reproduksi, kamu bisa berkonsultasi secara online melalui Halo DKT di nomor 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Vaksin Covid-19 Melindungi Orang dengan HIV

Vaksin Covid-19 memicu respon imun yang kuat pada orang dengan HIV, yang berarti mereka akan terlindung dari infeksi ini.

Selama ini memang ada simpang siur informasi terkait apakah orang dengan HIV (ODHA) boleh divaksin Covid-19 atau tidak.

Baca Juga: Ingin Tes HIV? Pahami Dulu Jenis-jenisnya

Studi sebelumnya memang menunjukkan respon yang kurang optimal pada ODHA, namun penelitian terbaru ini menunjukkan sebaliknya.

”Vaksin Pfizer justru memicu respon imun yang kuat pada orang dengan HIV, dibandingkan dengan pada orang sehat,” kata ketua peneliti Dr.Joel Blankson dari Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins.

Dalam penelitiannya ia dan timnya menganalisis sampel darah yang dikumpulkan dari tujuh wanita dan lima pria yang positif HIV, serta tujuh wanita dan 10 pria yang tidak terinfeksi HIV.

Pengumpulan sampel darah itu dilakukan antara hari ke-7 dan 17 setelah mereka menerima dosis kedua vaksin Pfizer.

Seluruh partisipan studi ini sebelumnya belum pernah terinfeksi Covid-19.

Orang dengan HIV dalam studi ini mendapatkan terapi antiretroviral dan nilai rata-rata CD4+ T-cell 913 sel per microliter. Level sel imun pada orang dewasa sehat berkisar antara 500-1.200 sel per microliter. Sementara itu pada orang dengan HIV yang tidak diobati levelnya kurang dari 200 sel per microliter.

CD4+ T-cell juga disebut sebagai sel-T pembantu karena mereka membantu jenis sel imun lainnya yang disebut sel-B dalam merespon antigen pada virus seperti SARS-CoV-2.

Para peneliti juga memeriksa keberadaan dan tingkat antibodi terhadap protein yang membentuk paku yang menonjol dari permukaan virus corona pada peserta setelah mereka divaksinasi sepenuhnya.

“Kami menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tanggapan sel T CD4+ yang diproduksi vaksin atau tingkat antibodi pengikat lonjakan SARS-CoV-2 untuk peserta yang sehat dan mereka yang hidup dengan HIV,” kata Blanskon.

Hal itu mengindikasikan bahwa orang dengan HIV mendapat perlindungan yang cukup dari Covid-19, jika vaksinasi dilakukan full dosis.

Dilansir dari laman resmi WHO, banyak penelitian vaksin Covid-19 telah memasukkan sejumlah kecil orang yang hidup dengan HIV dalam uji coba mereka.

Meskipun data terbatas, informasi yang tersedia menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang direkomendasikan WHO saat ini (AstraZeneca/Oxford, Johnson dan Johnson, Moderna, Pfizer/BionTech, Sinopharm, dan Sinovac) aman untuk orang yang hidup dengan HIV.

Baca Juga: Gejala HIV Kapan Bisa Dikenali Setelah Terinfeksi?

Kamu bisa bertanya lebih jauh seputar HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi dengan berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.

Lima Kebiasaan yang Bikin Penis Disfungsi Ereksi

Bukan hanya penyakit, kebiasaan sehari-hari ini justru picu disfungsi ereksi.

Jika selama ini kamu meyakini kalau disfungsi ereksi terjadi akibat penyakit, maka sebaiknya persepsi ini harus segera diperbaharui. Karena beberapa kebiasaan sehari-hari yang kamu lakukan justru bisa membuat penis loyo ketika berhubungan seksual alias mengalami disfungsi ereksi.

Baca Juga: Mengenal Sildenafil Sitrat, Penolong Pria yang Alami Disfungsi Ereksi

Secara harfiah, disfungsi ereksi adalah kondisi penis yang tidak bisa ereksi atau mempertahankan ereksi hingga mencapai kepuasan seksual. Artinya disfungsi ereksi tidak hanya terjadi sesekali, melainkan beberapa kali dalam satu waktu tertentu. Ini mengapa faktor pemicu disfungsi ereksi tidak hanya pada saat mendapatkan rangsangan dan adanya aliran darah penis saja, tapi juga seberapa konsisten kamu menerapkan pola hidup sehat. Karena kalau hanya masalah rangsangan dan aliran darah ke penis, seharusnya laki-laki usia muda tidak bisa mengalami disfungsi ereksi. Faktanya, menurut Urology Care Foundation, disfungsi ereksi dialami oleh 30 juta laki-laki yang belakangan justru dialami oleh mereka yang usia muda.

Lantas kebiasaan apa saja yang justru bikin penis disfungsi ereksi? Inilah 5 kebiasaan yang harus kamu hindari demi menjamin penis tetap ‘tampil’ maksimal ketika bercinta:

    1. Makan berlebihan: Kebiasaan ini akan membuat berat badan naik drastis. Apa kaitannya berat badan dengan penis disfungsi ereksi? Berat badan yang berlebihan akan membuat kadar testosteron dalam tubuh kamu merosot. Testosteron adalah elemen penting yang membuat kamu memiliki gairah seks. Kalau tidak ada gairah bagaimana penis mau bisa ereksi. Jadi segeralah ubah pola makan dengan menerapkan diet menu seimbang agar urusan bercinta tetap memuaskan.</span

 

    1. Mengabaikan stres akibat pekerjaan: Banyak orang merasa stres di tempat kerja adalah hal biasa. Faktanya jika tidak ditangani dengan baik, stres di tempat kerja bisa bermanifestasi menjadi rasa cemas atau bahkan depresi. Dan riset yang dilakukan New Jersey Urology menyebutkan, laki-laki yang mengalami kecemasan di tempat kerja lebih berisiko mengalami disfungsi ereksi. Karena ketika ereksi, penis juga membutuhkan kondisi pikiran yang rileks untuk dapat menerima serta merespon rangsangan dengan baik. Jangan lupa relaksasi diri ketika mengalami stres di kantor. Jangan malu untuk berkonsultasi dengan ahlinya jika kamu tak kunjung bisa menemukan solusi terbaik untuk penyebab stress akibat pekerjaan.</span

 

    1. Mendengkur: Jangan percaya kalau ngorok atau mendengkur adalah tanda tidur yang lelap. Faktanya sleep apnea atau gangguan tidur yang gejalanya adalah mendengkur, justru pertanda kalau kualitas tidur kamu tidak optimal. Karena kualitas tidur terganggu maka siklus normal ereksi yang terjadi pada malam hari pun jadi tidak optimal. Jika ini yang terjadi maka dapat dipastikan penis mengalami disfungsi ereksi. Konsultasi ke dokter untuk menemukan apa yang menjadi penyebab utama dari sleep apnea yang kamu alami. Dokter akan memberikan terapi pengobatan yang tepat agar kamu tidak mendengkur lagi dan kualitas tidur pun jadi terjaga. Dijamin masalah disfungsi ereksi akan hilang dengan sendirinya jika kamu bisa tidur lelap minimal delapan jam setiap malam.</span

 

    1. Malas berolahraga: Jangan mau dikalahkan oleh rasa malas bergerak alias mager. Lakukanlah aktivitas fisik atau olahraga secara rutin 3-5 kali seminggu dengan total waktu 150 menit. Tujuannya untuk memastikan kadar testosteron dalam tubuh tetap optimal. Karena malas berolahraga justru membuat testosteron menghilangkan sensasi gairah seks dari dalam tubuh kamu. Jika ini yang terjadi jangan harap penis bisa ereksi dengan optimal.</span

 

    1. Malas sikat gigi: Ternyata kondisi mulut dan gigi yang sehat akan sangat berpengaruh pada kesehatan seksual laki-laki. Penelitian membuktikan, laki-laki yang mengalami infeksi gusi alias periodontitis lebih berpotensi mengalami penis disfungsi ereksi. Karena ternyata periodontitis alias peradangan mulut bisa membuat aliran darah menjadi tidak lancar, termasuk aliran darah yang menuju ke penis. Padahal kemampuan penis untuk ereksi sangatlah bergantung pada aliran darah yang lancar. Jadi kalau ingin memiliki performa seks yang maksimal, jangan pernah malas sikat gigi.</span

 

Baca Juga: Empat Gerakan Olahraga yang Dapat Jauhkan Pria dari Disfungsi Ereksi

Jika kamu ingin mencari tahu lebih detail tentang apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah penis disfungsi ereksi, segeralah konsultasi di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Olahraga Lari Bisa Cegah Disfungsi Ereksi

Rutin olahraga lari memang bisa cegah disfungsi ereksi, tapi jangan berlebihan ya.

Meski masih dalam situasi pandemi, olahraga lari masih digeluti oleh banyak orang. Menjaga tubuh tetap fit dengan rutin berolahraga memang penting demi menjaga imun tubuh tetap optimal di masa pandemi. Tapi ternyata manfaat olahraga, bukan hanya untuk imun tubuh karena olahraga, khususnya olahraga lari bisa cegah disfungsi ereksi alias impotensi pada laki-laki.

Baca Juga: Jangan Percaya 5 Mitos Disfungsi Ereksi Ini!

Aliran darah yang bagus adalah kunci dari ereksi penis yang maksimal alias terbebas dari disfungsi ereksi. Sebab tanpa aliran darah yang maksimal akibat masalah sirkulasi darah seperti gangguan jantung, penyumbatan pembuluh darah, atau tekanan darah tinggi, maka pasokan darah ke penis pun menjadi bermasalah. Ketika berhubungan seksual, penis tidak mendapatkan pasokan darah yang optimal maka tidak dapat ereksi maksimal. Kondisi penis tidak dapat ereksi dan mempertahankan ereksi inilah yang disebut dengan disfungsi ereksi atau impotensi.

Maka cara logis untuk menyelamatkan diri dari disfungsi ereksi adalah memastikan kamu tidak mengalami masalah sirkulasi darah. Caranya yaitu menjaga daya tahan jantung untuk memompa darah ke seluruh pembuluh darah, termasuk yang ada di penis. Dan olahraga lari, termasuk olahraga kardio yang bekerja menstimulasi daya tahan jantung dan juga paru-paru. Jika daya tahan jantung dan paru selalu dalam kondisi prima, maka disfungsi ereksi tidak akan menghampiri.

Tidak hanya itu, olahraga lari juga memberikan rasa percaya diri. Dalam urusan bercinta, tidak hanya butuh aliran darah yang optimal ke penis tapi juga harus ada rasa percaya diri. Kombinasi keduanya akan menjamin masalah disfungsi ereksi atau impotensi tidak akan ada di cerita bercinta kamu.

American College of Sport Medicine (ACSM) menyebutkan idealnya total waktu berolahraga dalam seminggu adalah 150 menit. Sebaiknya jangan olahraga setiap hari karena tubuh tetap memerlukan waktu untuk istirahat demi memperbaiki sel-sel yang rusak. Hal ini juga berlaku untuk olahraga lari, jika kamu melakukannya secara berlebihan justru membuat disfungsi ereksi.

Lari yang terlalu berlebihan, yaitu lebih dari 150 menit dalam seminggu, akan menurunkan kadar hormon testosteron. Hormon ini sangat berperan dalam menjaga fungsi alat kelamin laki-laki, termasuk menjaga gairah serta performa seks. Jadi dapat dibayangkan apa yang terjadi jika hormon testosteron terjun bebas, maka penis pun menjadi loyo ketika melakukan hubungan seks.

Lantas bagaimana dong sebaiknya mengatur intensitas dan durasi olahraga lari demi menjaga performa seks? Mudah saja, lakukan olahraga lari dengan menyenangkan selama 30 menit. Lalu keesokan harinya, biarkan tubuh beristirahat penuh dengan tidak berolahraga. Dengan begini, ACSM melanjutkan, dalam seminggu olahraga cukup dilakukan 3-5 kali.

Selain durasi dan intensitas, kamu juga harus “mendengarkan” tubuh. Jika tubuh merasa kelelahan ketika berlari, jangan dipaksakan. Karena olahraga yang berlebihan tidak hanya membuat testosteron turun tapi juga membuat hormon stres meningkat. Alhasil segala manfaat baik yang tadinya akan diterima tubuh justru diserang balik oleh produksi hormon stres yang berlebihan. Ingat, tetap berikan tubuh kesempatan untuk istirahat demi menjaga keseimbangan kerja seluruh organ-organ vital.

Baca Juga: Takut Tak Bisa Memuaskan Pasangan Bisa Bikin Disfungsi Ereksi

Jika kamu ingin mencari tahu lebih detail tentang apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah disfungsi ereksi, segeralah konsultasi di HALO DKT melalui layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 atau klik link berikut https://bit.ly/halodktwhatsapp.

Keputihan Berwarna Coklat dan Kemungkinan Penyebabnya

Keputihan berwarna coklat biasanya normal jika terjadi menjelang atau sesudah menstruasi. Mengapa? Darah membutuhkan waktu untuk keluar rahim dan terjadi oksidasi. Inilah yang menyebabkannya cairan vagina tampak berwarna coklat muda atau gelap.

Baca Juga: Kenali Tanda Keputihan Tidak Normal dari Warna Cairan Vagina

Penyebab Keputihan Berwarna Coklat

Selain karena menstruasi, berikut ini beberapa kemungkinan penyebab keputihan berwarna coklat:

  1. Ketidakseimbangan hormon dalam siklus menstruasi
    Keputihan berwarna coklat mungkin menandakan ketidakseimbangan hormon. Estrogen membantu menstabilkan lapisan endometrium di dalam rahim. Jika kadar estrogen rendah, lapisan tersebut dapat lepas di luar siklus menstruasi. Akibatnya, ada bercak coklat atau pendarahan abnormal dari cairan vagina.
  2. Kontrasepsi hormonal
    Kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, dapat menyebabkan bercak pada bulan-bulan pertama penggunaan. Bercak kecoklatan akan lebih sering terjadi jika kontrasepsi yang kamu gunakan mengandung kurang dari 35 mikrogram estrogen.

    Jika bercak coklat ini berlanjut selama lebih dari tiga bulan, pertimbangkan untuk berbicara dengan dokter untuk mengganti metode kontrasepsi.

  3. Ovulasi
    Sekitar 3 persen perempuan mengalami bercak ovulasi di tengah-tengah tengah siklus menstruasi mereka. Ini adalah waktu saat sel telur dilepaskan dari ovarium. Warna bercak dapat merah ke merah muda hingga coklat dan mungkin juga bercampur dengan cairan bening.
  4. Kista ovarium
    Kista ovarium adalah kantong atau kantung berisi cairan yang terbentuk pada satu atau kedua ovarium. Kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun dan akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Terkadang, kista tidak sembuh dan bisa tumbuh lebih besar. Jika ini terjadi, maka dapat menyebabkan gejala apa saja mulai dari bercak coklat hingga rasa nyeri di panggul.
  5. Infeksi rongga panggul dan penyakit menular seksual (IMS)
    Infeksi menular seksual (IMS) dapat menyebabkan keputihan berwarna coklat atau pendarahan dari vagina. Beberapa infeksi, seperti gonore atau klamidia, juga menimbulkan gejala nyeri saat buang air kecil, dan rasa tertekan di panggul.
  6. Vaginosis bacterial
    Ini adalah keputihan yang disebabkan infeksi bakteri di vagina. Infeksi ini tidak selalu ditularkan melalui kontak seksual. Bisa disebabkan oleh pertumbuhan bakteri yang berlebihan yang dapat menyebabkan perubahan tekstur, warna, atau bau keputihan.
  7. Endometriosis
    Endometriosis adalah suatu kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di tempat-tempat di luar rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan banyak gejala, biasanya nyeri menstruasi hingga bercak coklat. Kamu harus curiga jika keputihan berwarna coklat juga disertai kembung, mual, atau rasa sakit saat berhubungan seks.
  8. Implantasi sel telur
    Implantasi terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim. Ini terjadi 10 hingga 14 hari setelah pembuahan dan dapat menyebabkan pendarahan ringan dari vagina, biasanya berwarna merah atau coklat.
  9. Kehamilan ektopik
    Terkadang sel telur yang telah dibuahi menempel di dalam saluran tuba atau di ovarium, perut, atau leher rahim. Ini disebut kehamilan ektopik, atau hamil di luar rahim. Salah satu tandanya adalah keputihan berwarna coklat, namun disertai nyeri hebat di perut atau panggul. Segera temui dokter.
  10. Keguguran
    Sekitar 10 hingga 20 persen kehamilan berakhir dengan keguguran, biasanya sebelum janin mencapai usia kehamilan 10 minggu. Gejalanya bisa datang tiba-tiba dan termasuk keluarnya cairan berwarna cokelat dalam jumlah banyak atau pendarahan dari vagina. Keguguran biasanya akan disertai kram atau nyeri di perut bagian bawah. Kamu harus segera ke dokter.
  11. Perimenopause
    Menjelang menopause disebut masa perimenopause. Kebanyakan orang mulai perimenopause sekitar usia 40-an. Perimenopause ditandai dengan fluktuasi kadar estrogen. Ini dapat menyebabkan pendarahan atau bercak keputihan yang tidak teratur, yang mungkin berwarna coklat, merah muda, atau merah.

Baca Juga: Kenali Infeksi Bakteri Penyebab Keputihan

Kapan harus ke dokter?

Dalam banyak kasus, keputihan berwarna coklat adalah darah lama yang membutuhkan waktu ekstra untuk meninggalkan rahim. Kondisi ini terjadi di awal atau akhir periode menstruasi. Jika kamu keputihan berwarna coklat disertai gejala lain, atau kamu tengah hamil, jangan tunda pergi ke dokter. Atau Kamu bisa berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT 0811-1-326459 dan juga link bit.ly/halodktwhatsapp.